Chapter 02 : Menyebalkan!

3.1K 208 4
                                    

Hayo yg mana Chaz (Dellons), Dave (Ihtheis), Vince (Vincent) dan Alex (Alexius)?. Ayo tebak.

●●●❤●●●

Xilena menatap horor tumpukan baju kotor di hadapannya. Sudah bisa di tebak bahwa baju-baju itu milik keempat pria tampan pemilik rumah besar itu. Xilena berdecak kesal ketika mengingat kembali bahwa rumah besar yang ia tinggali tidak memiliki satupun pelayan. Apa mereka sudah gila? Kenapa tidak menyewa pelayan membersihkan rumah besarnya.

Xilena terus meracau tidak jelas sembari memasukkan baju yang kotor ke dalam mesin cuci. Baru saja ia menginjakkan kakinya di rumah besar itu tadi malam, tapi di pagi harinya ia sudah harus bekerja. Xilena mengembungkan kedua pipinya lucu. Dalam hati ia berkata bahwa keadaannya ini mirip dengan para pembantu di rumahnya. Menyebalkan sekali!

"Huft... lelah sekali. Tapi sedikit lagi sudah selesai dan aku tinggal membersihkan yang lain. "Xilena berujar kepada dirinya sendiri. Ia menepuk-nepuk kedua tangannya sembari tersenyum puas. "Yosh!"

Dengan senyuman manis di wajahnya. Xilena melangkahkan kakinya riang. Sesekali ia akan bersenandung kecil, menikmati hari-hari bebasnya tanpa kedua orang tuanya. Meskipun sekarang kondisinya mirip sekali dengan pelayan rumah tangga. Tapi tetap saja ia menikmatinya. Setidaknya ia tidak jadi menikah dengan pria yang tidak di kenalnya.

Beberapa menit kemudian. Baju yang berada di dalam mesin cuci sudah selesai dan siap di jemur. Xilena terburu-buru mengambil sebuah keranjang pakaian untuk baju yang sudah siap di jemur. Ia lalu bergegas ke belakang rumah.

"Dimana mereka? Kenapa rumah ini sepi sekali?" kepala Xilena menoleh ke sekeliling rumah. Ia mencari keberadaan sang pemilik rumah. Tetapi batang hidungnya sama sekali tidak kelihatan. Para pria tampan itu mungkin sedang pergi keluar. Pikirnya dalam hati.

Lantas ia mengedikkan bahunya acuh. Xilena segera melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai. Xilena tidak mau terkena marah hanya karena pekerjaannya tidak kunjung selesai. Setelah itu Xilena benar-benar sibuk membersihkan rumah dan ia tidak sadar jika ada beberapa pasang mata tajam yang tengah mengawasinya.

Mereka bersembunyi di beberapa tempat yang tidak akan ada orang yang bisa menemukan mereka.

"Chaz, kau yakin membiarkan gadis manusia itu tinggal disini. Tidakkah kau tergiur akan tubuh dan darahnya yang sangat manis menggoda. Aku bisa menciumnya dari sini, begitu harum dan lezat." Alexius bertanya kepada Dellons dengan sesekali membasahi bibir bawahnya sendiri. Mata tajamnya seolah tengah bersiap menerkam mangsa buruannya.

"Jangan mengganggunya. Biarkan gadis itu hidup!" tegasnya kepada ketiga saudaranya. Matanya sibuk memperhatikan pergerakan gadis yang tengah asyik menjemur baju di bawah teriknya matahari yang sangat menyengat. "Untuk saat ini kita, hanya akan mengawasinya!"

Vincent menjilat bibir bawahnya sembari mengusap-usap dagunya. "Dia memang gadis menarik. Bau tubuh dan darahnya membuatku hampir kehilangan kendali. Tetapi kenapa kau membiarkannya tetap hidup? Jangan katakan, kau mulai tertarik dengan gadis itu?" selidik Vincent dengan mata memincing.

Ihtheis menaikkan alisnya, pria itu lalu menatap Dellons dengan pandangan aneh. "Apakah kau berniat menepati janjimu kepada gadis manusia itu Chaz? Ingatlah, iblis tidak pernah menepati janji!"

Dellons terkekeh. "Akan sangat menyenangkan jika ada hiburan di rumah kita." balasnya singkat dan membuat ketiga saudaranya mengerutkan dahi. "Iblis tetaplah iblis dan akan selalu begitu, tidak akan pernah berubah!" Tekannya.

Ihtheis, Vincent dan Alexius saling berpandangan. Mereka tidak pernah menebak kemana arah jalan pikiran Dellons. Pria tampan yg biasa di panggil Chaz itu sangat sulit di tebak, seperti sekarang ini. Terkadang sikapnya akan sangat cuek, datar dan juga dingin kepada siapapun termasuk kepada mereka bertiga yang jelas-jelas saudara kandungnya sendiri.

Falling In Love With Demons [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang