It was like shooting a sitting duck, A little small talk, a smile and baby I was stuck
-ABBA
Cali
Suasana William McKnight High School sudah panas sejak tadi pagi. Mikey bilang padaku saat berangkat sekolah, kalau mereka menang, dia akan membelikanku es krim rasa vanilla kesukaanku seember penuh, ukuran yang tidak akan habis sampai sebulan lamanya. aku hanya menjawab dengan anggukan sangat keras hingga leherku terasa sakit. Dia masih membuatku merasa seperti anak kecil berumur 8 tahun.
"Mikey!" Riri berlari menghampiri kami dan mengambil posisi di samping Mikey. Dia mengaitkan lengannya di lengan kakakku. Mikey melirikku bingung namun dia bukan cowok jahat yang langsung menarik tangannya begitu saja. Dia membiarkan lengan Riri yang kurus hinggap di sana. "Kalian akan menang, aku tahu itu!"
"Terima kasih.." jawab Mikey. "Aku anggap itu sebagai doa."
Riri mengedikkan bahunya.
"Saat kau menang nanti, temui aku di bangku pemandu sorak. Ya?"
Mikey hanya menelengkan kepalanya, tanda bingung. "Untuk apa?"
Kami melewati loker Cadence dan kulihat cewek itu sedang bicara serius dengan Gideon. Tidak biasanya si Quarterback itu datang sepagi ini. mungkin mereka sedang membicarakan tentang tugas puisi. Tapi kalau memang iya, wah! Gideon sangat serius tentang puisi. Aku berniat terus jalan karena kalimat Atlas tentang perasaan Gideon padaku semalam membuatku tidak nyaman, namun Mikey memutuskan untuk menghentikan langkahnya.
"Hey.." sapa Mikey dan bisa kusaksikan baik Gideon maupun Cadence sama-sama tidak nyaman dengan kehadiran kami, atau kehadiran orang lain di sekitar mereka. Kedua mataku bertemu dengan mata Gideon. Kalau memang ini tentang puisi, mungkin kami memang berada di tengah-tengah pembicaraan yang sangat serius. Lebih serius ketimbang Shakespeare Tragedies.
"Hey.." Gideon berdeham dan menggaruk kepalanya. Jakunnya naik turun saat dia menelan ludah. Sial! Kenapa aku jadi mememerhatikannya sedetil ini.
"Cadence, nice jacket!" Riri mencairkan suasana dengan memuji jaket bomber milik Cadence yang berwarna merah maron dengan list hitam di bagian kerah dan lengannya.
"Mikey, sepertinya mereka sedang serius.." tambahku. Aku tidak tahu kalau aku terdengar sarkatis atau tidak, tapi kalimatku barusan membuat Mikey menarik tanganku dan menjauh. Dia seperti iritasi melihat Gideon dan Cadence tapi aku tidak tahu alasannya apa.
Riri mengikuti kami, clueless dengan apa yang terjadi.
Aku juga tidak tahu apa yang barusan terjadi.
"Botol minumku hilang dari loker!" seru Atlas tiba-tiba. Dia muncul di depan kami dengan kemeja putih, jaket army dan celana robek di bagian lututnya.
...
Aku duduk di bangku penonton, menunggu para pemain futbol muncul dengan gagah dari arah gerbang masuk lapangan futbol. Hal itu adalah salah satu dari banyaknya adegan permainan futbol yang membuatku bangga melihat Mikey ada di dalam rombongan, berlari dengan kencang bersama teman-temannya sambil berteriak.
"Hey!" Aku menyikut lengan Cadence dengan pelan, "Kau seperti tidak berada di sini."
Cadence tersenyum, "Iya, pikiranku sedang melayang ke suatu tempat!".
KAMU SEDANG MEMBACA
Catharsis
RomanceHi! aku Cali, California. Selamat datang di kisah hidupku selama tahun senior di SMA. Cerita ini tentangku yang jatuh cinta Pada orang yang salah. klise? iya, tentu saja. Tapi bukankah tidak ada kisah cinta yang tidak klise? okay aku bercanda! tida...