Smoga ada yang suka ya?
Oke, selamat membaca.
Siang itu matahari tampak malu-malu menyinari bumi karena tertutup awan yang siap menitikkan air. Gue berjalan gontai karena kelelahan berjalan dari sekolah. Ini adalah hari tersial dalam hidup gue karena motor gue tiba-tiba saja mogok di tengah jalan sehingga gue terpaksa berjalan kaki sampai rumah yang jaraknya lumayan jauh.
"Desi kamu kok baru pulang. Terus motor kamu mana kok pulangnya jalan kaki?" tanya mama panik ketika gue sampai di depan pintu.
"Motor aku mogok di tengah jalan ma makanya aku terpaksa jalan kaki." Jawab gue dengan malas.
"Kenapa kamu gak telpon mama? Mama kan bisa jemput kamu sayang."
"Hp aku mati ma. Jadi gak bisa ngabarin pulang." Gue mekangkah menuju kamar dengan langkah yang dipaksakan karena kaki gue sudah terasa pegal kalau harus berjalan lagi.
"Ya sudah kamu ganti baju dulu lalu makan. Mama udah siapin makanan kesukaan kamu." Kata mama.
gue bergegas ke kamar dan mengganti pakaian beberapa menit kemudian gue sudah berada di meja makan di temani oleh mama."Ma mas Afin kapan pulang sih?" gue menanyakan kakak sematawayang gue yang beberapa hari lalu pergi berkemah untuk acara kampusnya.
"Mama juga belum tau tuh. Kenapa kamu kangen ya di jahilin sama kakak kamu itu?" tanya mama.
"Ah mama bisa aja. Aku kan Cuma pengen tau."
"Ya sudah kamu makan dulu keburu dingin tuh makananya kalau kamu ngomong terus."
"Iya deh ma. Tapi mama temanin aku makan ya."
Mama menemani gue makan siang sambil mengobrol kecil.
"Assalamualaikum" terdengar salam dari pintu.
"Waalaikumsalam." jawab gue dan mama hampir bersamaan. Gue bergegas menuju pintu dan membukakan pintu untuk tamu itu.
"Mas Afin. Kok baru pulang sih aku kan kangen." Gue langsung menghambur ke dalam pelukan kakak kesayangan gue ini walaupun terkadang dia sangat menyebalkan.
"Duh so sweetnya ternyata ada yang kangen toh." Canda mas Afin. Gue buru-buru melepaskan pelukan gue dari mas Afin.
"Ah mas Afin aku serius tauk." gue memasang wajah sok imut gue.
"Mas Afin juga serius dedek bahkan dua rius." Jawab mas Afin.
"Sudah sudah, Desi jangan ganggu masmu dulu dia pasti capek baru pulang udah diberondong dengan seribu pertanyaan." Kata mama melerai perdebatan kami.
"Ya udah masku tersayang mandi dulu sana udah bau asam kayak gitu untung tadi aku gak pingsan." Ujar gue pada mas Afin.
"Ah tadi aja dipeluk-peluk sekarang malah dikatain bau dasar kamu." Kecam mas Afin geram.
"Udah buruan sana mandi." Kata gue sambil menutup hidung.
"Iya bawel." Jawab mas Afin berlalu. Mama hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah gue sama mas Afin yang gak ada ubahnya kayak anak kecil.
Pagi ini gue harus berangkat sekolah dengan angkutan umum karena motor gue masih belum selesai diperbaiki dan mas Afin tidak dapat mengantar gue karena sekolah gue dan kampus mas Afin berlawanan arah.
Sampai di sekolah gue langsung menuju kelas. Hari masih terlalu pagi saat gue sampai di sekolah.
"Tumben Lo datang cepat." Suara itu adalah suara yang amat gue kenali. Itu adalah suara Bintang anak sok cool dan tengil di sekolah ini dan dia selalu tidak menyukai gue entah apa dosa gue padanya hingga dia begitu membenci gue.