Chapter 04 : Menghabiskan Waktu Bersama Mereka.

2.4K 197 5
                                    

Aku tak mau bertemu mereka. Oh god, mereka bernar-benar sangat berbahaya. Bagaimana bisa gadis polos sepertiku terpesona kepada mereka dan membiarkan mereka menjamah tubuhku. Ya, meskipun hanya sebagian saja.

Aku terkekeh geli sendiri saat memikirkan apa yang ada dalam kepalaku. Menggelikan, bukan?.
Gadis bodoh mana yg mengklaim dirinya sendiri gadis polos dan ya, itu aku!.

"Oh... ayolah. Mulut dan hatimu tak seirama, Xilena! Mulutmu itu berkata tidak tapi hatimu berkata sebaliknya." dengusku kesal. Aku rebahkan tubuhku di atas ranjang dan berguling kesana-kemari. Aku pusing sekali. "Haish... munafik."

Bukankah kebanyakan gadis memang seperti itu. Bibirnya berkata tidak, tetapi lain dengan hatinya yang berkata iya. Tentu saja kau juga termasuk ke dalam kategori gadis seperti itu Xilena.

Sudahlah. Memikirkan hal yg tak bermutu justru akan menambah pusing kepalaku. Lebih baik aku tidur sebelum mereka memberiku perkerjaan lagi.

Aku menatap ke arah jendela dan disana terpantul cahaya matahari yang mulai naik. Diluar sana pasti sangat panas. Terik matahari bisa merusak kulit. Aku bersyukur ada di dalam sini.

Kruk...

Aku menepuk keningku sedikit keras. Kenapa aku bisa lupa kalau aku belum makan sedari tadi pagi dan karena itu sekarang perutku mendadak sakit. Lebih parahnya lagi perutku berbunyi. Huft.... aku lapar sekali tapi aku malas keluar dan jika aku keluar pasti bertemu mereka berempat. Tentu saja aku tidak berharap bertemu mereka.

"Ough... laparnya!" sakitnya baru terasa sekarang. Aku menggeram dan segera bangkit dari ranjang. "Masa bodoh dengan mereka. Aku lapar!" seruku dan memutuskan untuk segera pergi ke arah dapur.

Jika berurusan dengan perut, aku tak bisa menunda-nunda. Ini jelas antara hidup dan matiku. Perutku terisi maka aku akan selamat dan jika perutku kosong maka aku lah yang akan sekarat.

Aku putar hendle pintu dan aku tarik ke dalam. Detik berikutnya pintu kamar terbuka. Kepalaku menjembul di balik pintu untuk memastikan keempat pria gila itu tak ada di depan kamarku. Akan berbahaya jika mereka tiba-tiba saja melintas di depan kamarku.

"Aman!"

Selesai memastikan keadaan aman. Aku segera berlari ke arah tangga dan bergegas menuju ke dapur yang letaknya ada di lantai bawah. Seharusnya ada dapur juga di lantai atas agar aku tidak lagi ke bawah jika perutku lapar di tengah malam. Rumah sebesar ini dan hanya di huni empat pria saja. Dasar aneh, tidak rumahnya dan tidak penghuninya sama saja.

Terkadang aku merasa kesepian di rumah ini. Bahkan saat malam hari tiba, aku merasa ketakutan.

Dengan perlahan-lahan aku menuruni anak tangga satu per satu. Kepalaku celingukan kesana kemari, mencari keberadaan mereka berempat. Hanya saja aku sama sekali tidak menemukan mereka dimana pun. Sepertinya mereka tidak ada disini. Mungkin saja mereka sedang berada di kamar mereka masing-masing, atau mungkin di tempat lainnya dan aku sama sekali tidak peduli.

"Ehem!"

Langkahku terhenti. Bibirku kelu dan tubuhku menegang seketika. Aku tak berani memutar tubuhku hanya sekedar untuk berhadapan dengan mereka. Oh... jangan lagi!.

Baru saja tadi aku bersyukur atas terbebasnya aku dari mereka tapi tidak sekarang. Ingin rasanya aku menghilang selamanya agar tidak bertemu dengan meleka lagi. Tapi jika tidak ada mereka tentu hidup ini akan terasa membosankan. Ya katakan saja aku gadis bodoh dan gila. Baru kemarin bertemu tetapi aku sudah dilema seperti ini. Aku tidak tahu ada apa dengan hatiku.

"Sedang apa kau, mengendap-endap seperti pencuri? " tegas suara seseorang di belakangku.

Bolehkah aku mencekik leher Dellons. Mulut pria itu setajam pisau dan semematikan racun. Sangat menusuk ke hati. Dasar pria kutub sialan! Menyebalkan!.

Falling In Love With Demons [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang