Part 9 - Insiden

6 2 0
                                    

"Walaupun kamu berusaha dengan segala yang ada dalam dirimu, kalau dia sudah terikat oleh kata 'pernikahan' kamu mau apa?" –Dimas Askara.

*****

Hotel XXXX, 07.34 WIT.

Rombongan kami sedang berbaris menaiki sebuah mobil bus. Aku dan yang lainnya berbaris untuk memasukan baarang bawaan kami ke bagasi mobil.

Seperti biasa, aku melihat sekeliling untuk mencari keberadaan sosok Mell.

Namun, yang aku lihat hanya Tom dan istrinya yang sedang memasukan koper dan tasnya ke dalam bagasi mobil pribadinya.

"Ini menyenangkan!" pekik dari Teddy dalam gendongan Tom.

"Ya!" jawab Tom sambil memasukan Teddy ke dalam mobil.

JEDUG

Aku menoleh ke arah suara itu, ternyata suara dari kap bagasi mobil di belakangku. Tandanya mobil bus akan segera berangkat.

"Baiklah semua, silahkan naik bis. Lewat sini." Teriak sang tour guide.

Perasaanku sungguh dilema. Otaku menyuruhku untuk mengikuti bus menuju Dermaga, sedangkan hatiku menyuruhku untuk menetap di hotel.

BRUUUM

Dan akhirnya, keputusanku mengalah kepada hatiku yang menyuruh untuk tetap di hotel.

Aku memasuki pintu hotel dengan tas ceriel di punggungku sambil berjalan menuju lift berada. Pikiranku hanya tertuju pada seseorang. Yakitu... Mell Nittha.

*****

Aku mencari-cari keberadaan Mell di setiap lantai dan fasilitas hotel. Barang kali dia sedang menenangkan pikirannya.

Hasilnya nihil. Tak ada dirinya di manapun, kecuali...cafe hotel.

Tanpa berpikir panjang aku berlari menuju Cafe.

Sampai ketika di depan pintu Cafe, aku melihat dirinya yang duduk bersender ketembok yang berwarna merah marun.

Aku langsung mencari meja yang jauh dari jangkauan matanya. Ku buka buku menu yang tergeletak di atas meja kayu.

Kulihat dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Ternyata sebuah lembaran berwana coklat tua dan membuka lembaran itu perlahan. Tanpa di duga, Mell langsung merobeknya menjadi beberapa bagian dengan raut wajah tanpa ekpresi.

*****

Manado, 15.05 WIT.

Setelah pergi dari Cafe, aku terus mengikutinya dari kejauhan. ke Mini market, Gereja, bahkan toilet sekalipun.

Sampai suatu ketika, dia sedang berjalan di terotoar dengan kantong plastik di tangan kirinya.

Kiiiiitt... Bugh...

"MEEEEEELLL!!!"

Aku berlari untuk menghampiri Mell yang tegeletak tak berdaya di trotoar jalan dan mengangkatnya ala bridal.

Semua orang yang sedang menyaksikan kejadian ini menghampiri kami.

"CEPAT... PANGGIL TAKSI ATAU AMBULAN!!!" Teriaku.

Orang-orang pun membantuku mencarikan taksi. Mereka panik, tapi aku lebih panik. Takut terjadi sesuatu padanya.

"Mell! Bertahanlah, aku mohon!" ujarku bergetar.

Kulhat darah mengucur dari jidatnya yang tertutupu oleh rambut coklatnya.

Tak lama, sebuah taksi pun berhenti di sebelahku. Tanpa panjang lebar, aku buru-buru masuk dengan Mell yang masih berada di gendonganku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love in One DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang