17. sweet

1K 205 7
                                    

Happy reading!

Bunyi decitan pintu terbuka saat kaki Wendy mulai melangkah memasuki sebuah kafe di pusat kota yang tidak terlalu ramai pengunjung sekarang.

Senyumnya mereka saat menlihat Minhyun yang sudah duduk dengan manis ditemani secangkir es kopi didepannya. Tapi tidak ada raut senang sama sekali yang terpampang dari wajah Minhyun. Hanya tatapan mata datar dengan tangan yang sibuk mengaduk es nya.

Wendy dengan cepat menghpiri meja yang sudah dipesankan Minhyun untuknya dan tersenyum manis ke arah lelaki itu.

"Hay?" Sapa Wendy.

Minhyun menoleh, "ga sibuk?"

Wendy mengulum senyumnya, apa sekarang Minhyun sedang cemburu?

"Engga, ada apa?"

Minhyun memberikan buku menu pada Wendy. Tapi Wendy tidak mengambilnya justru asik memandangi Minhyun dengan senyum tipis.

"Kenapa, Mas?"

Minhyun menoleh, "apanya yang kenapa?"

"Kok wajahnya ditekuk terus?"

Minhyun menggeleng dan menyeduh kopinya yang masih tersisa.

"Gapapa, Wen. Kamu ga mau makan?"

Wendy ikut menggelengkan kepalanya, jarinya mengetuk-ngetuk meja yang merea pakai sekarang. Sesekali melirik ke kiri dan kanan yang tidak terlalu ramai pengunjung.

Menilai dalam hati tentang kenyamanan kafe yang mereka datangi.

"Cowo tadi, siapa?"

Wendy terkekeh, dugaannya benar bahwa Minhyun akan bertanya soal Mino tadi pagi.

"Keluarga saya, Mas."

Minhyun mengehela napasnya pelan agar tidak terlalu terlihat bahwa perasaannya yang lega sekarang setekah mengetahui identitas asli Mino.

Wendy memiringkan kepalanya, "emangnya kenapa?"

Minhyun hanya menggaruk tengkuk belakangnya pelan, "penasaran aja, mesra banget soalnya."

Wendy mengangguk paham, "saya kira cemburu."

Minhyun terkekeh, "bisa dibilang gitu."

"Jangan bercanda." Kata Wendy.

Minhyun mengibaskan tangannya, "saya serius."

Wendy mendengus, "kalau serius ya halalin."

Minhyun terkekeh kecil, "mau saya halalin sekarang? Ayo."

Wendy mendelik mendengar kalimat ajakan Minhyun yang terdengar gampang sekali diucapkan.

"Nanti nunggu siap."

"Saya tunggu sampai kamu siap."

Wendy memiringkan kepalanya, "kalau saya ga siap juga?"

"Saya paksa biar siap." Sahut Minhyun.

"Pemaksaan namanya!" Keluh Wendy dengan senyum tipis.

Hati Minhyun melega melihat senyuman Wendy yang terpancar didepannya sekarang. Daripada tadi hatinya gundah karena kehadiran Mino yang membuatnya penasaran.

Tujuan awalnya mengajak Wendy ke kafe adalah untuk meminta penjelasan soal siapa itu Mino. Tapi jika bukan karena paksaan Sungwoom dengan sedikit perkataan panas tidak akan membuat Minhyun berada di kafe sekarang.

Sungwoon bilang bahwa Mino adalah kekasih Wendy dari dulu dan baru kembali dari Kanada. Dan itu membuat Minhyun semakin kalang kabut.

Minhyun menatap Wendy yang berdiri sekarang dan mengulurkan tangan kepadanya.

"Jalan yuk, Mas?"

Minhyun mengangguk, tangannya menyambut dan menggenggam uluran tangan Wendy tadi dan dengan cepat berpindah menjadi merangkul bahu mungil gadis itu.

Kakinya melangkah pelan mensejajarkan dengan langkah kecil Wendy. Sebelumnya mereka berhenti dulu di kasir untuk membayar pesanan Minhyun sebelum berangkat ke sungai untuk menikmati senja.

Setidaknya untuk sekarang Minhyun bisa bernapas lega karena ternyata Mino hanya keluarga Wendy yang kembali dari Kanada. Bukan yang lain.

To be continued.

Urfavoo.

( fyi. )

Gatau karena perihal apa dari kemaren wp gue error mulu, draft yang udah ditulis berulang kali ga kesimpen. Niatnya mau boom update tapi malah error. Yaudahlah:)

Dan juga ini nge bold kata malah error.

Apa salah q?:)

himTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang