Should (2) End

3.9K 306 10
                                    

▶Jungkook Pov

_07.12_

Meja makan terlihat sepi mengingat si kembar tengah sakit, karna semalam aku memerahi mereka karna kedapatan pulang malam. Bagaimana keadaan mereka sekarang? Setelah kejadian semalam aku meninggalkan semuanya termaksud Jennie, kalau Nayeon mungkin saja jam segini dia sudah berangkat kekantor. Aku bergegas memasuki kamar anak-anak.

Betapa terkejutnya aku melihat Nayeon yang masih ada dirumah, apalagi sekarang ia tengah mengelap tubuh dikembar dengan handuk air hangatnya, setelah itu memakaian mereka baju. Aku mulai mendekati mereka, anak-anak juga terlihat senang dengan kehadiranku sedangkan Nayeon sedikit terkejut.

"Hm.. Bunda siap-siap buat ke kantor yah" Nayeon.

"Loh, katanya hari ini nda meliburkan diri" protes Nami. Nayeon hanya tersenyum lalu mulai berdiri dari ranjang, aku menahan kepergiannya, memegang erat pergelangan tangannya. Tapi dengan cepat ia menepis tanganku. End_

Nayeon sudah berada dikantor, pada jam makan siang kali ini rasanya tak ada sedikitpun gairah menuju kantin maupun kafe dimana tempat dirinya merenung. Nayeon sendirian diruangan ini, tetap duduk pada meja kerja yang sudah tak ada satupun temannya disamping kanan maupun kirinya.

"Hmm.. Hai.." Nayeon menoleh, ternyata ia tak benar-benar sendirian, Nayeon hanya bisa membuang pandangan malasnya untuk menatap perempuan satu itu.

"Ada yang ingin aku bacakan, bisa dibilang ini kabar gembira. Pengadilan agama Jakarta Timur, bahwa saudara atas nama Im Nayeon, mengirimkan gugatan kepada suaminya yang bernama Jeon Jungkook.." Tak perlu mendengarkan semuanya, Nayeon sudah mengerti apa yang sedang Jennie pegang, kira-kira itu adalah surat gugatan cerai antara Nayeon dan Jungkook yang bisa saja Jennie buat sendiri.

Nayeon bangkit lalu menghampiri Jennie, ingin sekali rasanya memampar pipi mulusnya, kalau bisa sekalian merobek mulut busuknya itu. Nayeon berusaha merebut surat itu, Jungkook akan salah faham jika mendapati surat palsu tersebut, Jennie memang terlalu pintar untuk menjadi kambing hitam.

"Diam.. Lepas.. Ini akan sampai ketangan Jungkook" Brugg.. Jennie mendorong Nayeon sangat keras, terdengar dari suaranya. Nayeon langsung saja tak bergeming dari lantai. Jennie menatapnya dengan tatapan penuh kemerdekaan.

"Mama!!!" pekik seseorang,

Nayeon yang masih berada disudut ruangan berusaha menoleh kesumber suara. Kini terlihat Jungkook yang tengah mencengkram tangan Jennie sambil mengambil alih surat yang ada ditangannya. Somi dan Nami menatap mamanya dengan tatapan penuh kebencian, setelah itu berlari menghampiri Nayeon.

Jennie langsung saja memasuki lift saat melihat ada celah untuk melarikan diri karna Jungkookpun mulai lengah ketika membaca surat itu. Jungkook tak lagi memperdulikan Jennie, sekarang tatapan tajamnya berpusat pada Nayeon yang sebenarnya tengah meringis kesakitan. Ia berupaya membalikan badannya meninggalkan mereka.

"A..ayah.. " teriak kedua anaknya saat berupaya membenarkan posisi Nayeon yang masih dilantai. Jungkook tak menoleh sedikitpun.

Somi mengejar ayahnya memukuli bagian tubuh ayahnya berupaya agar ayahnya menoleh.

"Ayah tolong bantu bunda," Jungkook menghentikan langkahnya karna Somi menggelayuti kaki kanannya sambil terisak, Jungkook akhirnya menoleh. Benar saja, sudah begitu banyak bercak darah dilantai tempat Nayeon tengah tak sadarkan diri dengan Nami yang sibuk memeluk bunda tirinya itu.



***

Jungkook tengah tertunduk lesu, memikirkan semua yang tengah membuat kepalanya sakit. Surat itu, penjelasan dokter dan anak-anaknya yang terus terisak. Mereka adalah alasan mengapa kepala Jungkook ingin meledak. Nayeon yang baru saja sadar langsung mengamit tangan Jungkook yang berada disisi kanan ranjangnya, setelah itu menoleh kearah anak kembarnya yang mulai menghampirinya.

Nayeon terus saja menatap Jungkook yang masih tertunduk dan terlihat malas untuk menatapnya balik, tapi jelas-jelas Jungkook membalas genggaman tangan Nayeon dengan erat.
Setelah itu Jungkook yang tak kuasa menahan haru akhirnya memeluk Nayeon.

"Jika semalam aku mengatakan bahwa aku tak mencintaimu, semua itu bohong.." Jungkook menarik nafas panjangnya.

"Aku teramat sangat mencintaimu, aku hanya tak tau bagaimana cara untuk mengungkapkannya. Kau tak benar-benar serius kan dengan surat itu.." katanya, Nayeon yang mendengar itu semua hanya bisa membalas genggaman tangan Jungkook lebih erat, untuk pertama kalinya ia melihat seorang Jeon Jungkook meneteskan air mata. Nayeon kemudian membalas pelukan Jungkook.

"Kelinci cengeng. Aku lebih mencintai dirimu dan anak-anak mana mungkin aku menyerah begitu saja," Nayeon mulai membuka satu tangannya agar anak-anaknya pun ikut berada dalam pelukanya.

***

3 bulan kemudian..

Senyum Nayeon langsung mengembang setelah mendapati panggilan masuk dari handphonenya, mendengar itu Nayeon langsung saja membereskan barang-barangnya yang ada dimeja lalu bergegas keluar ruangan dan menaiki lift menuju loby. Setelah pintu lift terbuka senyum Nayeon semakin mengembang mendapati banyak senyum yang kini menyambutnya.

"bundaa.." kedua malaikat yang masih mengenakan seragam putih merah lengkap dengan gesper maupun dasi itu segera menghampiri Nayeon dan memeluknya dari samping.

Sedangkan pria tegap yang sedari tadi berdiri bersandar pada dinding juga mulai menghampiri mereka. Menyingkirkan tubuh Somi lalu Mengamit tangan kiri Nayeon. Nayeon yang melihat itu hanya bisa tertawa lalu mulai kembali menarik tangan Somi untuk memegang ujung pajunya di sudut kanan. Setelah itu mereka bergegas pulang untuk sama-sama menikmati makan siang dirumah.

TAMAT.

Nilailah seseorang dari apa yang kamu lihat, bukan apa yang kamu dengar.




Nantikan cerita selanjutnya.. see you..

NayKook (Nayeon - Jungkook) Story (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang