Aku tidak pernah tahu apakah Seok Jin benar-benar mencintaiku atau tidak. Karena begini kami menikah atas usul dari kedua orang tua kami. Keluarga Seok Jin adalah kolega perusahaan ayahku. Tujuan dari pernikahan ini tidak lain hanya untuk memperkokoh pundi-pundi bisnis keluarga. Dan waktu itu aku menuruti keinginan orang tuaku untuk dinikahkan. Itu karena calon suamiku adalah Seok Jin. Untung saja yang akan menikahiku adalah laki-laki itu kalau bukan dia mungkin aku akan membrontak secara frontal.
Kutatap beberapa tumpukan novel di rak buku yang menempel di dinding kafe. Aku mengabsen satu persatu novel mana yang sudah kubaca. Aku memang gemar sekali membaca karya fiksi, aku bisa menghabiskan waktu berjam-jam tanpa fokus menghadapi yang lain. Aku menimbang-nimbang apakah aku akan membaca novel karya Agatha Christy ini apa tidak. Kebetulan karyanya yang terakhir belum aku baca.
"Apa kau hobi membaca?"
Aku menoleh dan mendapati sosok Seok Jin sudah berdiri di sampingku. Kami memang sudah berencana untuk bertemu untuk mendiskusikan soal pernikahan. Boleh dikata ini adalah kencan pertama kami. Kita lihat apakah aku bisa mengontrol nafasku dengan baik atau tidak.
"Sejak kapan kau di sini?"
"Aku sudah di sini semenjak 60 detik yang lalu."
"Oh kenapa aku tidak menyadarinya ya?" tanyaku sambil tersenyum. Aku mengikuti langkah Seok Jin menuju tempat duduk.
"Aku agak cemburu dengan buku," candanya kemudian.
Dari penampilannya, Seok Jin cukup rapi. Orang bisa dengan mudah menebak bahwa dia adalah seorang CEO hanya dengan melihat penampilannya. Dari cara bicaranya dia cukup santun. Meski dia lulusan universitas di Inggris tetap saja tutur katanya sederhana. Dia tidak arogan dan sok pintar. Setiap kali aku melihatnya dia selalu tersenyum. Dan untuk beberapa saat aku tidak bisa bernapas.
"Mau minum apa?" tawarnya ketika melihat menu di atas meja.
"Es lemon tea boleh."
"Makan?"
"Steik daging," jawabku singkat.
Setelah menulis pesanan. Seok Jin kembali sibuk dengan tab-nya berukuran 10 inches itu.
"Aku harap kau tidak keberatan. Sebentar lagi akan selesai." Dia menatapku sejenak lalu menunjukkan layar tab bermerek Samsung itu. Dia memang pekerja keras. Kuakui itu. Aku sering mendengar cerita itu dari ayahku.
"Kalau kau memang sibuk, kau tidak perlu mengajakku bertemu.."
"Tidak... tidak... aku hanya butuh waktu lima menit. Bisakan?"
"Oh, oke."
Sepertinya calon suamiku memiliki segudang aktivitas. Selagi menunggu dia bekerja aku mulai memperhatikan wajahnya. Mulai dari matanya hingga ke bibirnya.
"Ada yang ingin kau tanyakan tentangku?" tanyanya tanpa menoleh.
"Kenapa kau memilihku?" ujarku tiba-tiba. Jujur aku sampai sekarang belum merasa bahwa dia memilihku karena dia mencintaiku.
"Aku mencintaimu," jawabnya singkat.
"Aku butuh jawaban detail."
"Cinta tak memiliki alasan. Hanya itu yang bisa kujawab."
"Itu bukan jawaban."
Seok Jin menaruh tab-nya di atas meja dan kini dia sedang menatapku.
"Kau mau jawaban seperti apa lagi? Aku menyukaimu semenjak masih sekolah. Kau tidak ingat momen kita bersama dahulu?" tanyanya. Aku agak senang mendengar dia mengingat masa-masa dulu. Tetapi aku tidak yakin. Entahlah!
![](https://img.wattpad.com/cover/162898741-288-k203160.jpg)
YOU ARE READING
Eufhornia
RandomTidak jarang orang mengatakan bahwa hidup Hana itu begitu sempurna. Gadis itu menikah dengan orang yang dicintainya. Suaminya kaya dan sanggup mengikuti semua keinginannya termasuk mendukung sifat gila belanjanya. Kata orang dia sangat beruntung bis...