Mas Jom masih single guys hehe kok aku seneng ya😂
.
.
.Saat ini, gue duduk di bangku sudut cafe yang harusnya dari awal gue datangi. Agak menyesal juga, karena tidak mengikuti kemauan Jojo untuk bertemu di Cafe ini saja. Karena akibatnya adalah, gue mungkin bisa kehilangan mas Rian.
Gue duduk berhadapan dengan Jojo. Sang tersangka utama yang membuat suasana hati gue menjadi...ah sudahlah, rasanya gue ingin makan orang.
Awalnya kita saling diam, sampai kemudian Jojo memberanikan diri membuka suara.
"Fir, maafin gue ya..."
Hening. Gue benar-benar malas untuk berbicara saat ini. Yang gue lakukan hanya menatap vas bunga yang diletakkan di tengah meja sebagai hiasan. Untuk menengok ke Jojo pun, gue amat sangat tidak ingin. Takut malah tersulut emosi lagi.
"Fir....." Jojo membuka suara lagi.
Mau tidak mau, gue menatap Jojo dan mencoba membaca kesungguhan matanya, dan yang gue lihat adalah ekspresi takut, dan rasa bersalah. Gue jadi tidak tega."Kenapa Jo? Kenapa harus gue?" Tanya gue yang mencoba menahan emosi, dan mengatur suara gue supaya terdengar setenang mungkin.
"Ya karena, gue nggak tau harus minta tolong ke siapa lagi kalau bukan lo..." jawab Jojo dengan hati-hati.
"Bukannya lo udah punya pacar? Kenapa sih? Alasannya apa?" Gue masih tidak mendapatkan jawaban yang logis dari setiap kalimat yang dilontarkan Jojo.
"Gue baru aja putus...dia selingkuhin gue" katanya sambil menunduk.
"Oh, lo jadiin gue pelampiasan lo?" Emosi gue mulai tersulut lagi mendengar jawabannya.
"Bukan gitu, Fir...bener deh. Maafin gue ya? I'll do anything for you, Fir. Forgive me?"
"Terserah deh, Jo. Tapi gue gak mau jadi pacar pura-pura lo atau apalah itu. Dan bilang sama yang lain, kalo kita nggak ada apa-apa. Gue nggak mau ada kesalahpahaman." Kata gue pada akhirnya.
Gue hendak beranjak pergi dari sana, ketika tangan Jojo tiba-tiba meraih tangan gue dan menarik gue dengan agak paksa keluar dari cafe itu.
"Ikut gue." Kata Jojo tanpa bantah.
"Jojo lepasin ih! Tangan gue sakit" berkali-kali gue meronta dan meminta Jojo untuk melepaskan tangan gue dari genggamannya, karena sumpah, cengkraman tangan Jojo benar-benar kuat dan sedikit membuat kulit gue terasa perih.
"Maaf Fir..." ia hanya terus menarik tangan gue, walau sesekali melonggarkan cengkramannya. Tetap saja, gue tidak bisa melepaskan diri karena tenaga Jojo jauh lebih kuat dari gue.
Kita sampai di dalam lapangan badminton yang cukup luas dengan kursi penonton di sekelilingnya. Ini jelas bukan tempat latihan mereka di dalam Pelatnas. Sepertinya ini adalah GOR luar untuk tempat turnamen atau semacamnya.
Ketika menarik gue tadi pun, Jojo mengarahkan gue ke tempat yang berlawanan arah dengan Pelatnas.
"Ngapain sih lo bawa gue ke sini?"
"Tunggu aja." Jawab Jojo datar.
Gue dan Jojo duduk di salah satu bangku penonton yang terletak di pojok. Tak lama kemudian, ada seseorang yang masuk menuju lapangan.
Tapi tunggu...... itu, mas Rian?
Dan..... mas Rian tidak sendiri. Di belakangnya ada seorang perempuan yang mengekorinya.
Seorang perempuan berhijab, yang terlihat mungil dari tempat gue berada. Dan dari jarak seperti ini, bisa gue lihat bahwa.... ia sangat cantik. Wajahnya putih bersih, orangnya juga terlihat feminim dan anggun. Meskipun hijab yang dia pakai tidak syar'i, tapi tetap kelihatan lembut. Gue mah apa atuh dibanding dia.
Mereka berdua berhenti di pinggir lapangan, dekat kursi wasit. Gue tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan, karena lokasi gue dan Jojo duduk agak jauh dari mereka dan sepertinya mereka juga tidak menyadari ada kami di sana.
Mereka berbicara cukup lama, yang membuat gue kepo setengah mati dan ingin rasanya berlari serta mendengar semuanya. Tapi gue masih waras, dan lagi, gue ini siapanya mas Rian?
Setelahnya, satu momen yang tertangkap jelas oleh gue saat itu adalah, di akhir perbincangan mereka, si perempuan menggenggam tangan mas Rian.. erat.
Kemudian mas Rian mengacak puncak kepala perempuan itu, sambil tersenyum dengan sangat manis. Senyuman yang begitu gue rindukan.
Dan detik itu juga, gue tidak bisa membendung air mata gue untuk tidak jatuh.
"Fir, sorry lo harus liat ini semua. Gue tau lo baper sama mas Jom. Tapi gue mohon, jangan diterusin. Mas Jom punya seseorang yang selalu dia tunggu"
Kalimat Jojo terdengar seperti suara yang makin lama makin menjauh, semakin kecil di telinga namun frekuensinya semakin meninggi dan menghujam tepat di jantung gue.
Entah kenapa hati gue sakit, sakit yang dibuat oleh diri gue sendiri. Karena guepun sadar, selama ini mas Rian tidak pernah memberikan harapan apapun, tapi gue yang terlalu berharap banyak.
Nggak lama, mas Rian dan perempuan itu pergi dari sana. Meninggalkan keheningan dan luka di hati gue.
Demi apapun, gue baru sebentar kenal mas Rian, dan dia bahkan bukan siapa-siapa gue. Tapi rasanya ini lebih sakit daripada ketika mantan gue mutusin gue.
Mas Rian, what did you do to my weak heart?
Sebelum gue dan Jojo tersadar dari pikiran masing-masing, HP gue berbunyi tanda ada panggilan masuk.
Mas Rian is calling....
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are the Cure | Rian Ardianto
Fanfiction"Mas Rian, maaf. Tapi kayaknya, saya bakal jatuh cinta buat waktu yang lama, sama mas Rian. Boleh?" "Fira, kenapa kamu bikin saya sayang?" ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Ketika orang-orang ngebucin Jojo, apalah daya gue yang sukan...