02. Rasa Tanpa Nada

87 11 4
                                    

"Athalaa???Athala Dika Mahendra???"
Tanyaku pada Tari teman sebangku ku sambil memengang kedua bahunya dan mengenyang genyang badannya, saat Athala selesai memperkenalkan diri dan duduk kembali.

"Iya Athala sil, gue tau dia ganteng sil semua cewe juga tau" Jawab Tari.

"Wah gilaaa sih" jawabku sembari menatap kosong dan menggeleng kepala.

"Biasa aja ih dasar gapernah liat cowo ganteng lu ah" ledek Tari padaku.

Aku tak memperdulikan ucapan tari hari itu, aku kembali melihat Athala,pria yang duduk paling belakang diantara yang lain. Dan yang ku dapat adalah tatapan hangat dan senyuman manis darinya perpaduan yang indah seperti kopi di senja hari ditengah hujan rindu, manis dan hangat.

Melihat Athala memandangku aku buru buru memalingkan wajahku,dan segera berpura pura tidak pernah melakukan kekonyolan itu.

Hingga waktunya istirahat tiba aku terus memikirkan apa maksud dari senyuman Athala padaku tadi.

"Apa dia tau kalo gw sahabatnya Tika atau dia ada maksud buat deketin Tika lagi lewat gw? Duh kenapa gw harus nengok si tadi ah bego" gerutuku dalam otakku sendiri berharap bahwa sang otak bisa mengerti dan tersadar lalu meninggalkan segala hal yang terjadi dengan konyolnya.

Hingga hari itu berlalu namun memori tentang senyum itu tetap melekat dengan sangat pada ingatanku. Aku berniat membicarakan hal ini pada tika, tapi hari itu kami tak ada waktu untuk bertemu karena sibuk dengan tugas masa SMA kami.

Hingga hari hari terus berlalu dan semakin pula aku merasa hari hariku dipenuhi seorang Athala. Ke arah manapun mataku memandang disana terdapat Athala. Di sudut manapun terdapat senyuman Athala. Aku mulai bingung bagaimana bisa setiap pembagian kelompok atau aku selalu bersama Athala.

Athala selalu hadir dalam rekaman otakku setiap harinya. Tapi kami tak pernah berbicara begitu banyak selayaknya contoh dialog dalam buku bahasa indonesia,kami hanya membicarakan hal hal yang penting tetang kebutuhan tugas tak lebih.

Namun tak dapat ku pungkiri, bahwa sebenernya jauh di lubuk hatiku ada rasa ingin untuk memulai tanya,berbicara lebih lama, lebih akrab hingga terbiasa. Tapi realitanya tak banyak hal yang bisa ku lakukan,ada beberapa hal yang tak bisa kumulai lebih dulu,ada beberapa rasa yang lebih baik aku simpan dalam kalbu,sendiri rapat rapat tanpa ada yang menyadari bahwa semua mulai bersemi.

Namun setelah berhari hari terbiasa mengikis waktu bersamanya,aku merasa ada beberapa titik dimatanya yang terus tertuju padaku. Entah memang perasaanku saja atau memang pada nyatanya. Hari hari semakin berlanjut,aku merasa kami semakin terikat,ada beberapa hal yang terbiasa kami habiskan bersama.

Hingga suatu malam...

Hallo hai part kedua nih!Gimana gimana?kira kira Athala juga ngerasain hal yang sama ga yaa sama Aysila?Penasarankan???
.
.
Jangan lupa di vote dan komen yaa! Happy reading💗

ATHALA "Dekapan Senja"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang