Mas Rian melajukan mobilnya menuju arah Bogor. Gue mulai bertanya-tanya, ini kita mau kemana sih, sampai ke Bogor segala?
"Mas, kita mau ke Bogor?" Tanya gue pada mas Rian. Setelah kecanggungan yang cukup lama akibat kalimat mas Rian tadi,
"Sedih, keduluan sama Jojo"
Serta respon bingung dari gue yang tidak mendapat jawaban apapun dari mas Rian. Sumpah ya, mas Rian itu kenapa bisa diam dan penuh teka-teki sekali jadi manusia. Sangat bertolak belakang dengan gue yang pecicilan dan sangat ceplas ceplos ini.
"Kita mau ke Puncak. Semoga nggak macet ya." Kali ini mas Rian menjawab pertanyaan gue dengan tidak singkat.
Alhamdulillah, ke puncak berdua mas Rian, guys. Nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan? Batin gue.
Gue sangat ingin bertanya ke mas Rian perihal perempuan yang gue lihat kemarin di GOR. Tapi, gue tidak berani, takut mengusik privacy nya. Tapi bagaimana lagi, gue benar-benar kepo.
Akhirnya, dengan berjuta perdebatan di pikiran, gue beranikan diri bertanya ke mas Rian.
"Mas Rian, aku boleh tanya sesuatu?"
"Iya, kenapa?"
"Tapi....maaf ya mas kalau ini agak pribadi..."
Mas Rian hanya menoleh ke gue sambil memberikan ekspresi penasaran seolah menunggu pertanyaan dari gue.
"Mas Rian, sudah punya calon istri?" Astaga, pertanyaan macam apa ini?
"Iya, sudah." Jawabnya tanpa pikir panjang, yang membuat gue melengos dalam hati.
"Oh, selamat ya mas." Balas gue sambil tersenyum, padahal mah dalam hati sudah hancur lebur.
"Tapi calon saya masih dirahasiakan oleh Allah." Kata mas Rian menambah jawabannya.
"Gimana mas?" Tanya gue bingung.
"Iya, belum ketemu calonnya."
Terus yang kemaren itu siapa, dong?
"Ehm...tapi kalau orang yang lagi deket, ada?"
"Nih, kamu."
asdfghjklmnbvcxz......duuuh mau ambyar, tapi tetap mencoba berpikir rasional saja gue.
"Hmm bukan deket sebelahan gini maksudnya mas...maksudnya kayak, pacar atau gebetan atau teman hidup, gitu."
"Kalau saya belum punya, emangnya kamu mau jadi calon saya? Kan kamu udah punya Jojo." Kata mas Rian, menjelaskan dengan lantang, dan membuat gue sedikit kaget. Namun, entah kenapa gue senang karena yang gue tangkap dari pernyataannya ini, tersirat rasa cemburu.
Gue mulai berpikir, apakah gue harus jujur dengan mas Rian atau tidak. Hm, tapi gue memang harus jujur, karena ini menyangkut hidup gue. Untuk apa gue membohongi perasaan gue?
Tepat sebelum gue akan buka suara untuk mengatakan semuanya, ponsel gue berbunyi tanda ada panggilan masuk.
Jojo is calling...
Ada apa sih ni anak? Ganggu acara gue sama mas Rian aja. Gerutu gue kesal dalam hati, sambil menatap layar hp gue cukup lama, yang kemudian disadari oleh mas Rian.
"Pacar kamu nelfon tuh. Angkat gih."
Gue malas sekali mengangkat telfon dari Jojo, karena saat ini gue sedang bersama mas Rian, dan gue ingin hari ini hanya gue habiskan dengannya.
"Males ah, mas. Biarin aja." Kata gue membalas kalimat mas Rian.
"Kenapa? Lagi berantem?" Tanya mas Rian lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are the Cure | Rian Ardianto
Fanfiction"Mas Rian, maaf. Tapi kayaknya, saya bakal jatuh cinta buat waktu yang lama, sama mas Rian. Boleh?" "Fira, kenapa kamu bikin saya sayang?" ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Ketika orang-orang ngebucin Jojo, apalah daya gue yang sukan...