Selingkuh merupakan kata yang mungkin bisa membuat setiap orang bergidik. Bagimana tidak, perselingkuhan bisa saja memutuskan hubungan rumah tangga yang sudah dijalani dengan susah payah. Tentunya kehadiran orang ketiga sangat tidak diinginkan bagi orang yang sudah berkeluarga.
Bila berbicara hasil sensus ternyata laki-laki lebih cenderung selingkuh dari pada perempuan. Dan lagi aku sampai gigit jari saat mengetahui bahwa sebanyak 44% perempuan berusia di bawah 30 tahun lebih memilih mengakhiri hubungan jika laki-laki tidak lagi setia. Di usia tersebut perempuan tidak menolerir perselingkuhan yang dilakukan pasangan.
Aku mendengus kesal. Majalah yang terbuka di tanganku segera kututup. Memperlihatkan dua baris nama majalahnya yang tercetak tebal berwarna hijau. Ini sudah dua majalah yang sudah kubaca dan entah kenapa aku justru tertarik membaca tema perselingkuhan. Tunggu! Ini pasti gara-gara semalam Seok Jin menyebut nama perempuan itu. Sekretaris barunya yang bernama Jisoo itu. Aku bisa berasumsi bahwa aku tidak menyukai perempuan itu bahkan kami sebelum bertemu.
Aku berdebat dengan diri sendiri karena pikiran bodohku karena terus mengkonsumsi bacaan tentang perselingkuhan sehingga membuatku semakin menduga bahwa Seok Jin akan berselingkuh. Sepertinya aku harus membuang perasaan itu. Mereka hanya rekan kerja, aku akan ingat itu. Tetapi sekarang yang kulihat adalah kasur itu kosong. Seorang penghuninya sekarang telah bekerja dan bertemu dengan Jisoo.
Rasa resah dan gundah terus saja menghantuiku sepanjang hari, aku tidak bisa berkonsentrasi lagi. Beberapa kali aku membolak-balikkan novel tapi tetap tidak bisa juga terbaca. Kepalaku rasanya mau meledak. Sepertinya aku butuh hiburan. Aku harus shopping. Isi barang-barang di mal terasa sedang membisikku untuk segera dituankan.
Tadi pagi sebelum Seok Jin bangun aku sudah mandi. Kebiasaanku memang seperti itu. Ingin selalu tampil cantik di depan Seok Jin baik sebelum dia tertidur maupun setelah terbangun. Jadi sekarang aku hanya perlu memoleskan make up ke wajahku. Seok Jin pernah berkata bahwa dia lebih senang melihatku tidak berdandan. Katanya aku terlihat lebih menarik bila tidak berdandan. Entahlah, kadang-kadang dia pintar sekali membual.
Ponselku berbunyi dan melihat nama Seok Jin sudah tertera di layar. Bah, panjang umur dia padahal baru saja aku membicarakannya.
"Hai Seok Jin," sapaku ramah.
"Sedang apa?" tanyanya tak kalah ramah.
"Lagi dandan. Kebetulan sekali kau menelpon. Hmm, aku mau izin keluar sebentar. Boleh ya?" Aku tahu Seok Jin pasti membolehkan tetapi kami sudah berkomitmen untuk selalu saling mengabarkan jika ingin keluar rumah.
"Oh tentu saja. Mau berangkat sekarang."
"Belum. Masih dandan. Lima belas menit lagi."
"Baiklah.." Seok Jin terdiam sejenak memberikan jeda pada ucapannya.
Aku menekan tombol pengeras suara dan menaruh ponsel ke atas meja rias.
"Hari ini aku pulangnya telat. Aku harus lembur."
"Eoh." Hanya itu yang bisa kujawab karena saat ini aku sedang memakai eyeliner di kelopak mata.
"Berkat cuti kemarin pekerjaanku membludak."
Oh jadi semua karena cuti? Sekalian saja kemarin tidak usah ada agenda bulan madu.
"Oke sepertinya ucapanku salah," ujarnya. Setelah itu terdengar suara tawanya yang menggemaskan membuatku ingin sekali mencium dahinya saat itu juga.
"Pulang jam berapa Seok Jin?" tanyaku.
"Aku pulang sekitar jam 12. Akan aku usahakan pulang lebih awal."
![](https://img.wattpad.com/cover/162898741-288-k203160.jpg)
YOU ARE READING
Eufhornia
RandomTidak jarang orang mengatakan bahwa hidup Hana itu begitu sempurna. Gadis itu menikah dengan orang yang dicintainya. Suaminya kaya dan sanggup mengikuti semua keinginannya termasuk mendukung sifat gila belanjanya. Kata orang dia sangat beruntung bis...