1 : Took

600 89 25
                                    

Mengapa hari Senin banyak dibenci umat manusia?

Jawabannya jelas, pasti karena harus kembali menjalani rutinitas setelah libur akhir pekan. Apalagi hanya butuh semalam untuk berganti hari dari Minggu ke Senin sementara harus melewati lima hari penuh rutinitas yang menyesakkan agar dapat kembali libur di hari Sabtu. Bukan hanya itu, khususnya para pelajar, entah kenapa selalu memiliki alasan tersendiri mengapa mereka membenci hari Senin, bisa jadi karena amanat pembina upacara yang terlalu panjang sehingga membuat mereka mau tidak mau harus berdiri lebih lama di bawah sinar matahari yang terik atau jadwal razia bulanan yang biasa diadakan para pengurus OSIS.

Seperti sekarang ini.

Sudah harus berlama-lama di lapangan mendengarkan amanat kepala sekolah tentang kebersihan, Bagas juga harus mau terpisah dari barisan karena tertangkap basah mengobrol saat upacara. Tidak sampai disitu, celana kekecilan, memakai gelang, dan rambut panjang melebihi standar juga membuatnya berada di barisan anak-anak bermasalah. Senin sudah dipastikan menjadi hari paling sial dalam hidupnya.

"Lepas gelangnya," perintah salah siswa perempuan pengurus OSIS yang menangani razia, ia memberikan telapak tangannya di hadapan Bagas.

Dengan tampang menyebalkan Bagas menuruti perintah gadis itu lalu menyimpan gelangnya di saku celana.

Tadi katanya lepas, kan?

Karina menyentakkan kepala, jengah melihat kelakukan siswa laki-laki ini. "Bagas Keano Madhava," gumamnya. Hanya dengan membaca namanya, Karina sudah hapal betul beberapa keonaran yang diperbuat anak ini sejak kelas 10. Mulai dari bolos sekolah, cabut jam pelajaran, merokok di kamar mandi, dan masih banyak lagi.

"Siswa dilarang ..." gadis itu memberi jeda. "Berpenampilan rambut tidak rapi, mengenakan kalung, gelang, kacamata warna, tindik, cat kuku, dan aksesoris lainnya yang berlebihan selama berada di lingkungan sekolah. Aku kasih tau kalau kamu lupa tata tertib siswa Pasal 24 tentang Penampilan Diri," ujar Karina tanpa satu kata pun yang tertinggal.

"Ini sekolah apa penjara? Dikit-dikit nggak boleh."

Tanpa menanggapi Karina melanjutkan ucapannya. "Kalau kamu nggak mau ngasih gelangnya apa aku harus panggil Bu Ani kesini sekarang juga?" ancamnya dengan muka yang sebisa mungkin dia atur dalam mode galak. Gadis itu sekali lagi menatap siswa laki-laki di depannya, "Sekalian gunting celana kamu tuh yang nggak sesuai standar."

Bagas mendecak sebal lalu merogoh saku celananya. Sebelum memberikan gelangnya dia sempat memberikan peringatan, "Gue nggak akan maafin lo kalau sampai gelang ini hilang."

Karina memutar mata malas lalu memasukkan gelang tersebut ke plastik berisi barang sitaan sambil terus maju memeriksa barisan selanjutnya. Tanpa ia sadari kedua bola mata Bagas masih melekat di punggungnya, terus mengawasi.

m e t a n o i a

"Gila! Liat deh gue dapet rokok banyak banget sampe ada 6 batang!" seru Rhesa menggantungkan plastik transparan yg berisi rokok di udara.

"Ya enak lo mah, coba gue? Mentang-mentang gue deket sama anak basisnya jadi pada nyuruh gue ngerazia kelas 12, mana yang kena anak futsal semua lagi. Ini kresek isinya kayak tempat pembuangan sampah semua!" Devan mengeluh.

Raka yang dari tadi memperhatikan kini bertanya, "Emang apaan sih isinya?"

"Nih, kaos kaki Bang Gilang," Devan melempar salah satu kaos kaki yang dia ambil ke arah Raka.

"Setan! Bau banget, Van! Kurang ajar lo," ujar Raka menutup hidungnya dan memungut kaos kaki itu kembali ke kantung plastik. Sementara Devan dan anak-anak lainnya sibuk tertawa melihat Sang Ketua OSIS dinistakan.

METANOIA [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang