🐣🐤🐥🐣🐤🐥.
.
.
.
.
Aku terperanjat kaget saat tiba-tiba sebuah tangan memegang tanganku. Di saat wajahku berada dekat, Lay tersadar.
"Kau mau apa?" ucapnya dengan ekspresi terkejut.
"Ak... aku tidak.... " Tubuhku gemetar dan kaku di hadapannya. Aku menarik diri dari jangkauannya. Namun Lay menarikku kembali. Tubuhku bahkan sampai jatuh di atas dada bidangnya. Jantungku berdegup-degup tak beraturan di sini dan Lay seolah merasa biasa saja.
Kami berdua saling membisu. Saling melihat untuk mencerna kembali kejadian yang baru saja kami alami. Aku tersadar dan terus mengedipkan mata untuk menormalkan mata rabunku.
"Lea!" panggilnya dengan nada yang santai. aku berdeham untuk memberikan respon balik padanya, namun Lay yang saat ini aku temui justru melegakan tawanya yang halus.
"Kau menolak untuk berciuman tapi betah tinggal di pelukkanku?" sindirnya lalu menuntaskan tawanya lagi.
Aku bersilat tangan untuk lepas dari cengkramannya. Aku juga mendorong tangannya jauh-jauh dan menjauhkan diriku kembali duduk di kursiku.
"Aku tidak sengaja memelukmu." ucapku mencoba menolong diri sendiri. Aku pun tidak mengelak bahwa momen sepersekian detik itu memang aku nikmati.
Ia bangun dari pembaringannya dan duduk berhadapan denganku. "Lagi pula kau yang menarik tanganku. Mengaku saja! Kau sengaja kan?"
Dia tidak ingin menjawab tuduhanku dan memilih untuk menyeringai saja.
Menyebalkan!
"Beib! Kau cemberut saja sangat cantik, apalagi tersenyum."
"Ceh, dasar gombal!" ejekku memalingkan wajah. Aku tidak mau dia melihat wajah merahku.
Aku tahu dia sedang merajuk. Dia tahu juga jika aku tidak akan bisa marah lama-lama.
***
"Ah... Ayolah, Lea!" Lay memohon manja setelah beberapa saat aku abaikan.
Dia menyentuh rambutku yang sebenarnya membuatku geli membuatku harus menggelengkan kepalaku. "Jangan sentuh rambutku!" ucapku melarang.
"Kalau pundak seperti ini?" Ia mempraktikkannya sambil menggodaku. Tentunya aku menggeser tempat dudukku menghindari sentuhnya. Namun sialnya aku justru bergeser masuk ke pojokkan dinding bukan malah bergeser ke ujung ranjangnya yang di dekat pintu.
Aku menepuk jidat!
Lay menggeser bokongnya yang duduk di kasur untuk mendekatiku.
"Ehem!"
Lay berdeham, sehingga menggetok palu prediksiku. Bisa saja dia memanfaat kesempatan ini untuk berbuat macam-macam terhadapku.
Untuk itu aku mulai berpikir dan mencari cara agar bisa pergi saat ini juga.
"Lea-" begitu kata itu keluar dari mulutnya sekonyong-konyong aku berdiri.
"Ah! Aku lupa ada kuliah jam ini," kulihat ekpresi Lay mulai kebingungan. "aku sudah terlambat Lay. Maaf, permisi!" aku memaksa diri untuk pergi dari hadapannya walaupun sebenarnya tingkah yang aku lakukan ini terlihat aneh dan kaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECCEDENTESIAST - LAY | END ✔️
FanficEccedentesiast - Part of Lay EXO Birthday project Dia selalu tersenyum meski sebenarnya menangis. Dia penghibur yang sangat baik. Dia cenderung bisa menyelesaikan masalah kecil orang lain tapi justru tidak bisa mencari jalan keluar untuk masalahnya...