4 | Janjiku

540 67 27
                                    

-Bolehkan aku menyentuh wajah mu-


Cuap-cuap suara burung yang begitu merdu dan kabut yang beterbangan di balik rindangnya kebun teh adalah suasana yang selalu ada di desa tempat tinggal Jihoon. Banyak dari masyarakat di desa itu yang mengandalkan hidup dari bekerja untuk memanen teh. Untuk sekedar info, Woojin adalah salah satu anak pemilik kebun teh itu, hampir dari semua kebun itu adalah milik ayahnya yaitu Park Jaesin. Dengan kata lain, Woojin adalah seorang anak dari kalangan berada. Kalau ditanya soal wanita sudah pasti banyak sekali wanita yang ingin menjadi kekasihnya bahkan istrinya, siapa yang tidak ingin memiliki suami sepertinya yang memiliki paras tampan dan terlebih lagi ia dari keluarga kaya. Woojin memiliki adik perempuan bernama Park Yerim, dia sekarang tengah duduk di bangku kelas 2 sekolah menengah atas, adiknya sangat cantik dan dia juga baik hati tapi Yerim adalah tipe orang yang introvert, dia sangat tertutup dan jarang bergaul. Di sekolah pun temannya bisa dihitung. Tidak banyak dari murid-murid disana yang bisa menjadi teman Yerim. Hanya Woojin lah satu-satunya orang yang bisa menghibur Yerim, dia sangat menyayangi adik sematawayangnya itu. Baginya Yerim adalah segalanya tak ada yang bisa menggantikan Yerim di hatinya.

Hari ini, seperti janji nya di awal bahwa ia akan menjadi tongkat Jihoon, Woojin akan menepati semua perkataannya. Untuk itu sekarang Woojin sudah berdiri di depan pagar rumah Jihoon.

Entah kenapa hari ini Woojin sangat merasa bahagia, hatinya selalu berdesir dan wajahnya sedari tadi terus menghangat. Bisa di bilang Woojin adalah seorang lelaki yang sangat dingin terhadap wanita, siapapun wanita dan secantik apapun wajahnya ia akan dengan sangat entengnya menolak jika di ajak berkencan. Menang benar cinta itu tak bisa dipaksakan, cinta itu terlahir dari hati, merasakan cinta itu butuh kenyaman dari dua belah pihak. Dan Woojin tidak menemukan itu di dalam diri wanita yang selalu mendekatinya.

Baru kali ini dan detik ini ia merasa terlahir kembali dengan perasaan yang begitu murni, langkah nya terasa sangat ringat, hatinya terasa tenang. Sekarang Woojin merasa sangat mudah untuk menarik sebuah simpul senyuman di bibir merahnya.

Bak bunga yang sedang mekar di pagi hari, itulah perasaan Woojin sekarang.

Tanpa harus di tebak pun semua orang tahu siapa orang yang bisa menumbuhkan perasaan itu di dalam diri Woojin.

" Jihoon ah " panggilnya lembut kearah wanita cantik di depannya. Yah dialah orangnya, Park Jihoon seorang wanita biasa dan sederhana. Ia bukan seorang wanita yang spesial yang selalu harus berpakaian glamor dan elegan. Cukup dengan baju sederhana dan rok diatas lutut yang menambah kesan manis dengan riasan make up tipis di setiap sudut wajah cantiknya. Jihoon juga bukan wanita kaya dan di usianya yang masih muda ini ia sudah menjadi tulang punggung keluarga, ia harus menghidupi ibu dan dan dua orang adik lelakinya.

Disini lah titik kelemahan seorang Park Woojin. Tak bisa dipungkiri lagi kalau ia sangat mengagumi sosok Park Jihoon si wanita hebat. Dengan keterbatasan yang ia miliki, gadis ini tak pernah mengeluh sama sekali dengan keadaan nya malah ia akan tersenyum dengan indahnya jika ia merasakan sebuah kebahagiaan yang tercipta di antaranya. Sekali lagi itulah titik kelemahan Woojin. Tak henti-hentinya ia menyunggingkan sebuah senyum tatkala ia bisa menggenggam tangan mungil itu.

Woojin tak merasa keberatan sama sekali jika ia harus menjadi tongkat Jihoon untuk selamanya. Toh dengan cara ini ia bisa selalu dekat dengan Jihoon. Di sisi lain Woojin merasa senang karena Jihoon tidak bisa melihat, setidaknya Jihoon tidak bisa melihat pipi bersemunya dan senyum malu-malunya saat ia menggenggam tangan Jihoon.

" Jihoon ah, siapa lelaki yang menuntun mu keluar rumah tadi ? "

" Ah maaf tadi aku lupa mengenalkannya . . . Dia adik pertamaku nama nya Jinyoung "

" Aku baru tau kalau kau punya adik "

" Iya, aku memiliki dua orang adik laki-laki . . . Satunya lagi bernama Guanlin "

Woojin hanya mengangguk saja, entah ia lupa atau bagaimana kalau Jihoon tidak bisa melihatnya.

" Kalau kamu, apa kamu juga punya adik ? "

" Hmm, aku punya satu adik perempuan namanya Yerim "

Jihoon tersenyum " kenapa suaramu terdengar lesu saat menyebut nama adikmu "

Woojin mengalihkan pandangannya kearah Jihoon " ah tidak apa-apa "

Woojin kembali mengeratkan genggaman nya di tangan Jihoon.

Jihoon tersentak. Jihoon tak pernah tahu seperti apa wajah Woojin dan bagaimana bentuk senyumnya. Ia ingin sekali melihat sosok lelaki baik ini. Jihoon tiba-tiba mengentikan langkahnya

" Ada apa Jihoon ah " tanya Woojin bingung

Jihoon terdiam sejenak " Bolehkan aku menyentuh wajah mu " ucapnya ragu

Dengan cepat Woojin mencoba meraih tangan Jihoon yang bebas dan mengarahkan kedua tangan Jihoon kewajahnya. Sesaat setelah tangan itu menyentuh wajahnya, Woojin merasakan sebuah kehangatan menjalar di dalam hatinya, baru kali ini, baru kali ini ia merasa tenang berada di dekat seorang wanita.

Tak terasa mata Woojin terpejam saat merasakan tangan mulus Jihoon bergerak lembut meraba setiap lekuk wajahnya, tangannya begitu wangi, sewangi bunga melati yang baru mekar di pagi hari. Ia merasakan ketenangan itu hinggap di dirinya. Lagi.

Perlahan Woojin membuka kedua matanya. Dengan mudah bibirnya menarik sebuah senyuman saat dengan jelasnya ia melihat wajah Jihoon yang begitu dekat dengan wajahnya, pandangan Woojin terhenti di kedua belah obsidian Jihoon, mata itu selalu memancarkan sebuah cahaya.

Woojin tak bisa melepaskan pandangnya dari Jihoon. Sungguh wanita ini begitu cantik, setiap lekuk wajahnya begitu indah dan sempurna.

" Jihoon ah " panggilan itu membuat Jihoon menghentikan aktivitasnya untuk menyentuh wajah Woojin.

Sepersekian detik kemudian Jihoon tersadar " ah maaf, aku terlalu lama menyentuh wajahmu " ucap Jihoon sambil memundurkan posisi nya dari Woojin

" Aniya, Jihoon ah . . . Kau boleh menyentuh wajahku kapanpun kau mau "

Jihoon membulatkan kedua matanya dan kemudian tersenyum dengan manisnya.

Inilah hal yang sangat di tunggu oleh Woojin. Menunggu saat Jihoon tersenyum.

Woojin kembali meraih tangan Jihoon " jja, kita berangkat "

" My future girl "

" My future girl "

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Salamsayang

Nunnasikembar 😘😘😘😘😘

I was made for loving you (2Park)✔Where stories live. Discover now