: fifth :

27 2 0
                                    

Leiane

***

Aku masih termangu memegangi frapuccino hangat di tangan kiriku. Udara disekitar serasa membeku ditambah degupan jantungku yang tak karuan. Aku benar benar tak berani menoleh, bahkan untuk melirik tangan yang kini masih bertengger menepuk pundakku.

"Lei... why just shut up", Ya Tuhan suara berat itu semakin menambah degupan jantungku yang berdetak tak tahu aturan.

Sialan.

Sepersekian detik aku mulai berani mengalihkan pandanganku, menatap tangan berotot yang masih saja tidak bergeser di pundakku, aku memegang tangan itu lalu menurunkannya.

Pria ini tampak sadar dan langsung menarik mundur tangannya. Aku mengambil pasokan udara yang masuk ke paru paru sebanyak mungkin dan menatapnya, lalu mengulas senyum tipis saja dan akhirnya aku menjawab sapaanya

"Oh.. hai Nik". Hanya itu dan herannya bibirku rasanya kelu sekali, Aku tak bisa menatapnya lama lama. Aku masih bergeming ditempatku. Rasanya pengen kabur aja sekarang, tapi kenapa kakiku susah sekali mau melangkah. Aku mulai berpikir apakah gravitasi bumi sedang berkumpul dititik cafe ini. Ini benar benar susah sekali rasanya mau menggerakkan kaki.

"Lei, duduk yuk",

Astaga

Bahkan pria ini telah menarik pergelangan tanganku, dan herannya, kaki ku bisa saja berjalan. Mengikuti langkah lebar pria ini. Dan duduk pinggiran pojok cafe, tepat dijendela kaca. Baiklah, daripada duduk ditengah dan mendapat tatapan bertanya dari pengunjung cafe lain. Mengapa aku bengong seperti idiot.

Aku masih diam saja. Sumpah ini pertemuan yang gak pernah aku duga sebelumnya. Semalam mimpi apa aku? Dan kenapa tiba tiba pria ini bisa di sini.

Oh Ya Gusti,aku lupa kalau Niko ini GM di salah satu hotel berkelas di Jakarta. Ini bukan aku yang memang tahu banyak tentang dirinya,namun beberapa bulan lalu, aku melihat postingan di IG nya saat  acara peresmiannya menjadi GM.
Dan mungkin saja saat ini sedang perjalanan bisnis.

Nah, oke itu jawaban untuk otakku yang banyak tanya.
Tapi kenapa harus di Perth dan kenapa harus banget ketemu di sini. Ini benar benar shock terapi buatku.

Aku bahkan masih memegang frapuccino ku dan duduk diam dengan segala macam keheranan bercokol dikepalaku.

Niko menarik gelasku dan meletakannya di meja bundar ditengah kami.

"Udah lama ya Lei, sejak terakhir kita bertegur sapa", Niko memulai pembicaraan denganku. Bibirku masih kelu kalau mau menjawab obrolannya.

Tapi baiklah, aku akan berusaha sesantai mungkin.

"Eh iya, lama". Matanya menelisik kearahku saat aku menjawab pertanyaanya. Demi apapun, rasanya mau kabur aja. Ini benar benar canggung, dan aku nggak bisa. Pengennya aku juga santai biasa aja ngobrol sama Niko ini. Tapi seakan otakku tersetel tiba tiba,memutar kejadian beberapa tahun silam.

Sakit.

"You look different, still pretty, and kinda mature look", sekali lagi, Niko mengulum senyum. Senyum yang tak pernah berubah dari dulu

"Ahh, makasih"

"Bukan pujian, but thats fact"

Kini giliraan aku yang mengulas senyum.

Just little smile.

Lalu aku meraih frapuccino dan menyesapnya sedikit. Hangatnya.
Sepertinya satu sesap frapuccino sedikit meminimalisir kegugupanku.

 ROW LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang