"Jangan membuat aku menjadi sang perindu"****
Sadar tidak sadar...
Apa kamu mengetahui?
Memikirkan? Mencari tahu?
Bagaimana caraku menatapmu
Bagaimana sikapku, perasaanku saat dekat denganmu.Bola matamu yang indah
Wajahmu yang selalu ku ingat
Senyum-mu yang mengalahkan madu
Membuat pandanganku seakan terkunci saat melihatmu.Wangi lembut tubuhmu
Aku selalu merindukan itu saat jauh darimu.
Dan saat didekatmu...
Jantungku berdetak sangat kencang
Hingga terdengar, mengalir ke seluruh tubuhku.
Aku harap kamu tidak mendengarnya.Mulai dari detik, menit, jam ini
Dan hari ini...
Aku menyukaimu.
Menyayangimu.
Aku tidak mau kamu pergi jauh-jauh dariku.
Jangan membuat aku menjadi sang perindu.
Aku ingin kamu mengetahui semua itu.
Minimal begitu,
Maximal nya, kamu menjadi milikku.
Selamanya.Nara terdiam.
Tubuhnya terasa kaku, seolah membeku ditempat. Dan kalaupun membeku, hanya jantungnya saja yang bekerja sangat keras saat ini. Bagaimana tidak? Ucapan yang terlontar langsung dari mulut Samuel itu sangat tiba-tiba menurutnya. Ditambah lagi dengan perasaannya yang khawatir kalau ada tetangga yang mendengar.Ini seriusan? Enggak mimpi?
Itulah yang Nara pikirkan sekarang."Gue tunggu jawabannya" ucap Samuel dan tersenyum sebelum menaiki motornya.
"I-iya, makasih udah nganterin" Nara terlihat gugup.
"Maaf ya, udah ngerepotin. Tadi adek gue enggak nakal, kan?" Celetuk Deva tiba-tiba, yang berada di belakang Nara. Spontan Samuel & Nara terkejut.
"Oh! Enggak kok! Enggak ngerepotin sama sekali" ujar Samuel.
"Begitu ya? Hmm besok gue enggak bisa jemput adek gue, jadi, gue mau minta tolong sama, lu buat jemput adek gue. Gue ada urusan" pinta Deva dengan hati-hati.
"Boleh, dengan senang hati" balas Samuel "Gue pamit pulang ya". Samuel pun menyalakan mesin motornya dan pergi."Siapa itu, dek?" Tanya Deva.
"I-itu kakak kelas" Nara masih gugup.
"Kakak kelas? Namanya siapa? Tadi kakak lupa mau kenalan".
"Ka Samuel".
"Calon pacar?" Deva menyeringai.
"Apaan sih! Minggir! Aku mau ke kamar!" Nara kesal.
"Kucing ganas!" Ledek Deva.
"Harimau lembek!" Nara tak mau kalah.
"Gajah peot!".
"Kecoak merah jambu!".
"Batu alot!".
"Hanoman!".
"Cacing buntel!".
"Ikan darat!".
"Kelinci melata!".
"Deva! Nara! Masuk!" Ucap Risa dari dalam rumah.
"Kakak, sih! Huh!" Nara masih kesal dan memproutkan bibirnya. Deva terkekeh kecil melihat kelakuan adiknya itu.
****************
Udah dulu ya.... hehehe........
Maaf kalo updatenya lama bgt :')
Sibuk soalnya. WKWKWK.
Ok. Sekian terimakasih :)
KAMU SEDANG MEMBACA
SamMer
Teen FictionHatiku masih tetap peduli dan masih melihatmu Karena aku terus berlari keluar dari nafasku Aku masih mengawasimu dari jauh Mengapa aku menjadi seperti ini? Berbeda dari saat aku pertama kali melihatmu Hatiku sedang menuju ke arahmu Jantungku berdeba...