Chpater 08: Pulang Ke Rumah.

2.2K 171 7
                                    

Kediaman rumah orang tua Xilena.

●●●●🌷●●●●

"Xilena...,"

Seseorang memanggilnya. Xilena tidak asing dengan suaranya, tapi ia mencoba berfikir positif. Tubuh Xilena bergetar saat membalikan badan. Matanya seolah-olah ingin keluar dari tempatnya ketika tahu siapa yang memanggil namanya.

Pasokan udara di dalam paru-parunya seolah menipis. Xilena kesulitan bernafas karena terlalu terpaku dengan sosok yang kini berdiri di depannya. Bagaimana bisa ia bertemu dengannya? Ya, dia ayah Xilena, orang yang tidak ingin Xilena temui dan sekaligus orang yang menyebabkan dirinya kabur dari rumah. Alasan Xilena bertahan di rumah keempat pria bersausara itu hanya karena sang ayah.

"A-ayah...," Gumamnya takut. Ia lantas berdiri dari duduknya dan bergegas memeluk tubuh Dellons, guna menyembunyikan ketakutan dalam dirinya. "A-aku tidak ingin pulang. T-tolong aku, Chaz?" Lirih Xilena dengan suara bergerat dan nyaris tidak terdengar. Ia bahkan memeluk tubuh Dellons sangatlah erat.

Di usapnya lembut punggung Xilena. Mata tajam tanpa emosi itu menatap pria paruh baya di hadapannya dengan intens dan mengintimidasi. Dellons melirik ketiga saudaranya yang masih tidak bergeming dari tempatnya.

Ihtheis menutup bukunya dengan gerakan tegas. Tangannya terjulur memanggil pelayan wanita yg ada disana. Sedangkan Vincent segera menarik kursi kosong untuk ayah Xilena duduk.

"Duduklah jika kau ingin bicara, Mr. Oakenshield!" Sindir Vincent.

Alexius menatap ayah Xilena dengan sesekali melirik Xilena yang masih memeluk Dellons. Segitu tidak inginnya gadis itu pulang ke rumahnya? Alexius mengalihkan tatapannya lagi ke arah ayah Xilena. Tidak ada yang boleh mengambil apa yang telah menjadi miliknya dan juga ketiga saudaranya. Begitu pikir Alexius.

Ihtheis menyodorkan menu kepada ayah Xilena. "Pesanlah terlebih dulu sebelum membuka pembicaraan, Mr. Oakenshield!"

Andrew, ayah Xilena hanya menatap datar menu yang di sodorkan Ihtheis kepadanya. Terlihat amarah di mata pria paruh baya itu sehingga untuk sekedar memesan minum atau makanan saja ia tidak peduli.

"Tidak perlu, aku hanya ingin berbicara kepada putriku. Lebih baik ke intinya saja, aku tidak ingin berlama-lama disini!" Ketus Andrew, membuat Alexius justru terkekeh.

Teriknya matahari di siang itu seakan menambah percikan api di dalam diri Andrew. Semakin panas hatinya melihat putrinya justru memilih bersama keempat pria yang Andrew ketahui siapa mereka. Putri yang ia bangakan menentangnya dan berakhir di tangan Lucifer bersaudara yang terkenal dengan predikat buruk mereka masing-masing. Di siang bolong ia justru tertimpa badai.

"Tidak bisakah anda sedikit bersantai terlebih dulu. Tidak perlu terburu-buru. Kami bisa meluangkan waktu sebanyak yang anda inginkan!" Ihtheis menyahut dengan nada santai tetapi, terkesan tegas dan juga berwibawa. "Anda pasti haus. Cuaca hari ini sangatlah panas. Jadi, pesanlah menuman terlebih dulu untuk mendinginkan hati dan pikikan anda!" Lanjutnya.

"Terserah saja, aku tidak peduli!" Geram Andrew membuat Ihtheis terkekeh.

Ihtheis memesankan minuman dingin untuk ayah Andrew. Pria itu bukan bermaksud beramah-tamah. Hanya saja, ia mencoba mencairkan uasana agar Xilena bisa lebih tenang. Sosok Andrew bagaikan malaikat maut yg siap membunuh Xilena detik itu juga. Hal itulah yang membuat Xilena ketakutan. Ihtehis hanya berniat membuat Xilena sedikit tenang.

Tatapan mata Andrew tidak lepas dari putrinya yang memeluk erat tubuh Dellons. Kedua tangannya terkepal menahan emosi. Andrew sudah bertekat menikahkan putri satu-satunya dengan putra teman baiknya. Tapi, semua berantakan.

Falling In Love With Demons [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang