37. tanpa dugaan

662 141 6
                                    

Tidak ada yang lebih menyakitkan dibanding; kau berusaha, namun nyatanya sia-sia.

Happy Reading!

"Minhyun kan?"

Minhyun dan Wendy langsung menoleh dengan seksama saat suara seseorang menyapa mereka.

Ehm, tepatnya menyapa Minhyun.

Sementara Wendy hanya menatap keduanya dalam diam tanpa ada niat sedikitpun menyapa. Toh, yang dipanggil juga Minhyun, bukan dirinya.

"Kak Tiffany?"

Gadis yang dipanggil Tiffany itu langsung mengangguk disertai senyuman lebar yany tertutup dnegan tangannya yang tidak percaya lalu menarik Minhyun ke dalam pelukannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis yang dipanggil Tiffany itu langsung mengangguk disertai senyuman lebar yany tertutup dnegan tangannya yang tidak percaya lalu menarik Minhyun ke dalam pelukannya.

Wendy menegang, tapi lagi-lagi dirinya hanya bisa diam karena merasa hanya akan mengganggu suasana romantis yang diciptakan kedua orang itu.

Banyak pertanyaan yang berkecamuk di pikiran Wendy sekarang tapi ia tidak berani mengeluarkan suara barang sepatah kata pun.

"Apa kabar, Kak?" Tanya Minhyun.

Senyuman manis terukir dengan cantiknya di bibir Tiffany. Matanya yang menyipit kembali menambah nilai untuk parasnya.

Tiffany lalu menarik kursi dan duduk di antara mereka berdua. Tanpa rasa bersalah gadis itu menggenggam tangan Minhyun dengan mesranya.

"Sama siapa kesini?" Tanya Tiffany.

Wendy mengerutkan keningnya. Sedikit kesal dengan pertanyaan Tiffany. Tapi ia berusaha menyembunyikan kekesalannya dengan memainkan hpnya.

Terus gue apa?, teriak Wendy dalam hati sambil memencet hpnya dengan sedikit penekanan.

Sementara Minhyun ikut tersenyum dan terkekeh. Tangannya balik memggenggam tangan Tiffany.

"Sama temen." Kata Minhyun sembari melirik Wendy yang dibalas dengan senyuman sedikit terpaksa.

"Halo? Saya temannya Minhyun." Wendy memperkenalkan dirinya kepada Tiffany.

Tiffany melepas genggaman tangannya dari Minhyun dan balik menggenggam tangan Wendy. Senyuman masih setia terpantri di wajah Tiffany.

"Halo! Saya Tiffany, mantannya Minhyun."

Napas Wendy tercekat pelan, namun segera ia tutupi dengan senyuman manis juga. Mencoba menetralisir panas yang tiba-tiba menghampirinya sekarang.

Sementara tanpa mereka sadari, Minhyun hanya terkekeh saat mendengar Tiffany memperkenalkan dirinya sebagai mantan Minhyun.

"Minhyun, anterin aku yuk jalan-jalan." Pinta Tiffany dengan nada manja.

Tiba-tiba Wendy langsung berdiri dan menyampirkan tas selempangnya.

"Hyun, Tiffany, saya duluan ya. Udah ditunggu sama orang nih."

Tiffany hanya mengangguk sambil melambaikan tangannya.

Dengan langkah cepat Wendy keluar dari restoran tanpa sedikitpun menoleh ke belakang, karena nyatanya Minhyun tidak ada pergerakan sama sekali justru diam dan asik bicara dengan Tiffany.

Susah sih, mantannya bening. Ga kaya gue, remahan seblak depan komplek, gerutu Wendy.
.
.
.
"Jadi? Tadi itu pacar lo?" Tanya Tiffany.

Minhyun mengangguk. Saat ini mereka masih berada di restoran awal dengan posisi yang sama. Haya saja berkurang satu peserta karena Wendy sudah lebih dulu pergi.

Alasan Minhyun untuk tidak mengejar Wendy adalah agar ia bisa melihat bagaimana Wendy cemburu terhadapnya. Jujur saja, Minhyun tidak pernah sekalipun melihat Wendy cemburu.

"Cantik." Komentar Tiffany.

Minhyun kembali mengangguk. Tatapannya menerawang ke luar restoran, mencoba mencari dimana sosok kekasihnya yang sudah pergi sejak tadi tanpa ingin menoleh ke belakang sedikitpun.

Marah beneran kayanya, batin Minhyun.

Minhyun terkekeh dan tersenyum membayangkan bagaimana Wendy akan mendiamkannya selama beberapa hari tanpa ingin membuka pembicaraan lebih dulu.

"Jadi? Kapan mau ngakuin kalo gue ini bukan mantan lo?" Tanya Tiffany.

Minhyun mendengus geli. Dirinya sedikit menyesal karena tidak mencegat Wendy sebelum pergi tadi.

"Ntar aja deh, nunggu suasananya membaik." Jawab Minhyun.

Tiffany menyeduh kopi yang dipesannya tadi.

Sudah 4 tahun mereka tidak bertemu karena Tiffany yang menetap di LA sekarang. Menggeluti pekerjaannya di bidang fashion dan menikah di sana.

Tiffany sudah memiliki 1 anak perempuan bersama suaminya, Nichkhun yang diberi nama Carolin.

"Carolin ikut?" Tanya Minhyun setelah cukup lama mereka berdua berdiam diri.

Tiffany mengangguk dan mengeluarkan sebuah undangan dari dalam tas jinjingnya.

"Datang ya, ulang tahun Carolin yang ke tiga," Tiffany berdiri dan membawa tasnya, "jangan lupa bawa Wendy." Katanya sebelum pergi dari hadapan Minhyun.

Tiffany masih memiliki waktu untuk berjalan-jalan sekarang. Sedikit merasa bersalah karena membohongi Wendy tadi karena mengaku sebagai mantan kekasih Minhyun. Salahkan wajahnya yang masih awet muda.

Minhyun ikut berdiri, "ayo jalan, sebelum gue pulang dan ngebujuk Wendy yang ngambek."

Tiffany tersenyum sumringah dan menggandeng tangan Minhyun. Menikmati waktunya sebelum pulang ke rumah.

Menikmati waktu dengan adik sepupu, tidak salah kan?

To be continued

Urfavoo.

himTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang