Senin Pagi, Sore, Malam

2 0 0
                                    


Senin Pagi

Senin pagi, aku sudah berada di sekolah, seperti sekolah - sekolah lainnya, sekolahku juga melaksanakan kegiatan rutin hari Senin yaitu upacara pengibaran bendera. Kulihat kanan - kiri, kupandang seluruh penjuru sekolah, tak terlihat keberadaan Ali, dari hari Sabtu malam itu hingga hari ini tak juga bisa dihubungi, tak ada kabar, ada apa dengannya? Hingga upacara usai dan seluruh siswa kembali ke kelas masing - masing rasa penasaranku tak henti - hentinya menggelitik kepalaku. 

Aku sekarang berada di dalam ruang kelas, mata pelajaran matematika akan segera di mulai, ku lihat kursi sebelahku. “Hei Yud, kamu sudah belum PR Matematika? Kalau belum nih nyontek PR ku aja” terbayang akan sosok Ali di kursi itu, mengingatkanku saat kami ada PR matematika dan ia menawariku untuk mencontek PR nya, tapi nyatanya untuk hari ini, kursi di sebelahku tak berpenghuni alias kosong, ini membuktikan bahwa Ali hari ini tidak masuk sekolah.

“Eh kawan - kawan, pak Agus datang, pak Agus datang” ucap salah satu teman kelasku, seketika semua siswa duduk di kursi masing - masing, dan terlihat rapi.Pak Agus adalah guru Matematika di kelas kami sekaligus adalah wali kelas kami. “Selamat pagi anak - anak, hari ini kita akan belajar Matematika mengenai Integral, tapi sebelum kita mulai pelajarannya, bapak ingin memberitahukan berita duka, teman kalian yang bernama Ali Sabtu malam mengalami kecelakaan, kondisinya cukup parah, sekarang sedang di  rawat di rumah sakit, kalian jangan lupa untuk menjenguknya ya” ucap pak Agus. Informasi yang diberikan pak Agus sangat mengejutkanku, Ali kecelakaan? Kenapa bisa? Apalagi sampai parah. Aku pun berniat menjenguknya sepulang sekolah ini.

Senin Sore

Aku menjenguk Ali, ku lihat Ali dalam kondisi yang cukup parah terbaring tertidur di tempat tidur pasien. Aku duduk di dekat tempat tidurnya, suasana benar-benar hening.

“Permisi” terdengar suara gadis yang masuk dalam kamar tempat Ali dirawat. Kulihat sumber suara yang ternyata gadis itu adalah Citra. “Eh Citra, silahkan masuk Cit” ucapku padanya. “Iya kak, terima kasih” ucapnya sambil meletakkan buah-buahan di meja pasien. “Gimana keadaan kak Ali kak?” sambungnya. “Seperti yang kamu lihat Cit, kata dokter sih semua lukanya sudah diobati, tinggal penyembuhan saja” jawabku. Kulihat Citra mendekati Ali, “Kak, nanti kalau kak Ali sudah bangun, bilang sama kak Ali ya kalau Citra gak bisa lagi lanjutin hubungan sama Kak Ali” Ucapnya. “Loh maksudnya gimana Cit? Kamu mau Putus?” tanyaku. Citra hanya mengangguk mengiyakan pertanyaanku. “kamu tahu lah Cit, Ali cinta banget sama kamu, gak mungkin dia setuju kamu minta putus” ucapku. “aku gak minta persetujuan kak Ali kak, pokoknya Citra gak bisa lanjut sama Kak Ali lagi, alasannya kenapa Citra gak bisa cerita” kata Citra menegaskan. Aku hanya bisa terdiam, Citra pun mengusap pelan rambut Ali, kupandang wajah Citra, ada ekspresi kesedihan dari wajahnya, suasanya menjadi hening kembali. Jika dilihat-lihat, Citra memanglah cantik dan anggun, sudah menjadi hal wajar jika Ali menyukainya. “O iya Cit, aku boleh nanya sesuatu nggak?” tanyaku memecah keheningan.“Eh.. iya kak, tanya apa?” responnya. “Sabtu malam, sebelum Ali kecelakaan, dia sempet nelpon ke aku sambil bermotor, dari nada suaranya dia kayak ada masalah gitu, kamu tau gak masalahnya apa?” tanyaku. Citra diam mendengar pertanyaanku, dengan sedikit gagu dia menjawab “Sebenarnya kak..” ucapnya terpotong. “Sebenarnya apa Cit?” tanyaku penasaran. Ia terdiam lagi, dibukanya HP lipatnya, “Maaf kak, sudah sore banget ini, aku harus buru-buru pulang, takut ntar dimarah orang tua kalau telat pulang, lagian tadi kesini diantar ,aku permisi dulu ya kak” ucap Citra dan berlalu pergi seperti menghindar. Suasanan kamar hening kembali. Dan aku pun bingung, bagaimana respon Ali kalau aku cerita, Citra menitipkan pesan, memutuskan hubungannya dengan Ali, aku rasa Ali pasti tidak setuju.

Senin Malam

Senin malam, Ali pun sudah terbangun dengan terpaksa aku cerita bahwa Citra memutuskannya, aku yakin Ali pasti tidak setuju. “Hah? Kamu setuju hubungan kalian putus?” Aku kaget mendengar jawaban Ali. “Jangan alay gitu deh Yud kagetnya” protes Ali, “Gimana gak kaget, kamu kan cinta banget sama dia” tanyaku heran. “Udah jangan kenceng bener ngomongnya, bahkan kalau Citra gak mutusin, aku bakal mutusin dia duluan” jawabnya. Aku masih terheran-heran. Ali pun menceritakan kejadian hari Sabtu sebelum ia kecelakaan “Jadi begitu ya Li ceritanya?” Ucapku setelah mendengar cerita Ali. “Iya Yud, awalnya aku juga nggak percaya, tapi setelah aku lihat sendiri, ternyata memang benar Citra seperti itu” Ucap Ali. “Hemm, yaudahlah Li, cewek gak setia mah gak usah dipikirin” ucapku  ke Ali. “Hahaa iya Yud, sebenernya malam itu aku mau ke rumahmu mau cerita, tapi ya gitu deh, karena ngindarin kucing malah kecelakaan” Ucap Ali sambil tertawa kecil. “Yaudah deh, yang penting kamu selamat,  kamu masih di kasih hidup, jujur aja aku sempet kaget karena tiba-tiba kamu ngilang setelah ngomong ditelpon kayak ada masalah gede banget” ucapku. “Sebenernya aku masa bodoh sih Yud, tapi gimana ya, kebawa marah, cemburu ah banyaklah campur aduk jadi satu bikin pikiran kemana-mana, jadi aku gak bisa ngomong dengan santai” Ucap Ali. “Oke deh sekarang kamu tenangin diri kamu, cepet sembuh, cepet sekolah lagi, biar ada yang nyontekin pas ada PR dan Ujian” Ucapku. “Kampret lah, nyuruh temen cepet sembuh cuman biar ada yang nyontekin” protes Ali. “Hahahahaaa” kami pun tertawa.

Metamorfosis (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang