"tidak pernah memaksa semua,ini datang tanpa dugaan karna dia berbentuk perasaan" -Alisa adelia
Adzan Dzuhur
"Ini hari terpanjang dan teriweh yang pernah ada"cetus Alisa sambil berjalan menuju tempat wudhu.
Nira pun yang sedari tadi hanya mengikuti langkah Alisa dari belakang tanpa mendengarkan ocehannya.
"Lu ngerasa ga si nir kalo orang orang disini tuh nyebelin!".
Nira pun akhirnya menyamakan posisinya disebelah Alisa sambil melepaskan jam tangannya.
"Berarti gua ngeselin juga dong!dasar lu!"saut Nira sambil menjerengkan matanya membuat Alisa pun semakin kesal.
Alisa pun menjambak halus rambut Nira yang membuat dia sedikit teriak karna kesakitan.
"Sakit napa lis!!",jerit Nira.
antrian wudhu...
"Lama banget buset ga maju maju bocah"ketus Nira.
"Yang sabar nir,baru nunggu bentar lu kaya udah apa tau",saut Alisa dengan tenang sambil melihat teman sd nya itu mengantri di sebelah kanannya.
"Maju juga akhirnya",ucap Nira sambil mulai mempertemukan tangannya dengan air kran.
Lisa yang sudah selesai pun akhirnya berfikir untuk bergegas duluan ke masjid.
"Elah lisa mana lisa,lisaaa!lis!",teriak Nira sambil menoleh kanan kiri mencari temannya itu.
Mata Nira pun menangkap Alisa sedang memakai mukena di masjid.
"Heee bocah ternyata",ketus Nira.Nira pun langsung menghampiri Lisa ke masjid.
Selagi mulai melepaskan mukenanya,Lisa sudah mendapati Nira disebelah kirinya menunggu gantian mukena yang dari tadi belum juga mendapat mukena.
"Nih nir"sentak Alisa sambil memberikan mukena membuat Nira sadar dari lamunannya.
"Mukena siapa?"tanya Nira.
"Yang gua ini mah,lu nunggu ampe kapan tau ge gabakal dapet mukena."
"Mukena sekolahan?"tanya Nira lagi.
"Nopee!"teriak Alisa sambil berjalan ke sisi kanan masjid dan mendapati jendela bolong yang agak besar yang membuat pemandangan bawah terlihat jelas.
Ada beberapa anak laki laki yang sedang bermain bola di lapangan dan mata Alisa pun menangkap seorang laki laki yang sedang berdiri sambil memegang bungkus permen karet di tangannya.
Wajahnya pun tidak asing bagi Lisa.
Lisa pun menyipitkan matanya berusaha melihat lebih jelas laki laki di ujung sana.
Ternyata penglihatan Lisa masih baik."Yang tadi dikantin"ketus Alisa yang terus melihat dengan mata yang menyipitnya itu.
"Emm,si rafqi masuk kelas apaan ya"tanya Alisa pada dirinya sendiri.
Tanpa disadarinya,Nira sedari tadi berdiri disampingnya sambil melihat apa yang dilihat oleh Alisa dan melihat mulut Alisa terus berkomat kamit.
Alisa pun kaget dengan kehadiran Nira disebelahnya.
"Udah lama lu nir?"tanya Alisa.
"Barusan sih,lu liat apaan dah?ada yang ganteng bukan?",Nira pun bertanya balik.
"Itu tuu"kata Lisa sambil menunjuk nunjuk ke arah Rafqi.
"Yang tadi bukan?yang di kantin ya?",jawab Nira sambil melepas ikat rambutnya.
"Iya itu",Alisa pun beranjak pergi dari tempatnya berdiri.Nira hanya bisa mengikuti Lisa sambil mengikat rambut bule abal-abalnya.
"Lis lis,abis ini ke multi lagi?"tanya Nira sambil mulai memakai sepatunya.
"Iya kan bentar lagi ge balik nir"seru Alisa yang sedari tadi sudah selesai memakai sepatu.
"Buruan nir,lama ge!"ketus Alisa karna melihat Nira sedang asik bermain handphone ditangan kirinya sedangkan tangan kanannya berusaha sendiri memasukkan kakinya kesepatu.
"Iya iya bawel"jawab NiraAlisa dan Nira pun kembali lagi ke ruang multimedia.
Dalam perjalanan,
"Kantin yu lis"saut Nira sambil berlari kecil karna tertinggal langkah Alisa.
"Hayu"jawab Alisa sambil memperlambat langkahnya.
"Gua laper nih lis,beli bakso dulu ah tapi dibungkus gitu"
"Ah lu aja nir,gua ga laper"jawab Alisa sambil berjalan menuju tukang pop ice.
"Pak,vanilla latte satu ya!"seru Alisa.
"Dua pak!"jawab seorang laki laki yang suaranya bersumber dari arah belakangnya.
Alisa pun refleks menoleh kebelakang karna merasa suara yang ia kenal tidak asing di telinganya.Seorang laki laki bertubuh tegap tinggi,berkulit putih menggunakan topi converse hitam pun sudah berdiri tepat 30cm darinya,dia Rafqi.Laki laki yang pernah ia temui ditempat yang sama,kantin.
Alisa pun terdiam seribu bahasa dan hanya bisa menggeser satu langkah ke arah kanan dan ia pun pura pura sibuk mengeluarkan ponselnya untuk menyembunyikan rasa kagetnya.
Rafqi pun hanya melirik Alisa beberapa detik saja dan ia pun melakukan hal yang sama seperti Lisa,mengeluarkan ponselnya.Rafqi pun mulai bicara.
"Nama ig lu apa?"sentak Rafqi bertanya kepada Alisa dengan posisi mata tetap bermain ponsel.
Alisa pun tidak menjawab,ia merasa kalau Rafqi bukan bicara kepada dirinya.
"Eh gua nanya",saut Rafqi lagi sambil menepuk pundak Alisa dengan tangan panjangnya karna jarak dirinya dengan Alisa lumayan jauh,untung panjang ya tangannya.
"Ih apaan sih",jawab Alisa dengan refleks sambil melangkah menjauhi jarak antara dia dengan Rafqi.
"Buset dah galak banget,nanya ig doang",kata Rafqi sambil mengeluarkan senyum kecilnya.
Lisa pun tersentak melihatnya,terakhir bertemu pun Rafqi sama sekali tidak peduli dengan Alisa.Bagaimana bisa dia berubah dalam sejam,tadi ini cowo dingin banget,galak lagi,terus bodo amatan.Dan sekarang dia senyum ke gua,gila.-batin alisa.
"Lu ngomong sama gua?kirain bukan",jawab Alisa sambil terus bermain ponsel.
"Ini de es nya",kata si bapak tukang pop ice sambil memberikan 2 pop ice dengan 2 tangannya.Tangan kanan untuk Lisa dan kiri untuk Rafqi.Lisa pun langsung cepat menyambar mengambil pop ice duluan dan memberikan uang kepada si tukang pop ice dan dia pun langsung pergi menjauh dari Rafqi tanpa berbicara apapun.
"Lah bocah kenapa hahaa",kata Rafqi sambil tertawa dan terus melihat tingkah Alisa yang menurutnya salting karena perbuatannya.
"Makasih ya pak",saut Rafqi kepada si bapak tukang pop ice.
Alisa pun mempercepat langkahnya dan terus mencari keberadaan Nira di kantin.Tapi ia tidak mendapati temannya lagi di tukang bakso.
"Katanya mau beli bakso,ko gaada sih",cetus Alisa sambil terus berjalan kesana kemari mencari temannya.
Karena kantinnya yang cukup luas,Lisa tidak bisa mencari tanpa berjalan.Dia pun mengeluarkan ponselnya dan mulai mencari kontak Nira sambil berjalan.Dia terus mengetik pesan kepada Nira tanpa melihat keadaan didepannya dan akhirnya
Brakkk..
KAMU SEDANG MEMBACA
A W R Y
Roman pour AdolescentsTidak memaksa datang, ia menghampiri dengan penuh perasaan tapi rasa benci yang bisa kau beri bukan tidak bisa tetapi tidak ingin mendusta. Mencintaimu dengan rasa benci dari salah yang mendasari perasaan ku saat ini. Alisa Adelia,remaja yang tidak...