Part 6 : Aku Atau Dia

76 13 0
                                    

🌸🌸🌸

.

.

.

.

.

Mungkin aku tampak bahagia walaupun memiliki kekasih yang ternyata akan ditunangkan dengan orang lain. Bahagia melihat bagaimana Lay menggandeng tanganku dan tersenyum padaku. Dia bahkan mengikuti kata-kataku. Kata yang seharusnya menjadikan kekasihku sebagai anak durhaka. Namun jodoh itu tetap pilihan hati, kan? Ia dilihat oleh rasa dan ketulusan, bukan materi dan egoisme.

Namun kadang harapan yang indah itu tidak bisa dimiliki oleh semua orang. Mungkin ada orang yang benar-benar malang walaupun ia sudah berjuang keras sekalipun.

Ada yang percaya dengan nasib dan takdir?

Aku percaya. Namun dengan harapanku yang tinggi dan setelah melihat wanita yang akan ditunangkan dengan kekasihku, aku menjadi benci terhadap sesuatu yang disebut dengan nasib dan takdir itu tadi. Yah, mungkin harapanku yang tinggi tadi tidak semena-mena berlaku sekarang.

Wanita itu...

Dia bernama Windy. Teman satu kontrakanku yang memang jarang menginap. Bahkan selama aku berpacaran dengan Lay, mereka berdua tidak pernah bertemu. Karena memang ia sedang menjalankan KKN di luar daerah.

Kesialan terbesar yang aku alami ini membuatku naik pitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kesialan terbesar yang aku alami ini membuatku naik pitam. Namun aku sadar diri, dia juga salah satu temanku di masa kini. Aku harus mengontrol diriku.

Windy. Bisa disebut dia juga adalah senior, karena 2 tahun lebih tua dariku. Dan itu berarti jarak umur antara Windy dan Lay tidaklah jauh. Sebentar lagi dia akan skripsi menyusul Lay.

Awalnya aku datang ke rumah Lay, keluarganya sangat terlihat kaya. Rumahnya besar dan 2 mobil yang terparkir di halamannya. Namun kembali lagi aku memikirkan Kak Windy. Kak karena dia seniorku. Pantas sih, keluarga Kak Windy juga terpandang. Dia anak kontraktor perumahan Catalluna. Sering kali ia juga mentraktir kami.

Aku dengar ayahnya sakit.

Sebelum aku bertemu siapa tunangan Lay, aku kesal. Tapi setelah tahu itu Kak Windy aku turut prihatin. Tante Lay menjelaskan jika kedua orang tua mereka menjanjikan persaudaraan, dahulunya. Karena Lay dan Kak Windy adalah anak tunggal, yah terjadilah seperti itu.

"Lea, maafin Kak Windy ya?" ia meremas kedua tanganku semenjak kami bertemu, duduk dan mengobrol di sofa, sampai Tante Lay menjelaskan semuanya. Selama itu pun mulutku bungkam. Untung saja Ayah Lay tidak di rumah. Jika aku mengamuk di sini, aku pasti juga kena pukul. Ingat bekas luka di punggung Lay waktu itu, ayahnya adalah pelakunya.

"Kakak nggak tahu kalau selama ini kalian pacaran."

"Lea, tolong kamu bicara sesuatu."

Ketika aku diam, Lay hanya duduk di pojokan sofa menjauh dari kami. Itu membuatku semakin sakit. Sepertinya tidak ada dukungan untukku. Walaupun aku tahu Lay mengidap gangguan psikologis yang membuatnya sulit untuk mengungkapkan perasaannya. Namun ini tidak adil jika aku saja yang menghadapinya bukan?

ECCEDENTESIAST - LAY | END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang