3 | Matamu adalah mataku

582 78 25
                                    

- mulai sekarang aku yang akan menjadi tongkat mu -





" Park Jihoon . . . Tunggu aku "

Seketika Jihoon menghentikan langkahnya secara tiba-tiba. Jihoon mendengus kesal, kenapa orang ini selalu mengikutinya padahal mereka baru saja mengenal. Jihoon berbalik dengan kesalnya, wajah nya sudah hampir memerah kalau saja Woojin tak cepat-cepat untuk menggenggam tangan nya
mungkin Jihoon akan langsung memaki-maki Woojin.

Jihoon mematung, wajah yang hampir penuh dengan warna merah karena kesal kini malah berganti dengan rona-rona pink yang muncul tak tau diri " a--apa yang kau lakukan ? "

" Biarkan seperti ini "

Mulut nya tak sanggup lagi untuk berbicara, wajahnya terasa panas dan yang lebih memalukan lagi kini jantungnya berdentum dengan hebatnya dan semoga saja Woojin tak mendengar suara detak jantungnya. Sekali lagi, Jihoon tak bisa melihat tapi ia bisa merasakan, ia bisa merasakan kalau jarak Wajahnya dengan Woojin saat ini bisa di bilang berjarak beberapa senti saja. Apa yang membuat Jihoon tau kalau jarak mereka dekat, karena Jihoon bisa merasakan deru nafas Woojin yang kini tengah membuncah di pipi nya. " apa yang akan dia lakukan ? " pertanyaan itu muncul dalam benak Jihoon.

" Ku mohon jangan menghindar lagi dari ku . . . Park Jihoon "

Dengan sekuat tenaga Jihoon mendorong Woojin dan melepaskan genggaman tangan lelaki itu. " Maaf, aku harus segera pulang " tanpa menunggu jawaban lagi, Jihoon segera beranjak dari tempat itu dan meninggalkan Woojin. Namun bukan Woojin namanya jika ia mudah untuk menyerah. Ia kembali mengejar Jihoon.

" Berikan benda ini padaku " secara cepat Woojin merebut tongkat Jihoon dari tangannya

" Woojin apa yang kau lakukan, berikan tongkat itu padaku "

Woojin tak mengindahkan permintaan Jihoon " mulai sekarang aku yang akan menjadi tongkat mu "

Jihoon terdiam, tubuhnya tak sedikit pun memberikan reaksi atas pernyataan yang di lantunkan Woojin.

" Aku akan menjadi matamu, menggiring setiap langkah tertatihmu dan meluruskan setiap jalanmu yang terbelok "

Sekali lagi Jihoon terdiam terpaku mendengar ucapan Woojin, ia masih belum mengerti dengan lelaki ini, mereka belum saling mengenal dan bahkan mereka pun belum tau sifat masing-masing tapi Woojin sudah berani mengatakan hal demikian.

" Woojin, kau . . . "

" Yah, aku tak peduli jika kau terus menghindariku, tapi aku akan terus mendekatimu "

Berjalan dan terus berjalan menyusuri setiap baris kebun teh yang menghijau menampilkan setiap keindahan yang dapat memanjakan mata

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berjalan dan terus berjalan menyusuri setiap baris kebun teh yang menghijau menampilkan setiap keindahan yang dapat memanjakan mata.

Woojin menghela nafas, sejenak mata elangnya tertuju pada dua bola mata Jihoon yang terus menatap lurus kearah depan, entah apa yang dipikirkan lelaki bergingsul ini, tatapan nya terus terpaku pada wajah cantik Jihoon. Ada gurat senang bercampur kecewa yang terpampang di wajah Woojin.

Woojin kembali mengeratkan genggaman nya di tangan mungil Jihoon, ia tetap setia menjadi penunjuk jalan Jihoon dan sesekali berucap jika Jihoon hampir menabrak rimbunan daun teh.

" Jihoon ah, boleh kah aku bertanya ? "

Jihoon tersenyum " silahkan "

" Apa yang kau rasakan di kegelapan itu ? "

Jihoon kembali menyunggingkan senyum termanisnya, matanya mencoba mengarah pada Woojin walau arah itu tak langsung tepat menghadap wajahnya " kau sudah pasti tau jawabannya "

Woojin mengernyitkan keningnya bingung karena jawaban yang di dapatnya

" Aku  juga ingin bertanya padamu ? " Woojin hanya diam dan tak berniat untuk menjawab

" Atas dasar apa kau menawarkan diri untuk menjadi tongkat untuk ku ? "

Woojin terdiam sebentar bermaksud untuk mencerna pertanyaan Jihoon, setelah dirasa sudah mengerti Woojin langsung memberikan jawaban yang tak di mengerti oleh Jihoon " suatu saat kau pasti tau alasan nya " itulah jawaban yang terlontar dari Woojin.

Tiba-tiba Jihoon menghentikan langkahnya, dengan refleksnya Woojin juga menghentikan langkahnya " kenapa berhenti ? " ucap Woojin bingung

" Kita sudah sampai dirumahku "

Woojin semakin bingung dibuatnya, darimana gadis ini tau kalau ia sudah tiba dirumahnya " darimana kau tau, kalau kau sudah sampai dirumah mu "

" Ini " Jihoon menunjukkan sebuah lonceng berukuran sedang yang tergantung di ujung pagar rumahnya " ibu membuatkan ini untuk menjadi penanda kalau aku sudah sampai di rumah "

Woojin hanya mengangguk-nganggukkan kepala tanda ia mengerti, jujur ia semakin kagum dengan sosok Jihoon yang begitu ceria walaupun dengan keterbatasannya. Kebutaan nya tak menghalangi sisi cerianya, ia juga tak menjadikan hal itu sebagai beban hidupnya.

" Tolong kembalikan tongkat ku " Jihoon mengulurkan tangan kanannya untuk meminta tongkat nya dari Woojin.

Dengan segera Woojin memberikan tongkat itu pada Jihoon " besok tunggu aku di sini " ucap nya sebelum berpamitan untuk pulang.

Jihoon tersenyum dan menganggukkan kepalanya " terimakasih "

Jihoon tersenyum dan menganggukkan kepalanya " terimakasih "

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tuhan sudah memberikan takdirnya pada masing-masing orang. Tinggal seberapa kuatnya kita menghadapi takdir itu. Mungkin ada alasan di balik hilangnya penglihatan Jihoon, yah tidak mungkin Tuhan memberikan itu kalau tidak ada hikmah dibalik semuanya. Kadar kesabaran seseorang diukur melalui seberapa sanggup ia terus menyusuri jalannya.

Sepulangnya Woojin dari mengantar Jihoon pulang, pikiran lelaki ini terus saja di penuhi dengan wajah seorang Jihoon, wanita hebat yang pernah Woojin kenal. Ia pun juga bingung, kenapa bisa ia menawarkan diri untuk menjadi penunjuk jalan gadis itu, rasa itu muncul secara tiba-tiba tanpa di pikir terlebih dahulu. Apakah memang ini jalan yang sudah di berikan Tuhan. Merenggut dan menyelamatkan.

Satu hal yang pasti dan Woojin akan mengikrar kan itu di hati dan pikirannya.

Mulai hari ini dan seterusnya . . .

Mataku adalah matamu

Mataku adalah matamu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Salamsayang

Nunnasikembar 😘😘😘😘😘

I was made for loving you (2Park)✔Where stories live. Discover now