Chapter Four: All the Questions Spinning Around

1.7K 197 5
                                    

Hari itu gue habiskan dengan berjalan-jalan mengelilingi Kota Solo dengan mas Rian dan teman-temannya.

Awal kecanggungan yang tercipta ketika gue bertemu mereka saat di Keraton, sudah hilang begitu saja. Teman-teman mas Rian ini ternyata seru sekali, apalagi yang bernama Fajar dan Ihsan, tidak pernah berhenti meledek gue dan mas Rian dengan candaan dan celetukannya.

Saat ini, kami berada di Taman Sriwedari, menikmati sore di Solo sembari duduk-duduk di bawah pohon besar.

"Neng Safira, a' Fajar punya tebakan nih. Kopi kopi apa yang rasanya manis?" Tiba-tiba saja a' Fajar melontarkan gombalannya ke gue.

"Apa a'? Kopi kebanyakan gula?" Kata gue ingin tahu.

"Kopilih untuk menerima aa sebagai kekasihmu EAAAKK" jawabnya dengan tampang paling modus yang pernah gue lihat. Dan membuat gue nggak tahan buat ketawa lepas.

"EAAAA BISA AJA MANEH AMPAS KOPI!" Kata a' Ihsan menimpali gombalan a' Fajar, yang sontak membuat kami semua tertawa.

Semenjak putus dengan mantan gue dan semenjak sibuk dengan dunia perskripsian yang sangat melelahkan mental dan fisik gue, gue tidak pernah tertawa selepas ini seperti sekarang.

Kehadiran mas Rian dan teman-temannya saat ini bagaikan obat yang manjur mengembalikan tawa lepas dan kebahagiaan di diri gue.

"Safira, habis ini kita kemana? Ada rekomendasi makanan khas Solo nggak? Laper nih" Tanya Jojo di sela canda tawa kami.

"Oh, iya, tadi siang udah makan tengkleng kan tuh, sekarang kita makan nasi liwet, gimana?" Sahut gue dengan semangat, karena memang gue satu-satunya yang mengerti kota Solo, jadi sekalian saja gue menjadi tour guide mereka.

...

Kami berkeliling kota Solo dengan mobil Avanza yang disewa oleh Jojo. Kali itu gue duduk di depan, dengan mas Rian yang mengemudi. Jojo dan kak Ginting duduk di tengah sementara duo rusuh nan menyenangkan, a' Fajar dan a' Ihsan, duduk di belakang.

Selama berkeliling di Keraton Solo siang tadi, membuat gue sedikit mengenali karakter mereka masing-masing.

Jojo, si ganteng yang sophisticated, dengan aura bintangnya yang bikin dia selalu jadi pusat perhatian cewek-cewek yang berpapasan dengan kami.

A' Ihsan dan a' Fajar, duo pecicilan yang sangat ramah dan supel, serta cukup jahil yang selalu menghidupkan suasana.

Kak Ginting yang lumayan pendiam, tapi kadang sangat savage dan kalau sudah tersenyum, membuat gue salting. Manis sekali.

Dan mas Rian tentu saja, yang paling kalem, paling diam, dan paling tidak bisa gue tebak jalan pikirannya. Serta tindakan tak terduganya yang kadang-kadang bikin gue spot jantung.

"Safira, jangan lupa pakai seatbelt" katanya tiba-tiba, membuat gue terhenyak dari lamunan gue dan tersadar bahwa gue belum memakai seat belt.

Gue agak kesusahan memasangkan seatbeltnya, karena letak pengaitnya terjepit handrem mobil. Dan betapa terkejutnya gue ketika tangan mas Rian tiba-tiba meraba hand rem mobil, bersentuhan dengan tangan gue yang sedang berusaha mengambil pengait seatbelt. Kemudian mas Rian menatap gue dalam, menarik pengait itu dan meletakkannya di tangan gue.

Jantung gue benar-benar tak karuan saat ini. Mas Rian berada sedekat ini, dan hati gue mendadak tidak tenang.

Untung saja, duo rusuh berada di paling belakang, jadi mereka tidak melihat tangan gue dan tangan mas Rian yang bersentuhan. Sementara di tengah, kak Ginting dan Jojo sedang sibuk mengobrol, entah apa.

You Are the Cure | Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang