tujuh - siapa?

43 5 0
                                    

Matahari yang sudah mulai terik pun mulai memberikan sinarnya yang sangat menyilaukan bagi siapapun yang melihatnya.Yang membuat mata Alisa pun menyipit ketika hendak membuka matanya.Rafqi yang sedari tadi menunggu Alisa bangun pun langsung membantu Alisa bangun.

"Sini,gua bantuin!"
"Ngga usah so baik!",sentak Alisa sambil melepas tangan Rafqi dari tubuhnya.
"Bantuin doang ko"
"Bisa sendiri"

Alisa langsung berdiri dan mengambil sepatunya.Ia pun berpamitan dengan petugas uks tanpa menghiraukan Rafqi yang masih duduk disebelah tempat tidurnya tadi sambil memperhatikan Alisa.Alisa pun memakai sepatunya di luar ruang uks diatas kursi panjang yang sudah disediakan.

Rafqi yang masih diam tanpa kata kata pun akhirnya beranjak pergi keluar dari uks.Dia melintasi Alisa yang sedang memakai sepatunya.Tanpa berbicara apa- apa dia langsung meninggalkan Alisa.Alisa hanya menggeleng gelengkan kepala melihat lelaki itu.

Setelah selesai ia langsung menyender pada tembok berwarna kuning di belakangnya.Sesekali ia menarik nafas,memejamkan mata dan melakukan keduanya dengan serentak.
Belum bisa mengerti apa yang sedang terjadi di dunianya.Bahkan tak ada kalimat yang mampu menjelaskan.Siapa Rafqi?kenapa dia sangat peduli dengannya.Dan siapa ka Nabil?yang berani mengatur dan membentaknya.Tidak dapat dicerna.Mau mereka apa?sesekali Alisa bertanya pada dirinya sendiri,"Gua siapa?".

Sudah lama rasanya Alisa duduk di kursi sambil memejamkan matanya.Tiba tiba ada langkah yang mulai mendekatinya.

"Alisa!ko lu disini!,suara Nira yang cempreng itu berhasil membangunkan macan yang sedang melamun sambil memejamkan matanya.
"Ih rese!berisik"
"Lagian daritadi dicariin,taunya disini"
"Abis pingsan gue",saut Alisa sambil kembali dalam lamunannya dan tetap tembok yang ia jadikan senderannya.
"Pingsan?lu pingsan?seriusan?"
"Iya kenapa emang?"
"Lah ko bisa?emang abis ngapain lu?",tanya Nira layaknya seorang wartawan yang sedang bertanya dengan seorang narasumbernya.
"Nanti aja ya gua ceritainnya nir,gue masih lemes nih"
"Yauda yu masuk ke dalem lagi aja"
"Ah males"
"Yauda ke multi deh",ucap Nira sambil menggandeng tangan Alisa.Alisa pun hanya bisa menuruti dan berjalan disamping Nira."Jangan lupa nanti cerita!"
"Iyaaaaaaa niraaa".

Acara di multi pun sepertinya sudah ingin diakhiri.Seperti janji panitia osis,hari ini pulang cepat karna ada salah satu keluarga guru yang sedang berduka.Jadi acara pun ditutup dengan berdoa dan memberikan sumbangan.Mereka pun masing masing membubarkan diri.

"Aduh lis masih jam 11 nih,masa pulang?"
"Gua kayanya mau pulang aja deh"
"Oiya lu pasti masih shock ya?yauda mau gua pesenin grab ga?hp lu mati kan?"
"Gausa deh,gua naik angkot aja gapapa",saut Alisa yang langsung mengakhiri obrolannya dengan Nira.

Alisa pun langsung melambaikan tangannya memberhentikan angkot yang baru saja melintas.Nira pun hanya bisa melihat temannya itu beranjak pergi dan seperti biasa Nira akan mampir ke burger king untuk mengisi perutnya.

Duduk di pojokan,didorongnya kaca angkot itu sedikit demi sedikit agar ia bisa menghirup oksigen lebih banyak bahkan kalau bisa melebihi kebutuhannya.Alisa merubah posisinya menjadi serong ke kanan.Anginnya pun langsung bisa mengenai wajah Alisa.Sesekali Alisa memejamkan matanya.Di lihatnya orang orang yang sedang menunggu di kala kemacetan datang.Bunyi klakson yang sebenarnya tak tahan lagi ditelinganya,"Coba aja headset--",tak ingin melanjutkan kata katanya ia tak mau lagi memikirkan headsetnya terlebih pelakunya.

"Kiri bang!",teriak Alisa yang sudah turun dari angkot ditempat biasa ia turun dari ojek juga.
"Ini bang!",diberinya selembar uang lima ribu dan ia menerima lagi kembaliannya dua ribu.

Naik angkot saja sudah bisa membuatnya tenang,sederhana memang.

Alisa pun seperti biasa berjalan dengan bayangannya.Menuju rumah yang menjadi tujuan satu satunya saat ini.Terlalu rumit hal yang sedang ia rasakan sekarang.Hanya butuh bantal dan juga lagu dari Bruno Mars yang bisa membuatnya tenang sekarang.Alisa terus berjalan menuju rumahnya.Ia kali ini disambut Bundanya yang sedang menjemur pakaian.

 A W R YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang