Selamat membaca~
Miku p.o.v~
Hari ini aku memulai pelatihan sihirku. Kentaro-kun dan Kaoru-kun menarikku paksa setelah bel pulang berbunyi. Bahkan aku belum sempat mengatakan apapun pada Kaito-kun. Ah Kaito-kun pasti akan marah dan salah paham padaku. Mereka membawaku masuk ke sebuah mansion besar. Mansion yg sama seperti yg sebelumnya saat aku sadar setelah pingsan akibat pertama kali bertemu sekawanan iblis dan mereka berenam. Mansion ini milik Tsukasa-senpai. Ah aku harus memanggilnya Tsukasa-kun atau dia akan menatapku dengan tatapan menusuk itu lagi.
'Haaaaahhhh~'
Aku menghela nafas pasrah. Mereka membawaku ke halaman belakang rumah itu yg kelewat besar, dan lebih mirip hutan belantara. Kaoru-kun memasang barrier agar dampak sihir tidak terlihat maupun terkena keluar. Tsukasa-kun yg melatihku pertama kali.
"Queen, ulurkan tangan kananmu ke depan. Lalu rasakan panas yg menjalar ke seluruh tubuhmu. Perlahan fokuskan panas itu ke tanganmu dan kendalikan menjadi wujud api" ucapnya. Aku mencoba melakukan apa yg ia katakan. Perlahan aku bisa merasakan panas yg menyelimuti tubuhku. Dan keluar api dari tangan kananku. Aku mulai membesarkan ukuran api itu dan mencoba mengendalikannya sesuai keinginanku. Dan aku melemparnya ke sebuah batu besar yg ada di hadapanku.
'duarr'
Batu itu meledak. Mereka menatapku dengan pandangan kagum, terutama Tsukasa-kun. Ia yg berdiri disampingku, mengelus kepalaku dengan lembut. Aku merasakan wajahku memanas. Mungkin wajahku sudah menjadi semerah tomat. Aku memberanikan diriku menatap wajahnya. Dia tersenyum manis sekali.
"Kau memang hebat Queen. Kau melakukannya melebihi bayanganku" pujinya.
"T-terima kasih" ah aku tergagap. Apa aku merasa malu padanya? Seperti bukan diriku saja. Rasanya saat bersama mereka sama seperti aku bersama Kaito-kun. Kepribadianku yg urakan rasanya tertelan ke dalam bumi. Tidak mungkin kan aku jatuh cinta pada mereka sekaligus saat aku sudah memiliki Kaito-kun di dalam hatiku? Aku tidak ingin menjadi gadis egois seperti itu.
Selanjutnya Arata-kun yg melatihku sihir air. Dia memberi arahan tidak jauh berbeda dari Tsukasa-kun. Aku pun mencoba melakukannya. Perlahan, aku merasakan kesejukan air di dalam diriku sekaligus di sekitarku. Aku mencoba mengendalikan tiap tetes air itu dan membentuknya menjadi sebuah bola air raksasa. Setelah itu aku merubah bentuknya menjadi angsa air raksasa dan menggerakkannya ke arah sebuah batu yg tidak jauh dari batu yg telah hancur sebelumnya. Dan batu itu hancur oleh angsa air ku. Arata-kun melihatku dengan senyum termanisnya. Kuakui bahwa senyuman Arata-kun yg paling manis diantara mereka berenam.
Aku terus melanjutkan latihanku dengan baik. Mereka bergantian melatihku sihir elemen. Fumiya-kun mengajariku sihir angin, Seiya-kun dengan sihir kayu-nya. Kaoru-kun dengan sihir tanah dan terakhir Kentaro-kun dengan sihir petir nya. Kami berhenti saat langit berubah menjadi jingga. Aku lelah. Keadaanku berantakan dan tubuhku dipenuhi keringat.
"Queen, mandilah dan ganti bajumu dengan baju yg telah kusiapkan untukmu. Aku akan mengantarmu pulang setelah kita makan malam bersama" ucap Tsukasa-kun sambil menunjuk sebuah baju atau lebih tepatnya sebuah gaun putih selutut tanpa lengan yg dibawa oleh salah satu pelayannya tadi.
"Baiklah" aku hanya bisa mengangguk dan mengikuti perkataannya. Aku pergi membersihkan diriku di kamar mandi yg ada di dalam kamar yg telah ia siapkan untukku. Aku berendam air panas di dalam bathtub besar sembari merenungkan banyak hal yg telah terjadi padaku. Jujur saja aku sulit untuk mempercayai hal hal itu. Rasanya seperti terlempar ke sebuah negeri dongeng, namun ini nyata. Setelah selesai dengan semua lamunanku. Aku kembali ke kamar dan memakai gaun tadi. Gaun ini indah sekali. Sederhana tapi kelihatannya mahal. Sebenarnya aku tidak begitu nyaman memakai pakaian feminim seperti ini. Aku biasanya hanya memakai kaos dan hotpants atau jeans panjang juga dilengkapi jaket hoodie. Tomboy sekali kan? Tapi anehnya aku suka rambutku panjang. Setelah selesai seorang pelayan wanita yg terlihat sudah berusia sekitar 30 -an menjemputku dan memintaku ke ruang makan karena tuannya sudah menunggu. Tuannya? Tentu saja Tsukasa-kun. Siapa lagi memangnya. Aku berjalan dengan pelayan tadi yg ada di belakangku memberiku arahan. Padahal aku sudah memintanya untuk tidak memperlakukanku seperti orang penting. Tapi dia menolak dengan alasan perintah dari tuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Love
FantasyMenjadi reinkarnasi seorang Queen -pemimpin dari para Raja Witch- tak pernah dia bayangkan. Apalagi mengetahui kenyataan bahwa ia terikat dalam hubungan dengan reinkarnasi dari para raja tersebut. Kise Miku, harus menjalani takdir yg tidak pernah ia...