4

43 2 0
                                    


We loved with a love that was more than love.

- Edgar Allan Poe


Cadence

Aku membuka buku Mansfield Park dari Jane Austen yang baru kubeli dari The Porter dan duduk di meja bar Starbucks, menunggu Coklat panasku selesai disiapkan oleh Barista yang wajahnya mulai tidak asing, Nancy.

"Coklat panasmu, Cadence." Dia tersenyum sambil merapikan rambut jahenya.

"Terimakasih, Nancy." Jawabku.

"Ah... dia lagi.." serunya dengan wajah memerah, melihat kearah pintu masuk: Atlas dan Mikey. Tunggu! Siapa yang dia maksud? Kumohon, jangan katakan dia sedang malu-malu karena Mikey. Tidak, rambut Mikey malamini membuatku tidak fokus dengan minumanku, apalagi Mansfield Park. Aku buru-buru menenggelamkan kepalaku ke dalam bukuku tanpa alasan yang jelas kenapa.

Tapi, kenapa tidak ada Big G? kenapa aku peduli?

"Hey new girl." Sapa Atlas, cowok tinggi dengan aksen yang asing. Dia adalah orang Korea Selatan. Dia tersenyum sangat lebar dan membuat kedua matanya menyipit. Atlas membetulkan letak snapback putihnya dan melepas jaketnya yang berwarna hijau army.

"Hey. Namaku Cadence, bukan new girl."

"Maksudku itu." Dia duduk di sebelahku dan wanginya yang seperti cedar woods langsung memenuhi hidungku. Dia memerhatikan bukuku selama beberapa detik tanpa komentar dan dari jarak sedekat ini, aku bisa melihat wajah Atlas adalah definisi dari sempurna. Dia mempunyai hidung yang mancung dengan porsi yang pas, alis mata dengan bentuk yang rapi, garis rahang yang lembut dan bibir yang kemerahan. Tubuhnya tinggi dan tampaknya dia mempunyai selera fashion yang sangat baik.Dia seperti pahatan dewa Yunani.

"Kau. Lagi." Aku kenal suara itu. Mikey. Suara Mikey membuatku melupakan pesona Atlas seketika.

Dia duduk di sebelah temannya.

Nancy kembali ke belakang kasir, diikuti oleh Atlas yang tiba-tiba saja bangkit dan hendak memesan minumannya. Meninggalkanku dan Mikey di meja bar. Mikey bergeser menggantikan posisi Atlas di sampingku.

"Atlas adalah pelanggan tetap di sini setiap Sabtu malam." Gumam Mikey sambil tertawa kecil melihat tingkah Atlas yang sangat kentara mencoba menarik perhatian cewek di depannya, Nancy.

Sekarang aku tahu siapa yang dimaksud Nancy tadi. Ya, aku lega mengetahui itu bukan Mikey. Seperti ada semacam tali tambang yang dilepas dari tubuhku.

"Dan.. kau?"

Dia mengedikkan bahunya, "Hanya menemani Atlas. Biasanya kami datang dengan Gideon tapi dia tidak bisa dihubungi sejak semalam." Jarinya memutar-mutar handphone tipisnya.

Terdengar mengkhawatirkan.

"Kau.. mengenal Gideon?". Tanyanya tiba-tiba. "Maksudku, dia memanggilmu saat di cafeteria, ya kan?"

"Kami berkenalan di koridor sekolah saat aku hendak ke ruangan Mrs.Camper." jawabku jujur. Seolah-olah aku tidak ingin Mikey berpikir aku sangat mengenal Gideon. Apakah aku terlihat terlalu jelas menyukai Mikey? Tunggu. Aku baru saja bilang kalau aku menyukai Mikey. Jantungku mulai berpacu dengan sangat cepat dan membuatku tidak nyaman sekaligus bahagia. "Dia menumburku." Tambahku.

Mikey mengangguk dan kembali memamerkan senyum miringnya. "Yeah dia menjemputku, Cali dan Atlas kemarin malam untuk pergi ke pesta Felix. Lalu dia mengantarkan Cali pulang karena adikku itu tidak enak badan dan.... Whoop! Dia tidak kembali."

CatharsisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang