"Haruskah aku mengatakan yg sebenarnya padamu Sarah?" Lirih Andrew sembari mengusap wajah kasar. "Aku tidak bisa begitu saja menjauhkan Xilena dari mereka!"
Tangan Andrew terkepal kuat. Ia marah kepada diri sendiri. Seolah menyesali keputusannya dulu. Ia tak punya pilihan selain meminta tolong kepada iblis. Seharusnya ia menyadarinya dari awal meminta bantuan iblis berarti sama halnya memilih untuk terikat selamanya.
Andrew tahu dimana putrinya berada. Putrinya bersama Zeref. Pria yg ia percaya bisa melepas jeratan takdir hidup putrinya dan bodohnya lagi ia terlalu berharap kepadanya. Harapan yg belum pasti menjadi kenyataan. Andrew rela menukar seluruh hidupnya demi istri dan putrinya. Hanya saja waktu itu ia tidak memiliki pilihan selain menerima resiko yg mungkin bisa menghancurkannya perlahan-lahan.
Rahangnya mengeras. Ia teringat obrolan sialan dengan iblis itu. Ia seakan menjadi domba bodon yg justru termakan perangkap licik sang iblis. Andrew menepis kasar semua benda yg ada di atas meja kerjanya hingga berserakan. Lagi-lagi ia menyesali semua yg sudah terlanjur terjadi. Ia memijit-mijit kepalanya yg terasa sakit dan juga berdenyut.
Andrew terlihat tengah pusing. Apalagi pertanyaan istrinya tadi menambah beban pikiran. Kesal dan tidak tahu harus mengatakan apa ketika istrinya menanyakan tentang keberadaan putrinya yg tidak kunjung pulang ke rumah. Meskipun ia sudah mengatakan bahwa Xilena bersama Zeref. Tapi istrinya terus mempertanyakan pertanyaan yg sama setiap hari.
"Apa yg harus aku lakukan Sarah? Untuk putri kita?" Lirih Andrew.
"Sudah ku duga. Aku ragu Xilena bisa terbebas. Kau sudah telanjur terikat dengan Lucifer."
Tersentak medengar suara Kaiser. Andrew menoleh tepat di jendela. Disanalah Kaiser berdiri dengan mata tajam menghunus Andrew. Seharusnya ia tahu dinding juga memiliki telinga. Itulah kenapa si Leviathan berdiri di hadapannya sekarang.
"Setidaknya aku telah mencoba dan berusaha semampuku Kai!"
"Dengan atau tanpa bantuanku, putrimu tidak akan bisa terlepas!"
"Apa maksudmu?" Geraman kesal terdengar. Andrew mengepalkan tangannya.
"Tubuh dan jiwanya sudah mulai menerima pemiliknya. Dugaanku semakin kuat setelah penciuman tajamku mengendus aroma sialan itu!!"
Kerutan di dahi Andrew semakin dalam mendengar penjelasan dari Kaiser. Ketakutannya kini justru semakin mebeludak. Andrew tak lagi bisa berpikiran jerni ketika ia mulai mencium bau yg tak beres.
"Jangan katakan---"
Perkataan Andrew menggantung. Ia tak sanggup mengutarakan apa yg ingin ia katakan kepada Kaiser dan sesungguhnya hanya retakan penyesalan mendominasi dirinya. Lututnya seakan-akan seperti jeli. Ia tidak mampu menopang berat tubuhnya. Andrew jatuh terduduk di kursi kerjanya. Wajah Andrew pias seketika.
"Lalu, menurutmu untuk apa aku kesini, jika hanya membual saja?"
"Apa tandanya sudah muncul?"
"Aku mencium aroma sialan itu, bukan berarti aku juga melihat tandanya Drew!!" Sarkas Kaiser.
"Aku merasa menjadi ayah yg buruk. Mengorbankan putriku sendiri demi keegoisanku. Dulu aku sungguh takut kehilangan Sarah, hingga aku gelap mata..."
Sudah tidak ada lagi sosoknya yg Tegas dan berwibawa. Sekarang, Andrew hanyalah sosok ayah yg terlihat sangat putus asa. Ia tidak bisa kembali ke masa lalu untuk merubah kesalahannya. Andrew benar-benar tidak berdaya. Kaisar hanya menghela nafasnya kasar.
Manusia sungguh bodoh dan juga ceroboh. Pikir Kaiser menilai apa yg ia lihat dari keputus asaan pria di depannya. Manusia itu mudah sekali rapuh. Mereka bisa hancur kapan saja dan disaat itulah iblis berperan. Mengulurkan bantuan seolah mereka malaikat. Sebelum akhirnya menuntut balas atas apa yg mereka berikan. Keyakinan yg selama ini mereka pegang teguh, tidak selamanya bisa menguatkan hati mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling In Love With Demons [Ongoing]
FantasyXilena, seorang gadis manusia yang terjebak kisah asmara dengan makhluk yang di anggapnya hanya sebuah mitos belaka. Entah takdir apa yang membawanya terikat dengan pangeran dari kejaraan iblis terkuat. Mereka tidak sengaja bertemu di tengah gelapny...