Namja kecil itu pergi menuju ke tempat dimana ia mendapatkan gaji dari menjual habis semua korannya.
"Permisi Paman" Namja itu menghampiri lelaki paruh baya yang biasa menggaji nya.
"Aku berhasil menjual semua korannya hari ini Paman, ini uangnya" Anak itu memberi semua uang hasil penjualannya.
"Wah hebat, jarang ada yang bisa menjualnya hingga habis sepertimu, karena kegigihanmu bekerja selama ini sekarang paman akan menaikan upahmu" Lelaki bermarga Choi itu mengambil lebih sebagian uang hasil penjualan anak itu dan memberikan kepadanya.
"Terimakasih Paman, tapi bukankah ini terlalu banyak?" Namja kecil itu merasakan bahwa uang yang di pegangnya lebih tebal dari yang biasanya, ia pun menghitung uang yang di pegangnya.
"Tidak, ambil saja kau pantas mendapatkannya" Paman di depannya itu tersenyum kepadanya, ia tahu sendiri bagaimana kejujuran dan kegigihan anak itu dalam bekerja meski ia masih diumurnya yang sangat muda.
"Terimakasih banyak Paman" Anak itu keluar dari tempat itu dengan senang, ia sangat bahagia akhirnya uang yang di pegangnya itu cukup untuk membeli lobster yang diinginkan neneknya.
Ia pun pergi ke pasar, memang agak jauh dari tempat ia berdiri namun ia lebih memilih jalan kaki karena ia tahu ongkos perjalanan ke pasar itu lumayan mahal baginya.
"Hah.. hah, kau pasti bisaaa..! Demi nenek!" Namja itu sudah berjalan cukup jauh, ia terkadang lelah dan duduk sebentar mengisi tenaga. Lalu ia berjalan kembali dengan tekadnya.
"Akhirnya aku melihat pasar!" Namja kecil itu senang, semangat nya kembali dengan cepat ia berlari ke pasar swalayan di depannya.
"Huft.. lelah sekali! Hmm.. biasanya lobster di jual di dekat mana ya?" Anak kecil itu melihat ke sekelilingnya, hanya terdapat penjual baju juga jajanan kecil.
Ia pun mendapatkan ide, ia ingat kata neneknya jika ia tersesat tidak menemukan tempat tujuannya bertanyalah pada orang yang ada di sekitar sana.
"Emm.. permisi ahjuma, tempat penjual lobster ada dimana ya?" Para ahjuma yang sedang mengobral dan menawarkan barangnya berhenti dan melihat gemas anak kecil di depannya.
"Oohh.. lucunya kau kehilangan ibumu nak?" Tanya salah satu ibu agak tua di sana.
"Tidak ahjuma, aku ingin membelikan nenekku lobster yang besar!" Para ahjuma di sana berbisik-bisik karena melihat kelucuan juga kebaikan namja kecil di sana, mereka tak menyangka ada anak kecil berumur 8 tahun yang dengan baik hati membelikan neneknya lobster.
"Aaawww.... kau baik sekali nak. Penjual lobster di sini tempatnya agak jauh, kalau dari sini kau harus belok kiri lurus, lalu setelah melihat penjual ayam belok kanan, setelah melihat penjual cabai belok ke kiri, setelah itu luruuuss.. sampai ada penjual es lilin belok ke kanan, setelah melihat penjual es kelapa belok ke kiri, lalu kau akan melihat penjual ikan, dan di sebelah penjual ikan itu lah ada penjual lobster" Anak kecil di depannya itu melongo berusaha mencerna satu-satu kalimat si ahjuma itu.
"Kau itu bodoh atau bagaimana? Bagaimana anak kecil itu bisa mengerti ucapanmu hah?" Ucap ibu tua di sebelahnya, "Sebenarnya ada 2 jalan nak yang satu diucapkan ahjuma itu tadi yang berbelit-belit. Tapi menurutku kau lewat jalan kedua saja, di situ ada jalan kecil nah kau masuk kesana lurus terus sampai mentok ada penjual alat masak belok ke kiri lalu lurus terus ada penjual beras setelah itu belok kiri sudah ada penjual lobster" Namja kecil itu mencerna kalimat ibu tua yang memberitahunya dan berhasil membayangkan lokasi tempatnya.
"Aku sudah mengerti sekarang, terimakasih ahjuma" Ahjuma di depannya itu mengangguk lalu tersenyum.
"Andai saja aku punya anak seperti itu, pasti senang sekali" Para ahjuma yang ada di sana juga menginginkan anak seperti namja kecil tadi, terlihat dari sikapnya bahwa anak kecil itu sangat baik hati dan berbakti meski pada neneknya.
Anak kecil itu pun mengingat tempat yang di tuju nya dan wajah nya tersenyum ketika melihat seorang ibu agak tua bercelemek biru sedang membersihkan lobster-lobster di sana.
"Permisi ahjuma, berapa harga satu lobster ini?" Anak kecil itu menunjuk lobster berukuran sedang di wadah kotak di depannya.
Ahjuma di depannya itu tersenyum. "Kalau lobster yang sedang itu 2500 won satu ekornya" Namja kecil di depannya itu agak kaget, baginya harga satu lobsternya lumayan mahal meskipun uang yang dimilikinya lebih dari itu.
"Em.. a..aku beli 2 ahjuma" Namja kecil itu mengeluarkan satu lembar uang bernominal 5000 won berisi gambar seorang cendekiawan bernama Yi I.
Ahjuma itu kasian, ia melihat anak kecil di depannya ini agak sedih karena sebenarnya ia ingin membelikan lobster lebih banyak untuk nya dan neneknya, ahjuma itu pun menyelipkan 2 lobster kecil di keresek yang sebelumnya terisi 2 lobster sedang.
"Ini nak, terimakasih ya" Anak kecil itu berjinjit mengambil keresek nya, ketika ia sedih sebelum melihat isi kereseknya ia tersadar bahwa lobster di dalam kereseknya itu ada 4 buah.
"Ahjuma, ini ada 4 lobster aku kan hanya membeli 2" Ahjuma di depannya itu tersenyum dan mengerti betapa baiknya anak di depannya itu ia berkata jujur bahwa 2 lobster itu tidak dibelinya ia mengakuinya.
"Tidak apa-apa nak, aku menggratiskan ini untukmu" Namja kecil itu membulatkan matanya.
"Tidak ahjuma, tolong ambil saja uangku ini" Namja kecil itu memberikan uang seharga 2 lobster itu.
"Apakah kau tidak mau menerima pemberianku nak? Aku memberikanmu sebagian karena aku bersyukur telah mendapatkan rejeki lebih hari ini. Tolong ambil saja ya" Ahjuma itu tetap tersenyum memohon anak kecil di depannya itu mengambilnya.
"Ahjuma kau sangat baik sekali, suatu saat jika aku ada kesempatan aku akan membalas kebaikanmu, terimakasih banyak ahjuma" Namja kecil itu membungkukan badannya dan mengambil keresek belanjaannya.
"Apakah ini hari keberuntunganku ikan?" Namja kecil itu bertanya pada ikan yang di bawanya sedari tadi, ikan cupang pemberian namja kecil tampan.
"Nenek pasti akan senang!" Anak kecil itu berjalan pulang, ia terlihat sangat senang hari ini.
__________TBC__________
~Kadang bingung mau ngapain, banyak tugas tapi males ngerjain :") ya udah lanjutin ni ff wkwk..

KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Or Happy Ending?
FanfictionBxB Seorang namja kecil yang imut terlahir dengan tubuh yang sehat tanpa cacat, ia lahir dengan teriakan, ia terlahir dengan normal. Tetapi kenapa orangtua bayi itu membuangnya? Karena mereka tidak punya uang? Ayah bayi itu memiliki banyak perusahaa...