2 | Park Woojin

616 84 67
                                    

- NAMAKU PARK WOOJIN -

Duduk di bawah rindangnya pepohonan memang bisa memberikan suatu kenyamanan tersendiri bagi Jihoon, seperti biasa jika sedang dijam istirahat seperti ini ia lebih memilih untuk membaca buku kesukaannya ketimbang harus berbincang-bincang dengan pengurus yayasan lainnya. Yah walaupun ia bisa saja bergabung dengan yang lain untuk sekedar berbicara satu sama lain. Tapi ia lebih memilih untuk membaca buku saja.

" Boleh aku bergabung ? " Jihoon sontak menghentikan jari jemarinya yang lentik itu untuk bergerak saat sebuah suara asing menyesap pendengarannya. Tapi Jihoon lantas tak menjawab pertanyaan itu, ia lebih memilih untuk melanjutkan untuk membaca.

Dalam diam orang itu memperhatikan Jemari Jihoon yang aktif bergerak untuk meraba sesuatu di buku braille nya. " apa yang sedang kau lakukan ? "

Sekali lagi Jihoon terdiam dan kemudian menutup bukunya dengan cepat dan tangannya beralih untuk mencari sesuatu di sampingnya

" Apa kau mencari ini "

Jihoon mencoba untuk meraih benda itu dengan tergesa-gesa " terimakasih " ucapnya datar

Dengan cepat Jihoon meninggalkan tempat awalnya dan meninggalkan orang itu sendirian.

" NAMAKU PARK WOOJIN "

Jihoon terus saja melangkah tanpa menghiraukan seruan lelaki itu, walaupun ia mendengar dengan jelas bahwa nama lelaki itu adalah Park Woojin.

Jihoon terus saja melangkah tanpa menghiraukan seruan lelaki itu, walaupun ia mendengar dengan jelas bahwa nama lelaki itu adalah Park Woojin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Angin bergulir semilir menempur setiap pepohonan rindang yang membuat seolah pohon menari dengan gemulainya.

Hari ini Jihoon memilih untuk pulang lebih awal dari biasanya karena ia ingat hari ini adalah hari ulang tahun ibunya, sebagai anak sudah pasti ia sangat menunggu hari ini datang, Jihoon tak bisa memberikan kebahagiaan yang lebih dari ini mengingat keterbatasan nya selalu menghalangi geraknya. Jihoon tak pernah sedikit pun absen untuk memberikan kejutan kecil di hari ulang tahun ibunya, walau hanya hadiah sederhana yang bisa ia berikan namun sang ibu selalu menyambutnya dengan hangat.

" Daehwi ya, aku harus segera pulang "

Daewhi yang tengah sibuk merapikan buku-buku di mejanya, seketika berhenti dengan raut wajah yang bingung, gadis bermata teduh itu sedikit bingung, tidak biasanya sahabatnya ini ingin pulang lebih dulu. " apa kau sakit Jihoon ah "

" Tidak, aku ingin ketoko bunga, hari ini ibu ku ulang tahun "

Daehwi hanya ber oh ria dan kembali merapikan mejanya " aku kira kau sakit . . . Apa mau aku temani "

" Ah tidak usah hwi ya, sebentar lagi anak-anak bangun, kau temani mereka saja . . . Oh ya jika ada yang mencariku, bilang aku ada urusan di luar "

Setelah itu Jihoon melangkah keluar ruangan tanpa menunggu jawaban dari sahabatnya itu.

Diluar, seseorang telah menunggunya. Yah Park Woojin, lelaki itu masih saja menunggu Jihoon walau beberapa jam yang lalu ia tak mendapat tanggapan sama sekali dari gadis itu. Namun, entah kenapa dengan sikap dingin Jihoon, Woojin malah semakin ingin mendekati gadis itu. Pikirannya sudah penuh dengan rasa penasaran yang luar biasa. Diam-diam Woojin mengikuti Jihoon, sepanjang jalan Woojin selalu menyunggingkan senyum nya hingga gingsul nya yang bisa membuat para wanita tidak bisa bernapas itu kelihatan mengintip di sela bibir merahnya tatkala ia melihat Jihoon yang tengah bersua dengan para orang tua yang tengah memanen teh di sepanjang jalan.

I was made for loving you (2Park)✔Where stories live. Discover now