Namanya Kim Seok Jin usianya dua tahun lebih tua dariku. Ketika aku masih kelas satu dia sudah kelas tiga. Seisi sekolah mengenalnya. Hmm dia memang populer. Populer karena wajahnya juga prestasinya. Dia dikenal memiliki sifat yang baik dan peduli terhadap teman-temannya.
Sebenarnya selama di sekolah penampilannya biasa saja, condong ke geek. Kaca mata tebalnya selalu tersampir di hidung runcingnya. Tetapi kata orang-orang penampilan Seok Jin jauh berbeda ketika dirinya berada di luar sekolah. Berkat perkataan orang-orang itulah yang akhirnya membawaku ke tempat ini. Aku ingin membuktikan apakah Seok Jin benar-benar seperti yang diceritakan oleh teman-temanku.
Sore itu aku sudah berada di dalam arena sepak bola yang berbentuk stadion dan penuk sesak oleh suporter. Tidak jarang aku menemukan banyak remaja yang berpenampilan maksimal demi terlihat mencolok.
Aku mengarahkan pandangan saat melihat pemain dari sekolahku memasuki lapangan. Ada Seok Jin di sana, jalannya santai tanpa memperlihatkan raut kecemasan di wajahnya. Dia terlihat berbeda dengan baju bebas. Meski laki-laki itu hanya memakai jersey Nike dengan rambutnya yang di-gel sampai jabrik membuat dahinya yang lebar terlihat. Selain tampan dia juga terlihat fashionable. Kaca mata yang biasa bertengger di hidungnya sekarang tidak terlihat. Auranya benar-benar berbeda saat tidak mengenakan seragam sekolah. Dari situ aku mulai terpana melihatnya. Dan aku yakin, aku tidak sendiri semua orang juga begitu.
Suasana gedung semakin riuh dengan kedatangan laki-laki itu. Tidak ada yang tidak teriak termasuk diriku. Tenggorokanku nyaris bengkak akibat terlalu sering teriak. Pertandingan berlangsung 90 menit dan dimenangkan oleh sekolah kami. Setelah mendengar pluit dari wasit menandakan pertandingan telah usai para suporter berdiri lalu turun ke lapangan.
Untuk yang itu aku tidak ikut dan menarik tubuhku keluar lapangan. Aku memang tidak terlalu suka keramaian. Kedatanganku ke sana hanya untuk melihat penampilan Seok Jin itu saja.
* * *
Sungguh aku tidak pernah sekalipun berinteraksi dengan Seok Jin. Dia jelas tidak mengenalku dan aku juga tidak menegurnya bila berpapasan di jalan. Aku mulai saling menyapa dengannya saat sedang membersihkan panggung usai menyelenggarakan pesta Natal. Saat itu aku bertugas menjadi tim dekorasi bersama dengan dua temanku Seolhyun dan Naeun tetapi aku tidak tahu bagaimana cara mereka merayuku sehingga aku mengiyakan perkataan mereka. Mereka bilang akan melakukan latihan cheerleader sore nanti dan mereka butuh istrihat. Aku dengan gampangnya mengiyakan kemauan mereka dan terpaksa membersihkan panggung sendirian.
Sudah satu jam aku membersihkannya tanpa ada yang membantu meski saat itu banyak orang yang berlalu lalang di sekitarku. Aku berhenti melakukan aktivitasku saat mendengar suara langkah kaki seseorang mendekatiku.
"Apa aku bisa membantumu?" tanya seorang laki-laki yang suaranya terdengar asing.
Aku mengangkat badanku dan terkesiap saat menyadari laki-laki itu adalah Seok Jin. "b-boleh," jawabku gugup.
Seok Jin tersenyum
"Makasih sudah mau membantu. Namaku Hana." Aku membungkuk untuk berkenalan dengannya.
Seok Jin balas menunduk sambil tersenyum dia berkata, "aku tahu. Namaku Seok Jin."
"Aku tahu," ucapku. Konsentrasiku sedikit terganggu saat Seok Jin ternyata mengetahui namaku. Dari mana? Ketahuilah dulu aku bukanlah gadis populer di sekolah. Aku tergolong geek belum pandai merawat diri seperti sekarang. Sehingga saat Seok Jin mengetahui namaku menjadikan hal itu sebagai tanda tanya besar.
Seok Jin melemparkan senyum mematikannya membuatku susah bernafas. Buru-buru aku menenangkan diriku. Selama membersihkan panggung kami diam. Seok Jin dengan telaten mengangkat kursi plastik dan mengumpulkannya di samping tembok sekolah. Dia juga membantuku melepas hiasan di panggung. Semenjak laki-laki itu membantuku segalanya terasa ringan.

YOU ARE READING
Eufhornia
RandomTidak jarang orang mengatakan bahwa hidup Hana itu begitu sempurna. Gadis itu menikah dengan orang yang dicintainya. Suaminya kaya dan sanggup mengikuti semua keinginannya termasuk mendukung sifat gila belanjanya. Kata orang dia sangat beruntung bis...