Part 26 - Why? 2

583 39 7
                                    

* I Just Try My Best *

Akhirnya, dengan segala kekuatan yang tersisa, Sheyla bisa sampai di toilet. Walaupun saat ia dijalan tadi, Sheyla sempat beberapa kali terjatuh karena kepalanya yang pusing.

Sheyla berjalan tergopoh-gopoh, dengan segala kekuatan yang ia punya, Sheyla masuk ke toilet untuk mengeluarkan semua rasa sakit di dalam tubuhnya.

Saat ia masuk, Sheyla langsung terduduk di lantai toilet dekat wastafel. Jika ia cukup kuat sekarang, ia mungkin akan berjalan keluar dari rumah sakit ini dan segera pulang kerumah. Tapi saat ini, ia tidak cukup kuat. Tubuhnya sangat lesu untuk berjalan sejauh itu.

Sheyla mencoba bangkit, ia berdiri dengan segala kekuatan yang ia miliki sekarang. Ia berdiri didepan wastafel dengan memegang kedua sisi wastafel dengan cukup kuat. Lalu, Sheyla memuntahkan semua isi dalam perutnya yang membuat dirinya tidak nyaman. Dilihatnya muntahan itu, cairan kental yang kehitaman dan bercampur darah telah keluar dari mulutnya. Ia berpikir bahwa ini adalah pertanda dari akhir hidupnya.

"Gue udah sekarat sekarang! Ini sakit sekali. Benar-benar sakit! Apa gue bisa bertahan? Apakah gue masih bisa kuat jika gue melihat reaksi Shawn saat dia tau kalo gue menderita leukimia?" berbagai perkataaan dan pertanyaan itu ia lontarkan selagi bisa.

Namun, dengan cepat ia sadar karena saat ini bukanlah waktu untuk ia mengeluh kesakitan dan mengeluh tentang bagaimana reaksi Shawn, walaupun itu adalah kenyataannya.

Sheyla memutar kran air, membiarkan air itu mengalir dan menghapus bekas muntahannya tadi yang masih tersisa. Dan, ia membasuh wajahnya berkali-kali terutama di bagian mulut, dan kemudian Sheyla mematikan kran itu dan langsung pergi meninggalkan toilet itu dengan tubuh yang masih terasa sakit.

Ia terhenti. Tangan kanannya memegang sebuah kursi dengan cengkraman kuat. Ia kembali merasakan rasa sakit itu. Tapi kali ini, sakit itu berada di ulu hatinya. Sheyla duduk dan seketika merunduk sambil mencengkram ulu hatinya yang terasa sangat nyeri.

Dan juga, bagian tulang belakangnya yang dari tadi tetap terasa sakit. Hal itu membuatnya agak sulit untuk bernapas karena setiap ia menarik napas, semua sendi dan tulang nya terasa sakit.

Ia hanya bisa meringis, memejamkan kedua matanya berharap rasa sakit itu segera menghilang jadi Sheyla bisa langsung menemui sang kekasih yang sedang berjuang dengan ambang kesadarannya.

Sheyla masih senantiasa duduk di kursi itu sambil memejamkan kedua matanya dan berdo'a agar ia diberi kekuatan untuk menemui Shawn saat ini.

Dan untungnya, berkat usaha berdo'a Sheyla, tubuhnya agak sedikit mendingan dari yang tadi barusan ia rasakan. Bagian tulang belakangnya memang masih terasa nyeri, namun tidak terasa seperti tadi.

Sheyla bangkit dari kursi. Namun, saat ia berdiri badannya terhuyung karena kepalanya yang terasa berputar seketika. Tapi dengan cepat ia bisa mengontrol diri lagi berjalan kembali ke tempat ruangan Shawn dirawat.

Dan disinilah Sheyla, berdiri tidak jauh dari tempat Shawn yang masih senantiasa memejamkan matanya. Saat dilihat disana, tidak ada lagi Ny. Renata dan Tn. Peter yang duduk di kursi depan ruangan itu. Mungkin mereka sudah diizinkan untuk masuk keruangan itu oleh dokter.

Dan benar dugaan Sheyla, kedua orang tua Shawn berada di dalam ruang UGD itu bersama Shawn yang masih belum juga membuka matanya. Tubuh Shawn ditutupi selimut tebal sampai di dadanya. Tangan kanannya sengaja dikeluarkan karena tangan itu untuk tempat infus. Mungkin didalam selimut tebal itu dada Shawn ditempeli CPR.

Sheyla ingin masuk, ia ingin melihat kekasihnya itu secara langsung. Ia ingin menggenggam tangan Shawn walaupun terhalang oleh selang infus. Ia ingin mencium dahi kekasihnya itu dengan penuh kasih sayang. Ia ingin berada disamping Shawn sepanjang hari. Ia ingin sekali. Namun, melihat kondisi tubuhnya yang ingin segera diistirahatkan ini membuat ia tak bisa berada di samping Shawn dengan waktu yang lama.

I Just Try My BestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang