"Now is the time for you and I cuddle close together."
▬▬▬▬▬▬"Mereka sudah tak ada." Jisung berbisik pelan pada Jaemin yang masih saja meringkuk ketakutan di bahunya.
"Benarkah?" Jaemin mengintip sedikit dari bahu Jisung, dan benar saja. Ia bahkan sudah berada didalam apartement nya saat ini.
Jisung tersenyum tipis dan menurunkan Jaemin secara perlahan. Setelahnya ia memeluk Namja manis itu dengan erat dari belakang.
Entah apa maksudnya.
"A-aku harus mandi. Kau duduklah dulu." Jaemin melepaskan sepasang lengan yang melingkar di pinggangnya itu dan berdiri dengan canggung.
Jisung kembali memiringkan wajahnya dengan wajah polos. "Tidak boleh mandi bersama?"
Wajah Jaemin sontak memerah. Bagaimana mungkin Namja jadi-jadian ini bisa berkata seperti itu?
"Tid-tidak boleh! Kau duduk disini dan tunggu saja. Tontonlah beberapa acara ini dulu." Jaemin menyalakan televisinya dan menyerahkan remotenya pada Jisung yang terlihat terkejut begitu melihat layar televisi itu menyala.
Setelahnya ia mengambil handuk dan berjalan menuju kamar mandi di kamarnya. Meninggalkan Jisung yang masih terpaku karena melihat televisi yang menyala.
Dibawah pancuran air, Jaemin masih berusaha untuk memperoses apa yang sebenarnya terjadi padanya.
"Seorang monster tinggal bersamaku sekarang. Bagaimana cara mengusirnya dari sini?" Gumamnya.
Ia juga sangat paham dengan resiko yang akan ia dapatkan jika ia mengusir Namja itu secara terang-terangan dari sini.
Ia masih muda dan tak mau mati konyol dengan penyebab kematian dimakan oleh monster. Tak akan ada yang percaya dengan itu.
"Jalani dulu Na, jika dia sudah berlebihan, baru kau harus ambil tindakan." Jaemin meyakinkan dirinya sendiri.
Ya, ia memutuskan untuk menerima Jisung. Setidaknya hanya itu pilihan yang ia punya sekarang.
Seusai mandi dan berpakaian, Jaemin hampir saja berteriak begitu melihat Jisung hendak mengambil ancang-ancang untuk menghancurkan TV nya dengan tangan kosong.
Ia tak bodoh. Ia tahu seberapa besar kekuatan Namja itu. Bahkan rumahnya pun bisa hancur jika ia mau.
"Hei, tunggu! Apa yang kau lakukan?!" Jaemin segera berlari dan menahan tangan yang sudah siap meninju itu.
"Manusia itu terjebak, Na. Dia harus dikeluarkan." Jisung menunjuk seorang reporter wanita yang sedang melaporkan kejadian perampokan di televisi.
Jaemin menepuk dahinya pasrah. Kelakuan monster ini memang terkadang diluar nalar.
"Uhm, Ji-Jisung, begini. Itu namanya pembawa berita. Dia berbicara ditempat lain didepan kamera. Maka dari itu gambarnya muncul di televisi ini." Jaemin mencoba menjelaskan. Namun hanya tatapan bingung yang ia dapatkan.
"Apa itu kamera?"
Jaemin menerawang mencari penjelasan apa yang harus ia sampaikan terkait pertanyaan itu.
"Kamera itu alat untuk merekam gambar. Saat sudah direkam, gambar itu akan ditampilkan disini jika sudah selesai dan menjadi gambar yang bergerak."
Jaemin tak yakin apa penjelasannya benar atau salah, namun ia sudah mencoba untuk mencari kalimat yang sesederhana mungkin agar Monster ini paham.
Jisung mengangguk-angguk mengerti. Ia menurunkan tangannya dan beralih memeluk Jaemin dari belakang. Kembali menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher Jaemin.
"A-apa aroma ku seenak itu sampai kau suka sekali menciumnya?" Jaemin bertanya.
Jisung hanya mengangguk singkat tanpa mengangkat wajahnya. "Kau sangat enak."
Jaemin berpikir. Apa yang dimaksud enak dalam dunia monster? Sebagai makanan? Atau sebagai hal yang lain?
Ia tak mengerti.
"Aku ingin ke kamar." Jisung berbisik pelan disamping telinga Jaemin. Membuat si empu bergidik geli merasakan hembusan nafas ditelinganya.
Entah kenapa pikirannya meliar mendengar monster itu mengatakan kata kamar. Pikirannya berkelana ke hal lain yang sama-sama berhubungan dengan kata itu.
Belum sempat ia menjawab, tiba-tiba saja ia sudah ber teleportasi ke kamarnya.
Lebih tepatnya, diatas ranjang. Dengan Jisung yang masih setia memeluknya.
Sontak wajahnya memerah apalagi begitu Namja itu membalik tubuhnya sehingga berhadapan dengannya.
"Terima kasih." Ia berbisik pelan sebelum kembali melumat bibir Jaemin dengan lembut.
Jaemin yang tak memiliki persiapan apapun tentu saja terlonjak begitu merasakan bibir itu kembali menyentuh bibirnya untuk kesekian kali malam ini.
Ia hanya bisa terpejam saat merasakan lumatan demi lumatan yang Namja itu berikan pada bibirnya.
Jujur saja ini pertama kali untuknya berciuman dengan seseorang sampai seperti ini.
Namun ada rasa tersendiri didalam diri Jaemin yang sulit digambarkan dengan kata-kata.
Entahlah, ia tak merasa asing dan juga ada rasa nyaman dalam dirinya saat bersama Jisung.
Ia merasa dilindungi.
Tak sampai lima menit, Jisung melepaskan tautannya.
"Terima kasih, Jaemin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Thriller
Fanfiction"Sesuatu yang menggetarkan hati." A lyrics-fiction of "Michael Jackson - Thriller" Na Jae Min × Park Ji Sung [Bahasa]