Love is a promise, love is a souvenir, once given never forgotten, never let it disappear.
-John Lennon
Cali
"Bagaimana dengan hari Jumat?" Gideon melipat kedua lengannya di depan dada lalu bersandar di loker Atlas.
"Permisi!" Atlas menggeser Gideon, sahabatnya sejak masih ingusan berumur 5 tahun, ke samping. Kemudian cowok beralis tebal itu juga memerhatikan aku yang sibuk menyembunyikan coklat dari Alex ke dalam saku jaketku.
"Ada apa dengan hari Jumat?"
"Pestanya Felix!" jawab Gideon dan Atlas bersamaan. Mereka yang terkenal di seantero sekolah kami itu sampai membuat gadis-gadis berseragam pemandu sorak yang lalu lalang di sekitar kami, menengok dan cekikikan.
"Oh iya, benar."
"Kau lupa? Felix akan marah besar." Seru Gideon, curiga.
"Mana mungkin aku lupa." Sial. aku memang lupa.
"Bagus! Aku akan menjemputmu dan Mikey pukul 7 malam." Gideon dan Atlas baru saja akan berbalik.
"Tapi aku tidak bisa datang." Aku tahu mereka akan kecewa. Felix, apalagi. Dia sudah membicarakan pesta ulangtahunnya yang mengundang DJ dan sleebgram idolanya itu sejak sebulan yang lalu. Dia akan memusuhiku selama tahun senior kami kalau sampai aku tidak datang.
"Felix akan memotong leher cantikmu dan menggantung kepalamu di atas loker!" Atlas menatapku tidak percaya.
"Aku sudah ada janji dengan seseorang. Bagaimana ini?"
Gideon memicingkan matanya padaku. Dia tampak kesal namun berhasil menahannya. Dia selalu berhasil menahannya. Dia hampir tidak pernah bertengkar denganku, setidaknya begitu jika dibandingkan teman-temanku seperti Atlas, Felix bahkan kakak tiriku, Mikey. "Biar kutebak. Alex?"
Aku mengedikkan bahuku.
"Mikey akan menendang bokongnya kalau dia sampai tahu!" Atlas memperburuk keadaan dengan memberikanku kemungkinan yang bisa dipastikan akan terjadi.
"Alex akan membalas Mikey dengan meninju wajahnya!" aku tidak percaya aku baru saja mengatakan ini.
Kalimatku menghasilkan tatapan kaget dari Gideon dan Atlas.
"Terserahlah!" Gideon benar-benar berbalik, meninggalkanku dan Atlas.
"Kau akan membuat Perang Dunia ke tiga pecah!" Atlas menarik nafasnya dalam-dalam. Aku tahu yang dimaksudnya adalah Mikey versus Alex.
Aku tidak begitu tahu harus apa.
Aku hanya bersandar pada lokerku, memerhatikan Gideon dan Atlas yang berjalan ke arah pelataran parkir, diiringi teriakan para murid Junior yang dilemparkan senyum oleh mereka berdua.
...
"Kau tahu, kan? All red?". Felix mengacak-acak rambut tebalnya, yang secara ajaib selalu kembali ke bentuknya semua. Kalau ada semacam penghargaan tentang siapakah pemilik rambut terbaik dan tersehat pada angkatan kami, Felix akan membawa pulang pialanya, aku serius.
"Kau tahu kan, aku tidak punya banyak baju berwarna merah?" balasku, menyeruput coklat panas dari mug besar di hadapanku.
"Tidak perduli!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Catharsis
RomanceHi! aku Cali, California. Selamat datang di kisah hidupku selama tahun senior di SMA. Cerita ini tentangku yang jatuh cinta Pada orang yang salah. klise? iya, tentu saja. Tapi bukankah tidak ada kisah cinta yang tidak klise? okay aku bercanda! tida...