"Aku mencintaimu," Ucapan itu kembali terdengar saat Sakura bangun dari tidurnya.
Namun seperti biasa Sakura hanya bergumam 'maaf', lalu disusul sebuah permintaan dari Sasuke pada Sakura.
Memang telah menjadi kesepakatan antara mereka berdua jika Sakura menolak pernyataan Sasuke maka Sakura akan menuruti keinginan Sasuke. Tentu saja bukan dalam konteks berbahaya maupun seksual."Apa yang kau inginkan hari ini Sasuke-kun?"
"Aku ingin menyisir rambut indahmu." Sasuke menatap Sakura penuh harap. Kembali Sakura melihat sorot mata Sasuke yang lembut dan tulus.
"Baiklah. Tapi aku mandi dulu... Aku baru bangun tidur hehehehe." Sakura memamerkan cengiran nya.
Sasuke tersenyum tipis, lama kelamaan sifat Sakura yang dulu mulai kembali lagi. Setelah seminggu tinggal di sini, Sakura perlahan mulai menunjukkan ekspresi, mengeluarkan isi hatinya dan sedikit mengomel juga.Aku senang kau mulai kembali seperti dirimu yang dulu Sakura...
"Aku tunggu di taman."
"Baik, cepatlah keluar sebelum aku jepit dengan ketiak bauku ya..."
Sasuke mendengus, sebenarnya dia juga tidak menolak jika terjepit di situ."Aku lebih suka dijepit kakimu."
"Mesum!"
Brak!
Reaksi Sakura membuat dirinya mendengus geli. Terkadang dia jadi ingat perbuatan brengsek nya dulu. Perasaan bersalah menghujam hatinya, sungguh menyakitkan membuat orang yang ia cintai terluka karena kebodohannya.
Sasuke melangkah keluar, sebelum kakinya sampai pintu ia berbalik lagi dan mengambil sisir di meja rias Sakura. Matanya kemudian memutar mengamati ruangan ini. Semua serba putih dan pink. Desain arsitektur ini semuanya dia lakukan sendiri. Membuat Sakura terasa seperti putri adalah tujuannya, mencoba mengambil kembali hati yang pernah ia hancurkan.
.
.
.
.Pagi ini mereka layaknya sepasang kekasih yang romantis, padahal tidak ada hubungan apapun di antara mereka, selain pria yang berusaha mendapatkan hati si wanita dan wanita yang menganggap si pria teman belaka. Sungguh ironis, padahal tidak semua kekasih melakukan hal romantis yang mereka berdua lakukan.
Sasuke menyisir rambut panjang pink Sakura dengan lembut. Sesekali dia membelai rambut itu dengan sayang. Tak lupa kecupan ringan mendarat di rambut Sakura. Hanya sebatas itu saja, tak lebih sedikitpun. Sasuke masih sadar jika hati Sakura tidak belum menjadi miliknya. Mata Sakura tidak terpancar rasa cinta untuknya. Namun tekadnya tidak goyah sedikitpun.
Sakura sedikit terkikik geli ketika Sasuke mengendus rambut panjangnya. Dia heran kenapa pria itu suka sekali mengendus rambut, terpikir olehnya menggunakan bubuk cabai di rambut pink nya. Tapi akibat bubuk itu juga tidak baik untuk kulit kepalanya.
"Sasu-kun," Sakura memecah keheningan.
"Hn."
"Aku ingin keluar jalan-jalan, maafkan aku tapi aku bosan sendiri terus."
"Hn."
Sakura menggembungkan pipinya, tanggapan Sasuke yang cantik ' hn' terdengar begitu menyebalkan.
Angin sejuk bertiup membelai wajah mereka berdua, Sakura menyandarkan kepalanya di dada Sasuke yang terus menyisir rambutnya.
"Kita keluar seminggu lagi dari sini."
"Yey..... Aku tidak sabar lagi."
Sakura bangun dari tempatnya bersandar. Sasuke hendak protes karena merasa kosong, namun dia hentikan. Semua tentu agar Sakura tidak merasa canggung.
"Jangan lupakan itu ya, baiklah ayo kita masak..."
"Hn."
Sasuke mengekor Sakura menuju dapur. Sebenarnya dia tidak ingin mengijinkan Sakura keluar, dia takut Itachi menemukannya dan mengambilnya kembali. Bagaimana pun hati Sakura belum menjadi miliknya. Sasuke takut Sakura kembali memilih bersama Itachi. Sasuke merencanakan membawa Sakura ke tempat yang tidak pernah dipikirkan oleh Itachi.
.
.
.Club' malam milik Shimura, telah menjadi langganan Itachi untuk melepaskan kepenatan. Hilangnya Sakura membuatnya goyah karena beban pikiran. Bisa-bisa perusahaan miliknya ikut goyah jika dia terus stress seperti ini. Dan ini tidak mungkin dia lanjutkan, dia ingin melampiaskan kesedihannya pada minuman agar besoknya kembali fresh.
"Tak ku sangka, aniki Sasuke kun datang ke tempat seperti ini." Ucap seorang wanita berambut pirang pucat dan panjang. Itachi meliriknya sekilas tanpa minat.
"Aku bisa membuatmu melepaskan kegalauan hatimu tampan.""Hm."
Shion cukup terkejut, tidak hanya wajahnya yang hampir serupa dengan Sasuke, rupanya pria di depannya ini juga irit dalam bicara.
"Baiklah jika kau tidak tertarik, lebih baik aku mencari pria lain bersama temanku." Shion menunjukkan temannya berambut merah berkaca mata dengan dagunya. Ia mengangkat gelas dan mengedipkan matanya pada Karin.
Itachi mengikuti arah pandangan Shion, dia sedikit mendengus lalu meletakkan gelasnya.
"Aku menunggu kalian di kamar." Itachi kemudian beranjak dari depan bartender. Paras wajah tampan itu langsung menjadi pusat perhatian saat melewati kaum hawa yang tengah mencari mangsa. Shion melonjak senang, dia segera memberi kode Karin untuk mengikuti dirinya menuju kamar pesanan Itachi.
Sesegera mungkin Karin menyusul Shion.
"Kau berhasil merayu Uchiha sulung itu bitch?""Yeah, Kita beruntung bisa merasakan duo Uchiha hihihi." Shion mengait tangan Karin. Mereka berdua memang terkenal di julukan duo badai. Karena sifatnya mereka yang suka bercinta threesome.
Itachi memutuskan untuk mengambil pelayanan mereka, dia butuh sesuatu untuk melampiaskan hasrat dan beban pikiran.
Aksi Itachi yang kasar membuat Karin dan Shion menjerit senang. Arah seksual mereka telah mengarah pada masokis. Mereka ingin sesuatu yang kasar dan mengairahkan. Tapi tidak dengan menyakiti kulit cantik mereka. Cukup dengan tamparan keras di pantat dan juga sodokan yang keras.
"Kau luar biasa Itachi oh oh."
"Benar benar luar biasa aku akh..."
Mereka terus menikmati kegiatan panas itu. Karin masih mengenjot tubuh Itachi, sedangkan Shion menciumi bibir Itachi. Akhirnya ketika Itachi hendak klimaks, nama yang asing membuat Karin dan Shion bertanya-tanya.
"Izumi..."
Tapi itu tidak menghentikan kegiatannya mereka. Mereka masih menikmati kejantanan Itachi. Teriakan kedua wanita itu bahkan semakin keras.
.
.
.Pria berambut raven yang berdiri sambil melihat pemandangan pantai di depan kastil mini, tersenyum senang setelah mendapatkan informasi dari Naruto. Informasi mengenai kondisi Itachi di club malam membuat dirinya tidak lagi takut menunjukkan diri pada Itachi. Sebelum ini dia merasa menjadi lelaki brengsek jadi Itachi akan merasa lebih berhak atas Sakura, tapi peristiwa malam ini membuat Itachi sejajar dengan dirinya. Sama-sama pria brengsek.
"Jadi niisan tidur bersama dua jalang itu."
"...."
"Baiklah Naruto, terus awasi aniki ku."
Sasuke memasukkan kembali telepon seluler miliknya.
"Tak kusangka kau juga berminat dengan jalang niisan. Bedanya aku tidak akan melakukan hal itu jika tidak salah paham dengan Sakura."
"Sedangkan kau melakukannya karena melampiaskan hasratmu," Sasuke melirik ke arah pintu, dia tau Sakura menguping pembicaraannya.
Maka dia menggumankan ucapannya sedikit keras."Kenapa kau menyebut nama Izumi di tengah percintaan kalian bertiga?"
Wanita bersurai pink itu mendengar ucapan Sasuke dari balik tembok. Dia memang telah melepas harapan pada Itachi, namun tetap saja ini menyakitkan.
TBC
Duh ada saran ga di fik ini. Aku ko kehilangan ide ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Heart ✓
FanficSakura yang menjadi sekertaris Itachi tiba-tiba harus menjadi sekertaris Sasuke. Itu terjadi karena Itachi sedang sakit dan menjalani terapi di luar negeri. Sayangnya Sakura pernah melakukan kesalahan di masa lalu. Apakah reaksi Sasuke yang masih me...