Metamorfosis

3 0 0
                                    

Hari ini hari Senin, aku berusaha bangun lebih pagi, seperti dulu saat SMA, akulah yang selalu menyiapkan sarapan setelah Ibuku meninggal. Aku pun beranjak menuju dapur untuk menyiapkan sarapan, dari jauh sayup sayup aku mendengar suara dari arah dapur, ternyata suara tersebut berasal dari kegiatan adekku di dapur pagi ini. “Eh kakak sudah bangun sepagi ini, rajin ya jadi cowok” sindirnya, “yaelah, dari dulu juga kakak yang selalu bangun pagi, kamu ngapain dek?” jawabku. “Ihh kakak cuci muka dulu gih, biar bisa ngelihat, orang jelas jelas Via lagi masak bikin sarapan” katanya. “Hah? Emang kamu bisa masak?” jawabku tidak percaya. “Bisa dong, Via kan ikut ekskul tata boga di sekolah, terus Via diajarin masak sama senior cewek, dia baik banget, Via sering ke rumahnya untuk belajar masak” jawabnya. “Senior? Rajin banget ngajarin kamu yang bandel hahaa, emang siapa nama seniormu itu?” ucapku mengejek dan bertanya. “Yee kakak mah ngejek terus? Namanya... namanya..” ucapnya tidak segera menyelesaikan perkataannya, “Namanya?” ucapku heran, “Namanya.. ada deh,, kakak mah kepo, Via gak mau cerita, ntar kakak godain senior adek” jawabnya. “Yaelah pelit, lagian kakak nggak mungkin godain seniormu yang sudah baik ngajarin kamu masak kalik, terlebih cewek seniormu itu” jawabku. “iyalah,, kakak kan gak suka cewek, kakak kan homo” ejeknya. “Ehh kampret... ngejekin kakak aja hobinya, yaudah deh kakak mo lanjut tidur, bikin sarapan yang enak ya” jawabku sambil menuju kamar. “Siap tuan muda” jawab adekku dengan gaya lucunya.

Beberapa jam berikutnya, di meja makan sudah tersedia makanan beraneka macam, aku sempet heran “Ini bener masakan Via?” gumamku dalam hati. Adekku dan ayahku pun sudah siap untuk sarapan pagi ini, adek sudah mengenakan pakaian seragam putih abu-abunya, ayah pun juga sudah mengenakan pakaian kantornya. “Ini beneran masakanmu semua dek?” tanyaku. “Iya dong, tentu ini masakan adekmu, gak percaya ya?” tanya ayah. “Iya, kakak gak percaya ya? Atau mo ngejek? Udah makan aja deh kak, pake tanya-tanya”Jawab adekku. “Hahaha iya deh iya deh” ucapku. “Adekmu sudah banyak perubahan Yud, sudah bermetamorfosis dia, berubah ke arah yang lebih baik, kamu juga kudu berubah Yud!” jelas Ayah. “Berubah apa.an Yah? Kan Yudi dari dulu sudah baik” tanyaku protes, “Yaa.. berubah statusnya, gak jomblo lagi hahahaha” Canda Ayahku, “Iya kak, sudah kuliah masak masih Jomblooo” tambah adekku, “Ahh sudah sudah makan makan makan” jawabku. Aku dan keluarga pun melanjutkan sarapan hingga sarapan usai. 

Adekku memintaku mengantarkannya berangkat ke sekolah, “Beneran diantar? Tanyaku, “Bener” jawabnya mengangguk, “Gak Malu?” tanyaku lagi, “Nggak, udah ah ayuk antar” jawabnya naik keboncengan. Aku pun menghidupkan motor dan mengendarai motor ke arah sekolah “Wah, reuni nih aku” gumamku.Sesampainya di sekolah, Via ternyata sudah ditunggu oleh seorang cewek yang aku merasa tak asing tapi aku lupa namanya. “Selamat pagi kak Yudi, wah hari ini Via minta dianterin ya” ucapnya. “Eh iya, selamat pagi” jawabku. “Eh Via, aku gak bisa lama-lama nih, aku duluan boleh? Soalnya harus nyiapin diri jadi Paskibraka upacara pagi ini” ucap cewek tadi. “Yaahh.. yaudah deh kak Cit, kakak duluan aja, semangat jadi pengibar benderanya.” Ucap Via. Cit? Cit? Ntar, kayak gak asing dengan panggilan seperti itu, pikirku. “Dada... Via.. kakak duluan” ucap cewek itu dan pergi mendahului Via, “okee kak Citra..”jawab adekku. “Eh siapa tadi namanya?”tanyaku, “Citra kak, senior adek yang tataboga itu” jawab adekku. “Via, kakak gak mo tahu, mulai hari ini kamu jauhin dia, dia cewek gak bener” perintahku, takut Via jadi seperti Citra. “Gak bener gimana? Kakak tuh yang gak bener? Dah ah, adek pamit dulu”protes adekku sambil menyalamiku masuk sekolah. Aku pun kawatir kalau adekku sampai seperti Citra, jadi cewek gak bener seperti dulu. 

Sesampainya di rumah, aku melihat ayah, “Loh kok ayah di rumah, bukannya tadi sudah siap berangkat kerja?” tanyaku. “Iya, ayah tadi ke kantor, cuman izin soalnya kita hari ini bantuin tetangga sebelah kita beres-beres, beberapa hari lagi mereka pindah kesini” kata Ayah. “Yah, Yudi mau ngomong sesuatu, mengenai Via, kayaknya kita harus jauhin Via dari senior tata boganya itu deh” ucapku. “Loh kenapa? Hemm yaudah ntar aja kita bahas ya, kamu ganti baju dulu, terus kita bantu calon tetangga kita beres-beres” ucap ayah. Aku pun menurut berganti pakaian dan bersama ayah membantu calon tetangga kami beres-beres rumahnya.

Malam harinya, aku berpikir akan percuma membahas tentang Citra dengan ayah, aku harus menyelesaikannya tanpa membahasnya dengan ayah maupun Via. Malam itu juga aku menemui Ali, aku memintanya mengantarkan aku ke rumah Citra. Sampai sana, kami bertemu dengan Citra di lokasi tidak jauh dari rumah Citra, aku katakan mulai saat ini, jangan lagi mendekati Via. Aku mengatakan cukup pengkhianatan yang ia lakukan kepada Ali malam Minggu saat sebelum Ali kecelakaan, jangan sampai ia juga mengkhianati adikku. “Pengkhianatan? Pengkhianatan apa kak?” ucap Citra. “Yud, tenangkan dirimu dulu” kata Ali. “Sudahlah Li, kamu kan sudah dikhianatinya, gak usah belain dia. Dan kamu Citra, jangan sembunyikan sifat jelekmu itu dengan tingkahmu yang sok baik di depan semua orang” bentakku kepada Ali dan Citra. Citra terlihat mulai berlinang air mata. “Kamu pikir, dengan kamu menangis, aku akan luluh hah? Cukup kamu aja cewek gak bener, bilang ke Ali ngurusin orang tua sakit, tapi nyatanya jalan dengan cowok lain, bahkan sampai membiarkan cowok lain menginap saat rumah sepi, jadi, gak usah deket Via apalagi mengajak dia gak bener juga kayak kamu.” Ucapku. “Jalan sama cowok lain? Siapa kak? Citra gak pernah jalan sama cowok selama ini” protes Citra sambil menangis. “Sudahlah, diam kamu” bentakku. “Jangan perlihatkan dirimu padaku dan Via lagi” sambungku.Tangis Citra makin menjadi,aku pun pergi, aku mengajak Ali tapi ali menolak, ia mengatakan akan mengatar Citra pulang terlebih dahulu, sumpah gak tahu apa pikiran Ali sampai dia masih mau berbuat baik pada Citra. Masa bodohlah, aku pun pergi meninggalkan mereka.

Metamorfosis (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang