#KTH
~Please don't try to fake what you don't feel
If love's already gone ~
Rasa rindu menguasai diriku, walaupun dia duduk tepat di hadapanku. Tidak peduli seberapa sering aku melihatnya, dia terasa jauh. Lelaki yang aku lihat sekarang, bukanlah dia yang aku kenal selama ini. Mungkin baginya aku juga bukan gadis yang sama seperti yang dia inginkan dulu.
"Taehyung-ah..." panggilku serak, separuh suaraku hampir menghilang ditelan kegugupan.
"Ya?" matanya langsung menatapku setelah berpaling dari layar ponselnya.
"Mungkin ini bukan waktu yang tepat, tapi aku tahu kau harus segera kembali ke kantor."
"Sebenarnya apa yang mau kau bicarakan? Aku bisa mampir ke rumahmu nanti sepulang bekerja."
"Tidak, Taehyung-ah. Tidak malam ini. Ku rasa ini harus segera berakhir."
"Apanya?" ia memiringkan kepalanya, menatapku bingung.
"Kau tahu, aku sangat mencintaimu. Terlalu mencintaimu hingga aku bisa memberikan apapun yang kau minta. Bahkan rasanya aku ingin memberikan dunia padamu!" aku mengatakan yang sebenarnya. Sebegini besar perasaanku pada lelaki yang sudah empat tahun menjalin hubungan denganku.
"Dengar, aku juga mencintaimu. Kau tahu..." sebuah senyuman bodoh seperti biasanya muncul di bibirnya, entah mengapa aku bisa merasakan getaran panik dari suaranya.
Segera aku memotong kalimatnya, "Tapi bolehkah aku minta satu hal padamu?"
"Hmm, apa itu?" kini semua perhatiannya terpusat padaku, senyumnya menghilang sempurna.
"Tolong jangan bersikap palsu lagi. Benarkah perasaanmu masih sama seperti dulu?"
"Tunggu, kau tidak mengira aku dengan wanita lain, kan?" pandangan mata nakalnya mengajakku untuk menghapus suasana serius yang sedang aku ciptakan.
"Tidak, Tae. Aku tahu kau tidak sejahat itu padaku!"
"Lalu kenapa kau bicara begini?" Taehyung memajukan badannya pertanda meminta penjelasan lebih.
"Aku yakin ini bukan dugaanku saja, Tae. Entah berapa kali kau mengatakan cinta padaku, tapi rasanya itu hanya kata-kata tanpa makna apapun darimu!" kalimat itu lolos begitu saja dari mulutku. Tanganku gemetar di atas meja, secepatnya aku menggenggam cangkir kopiku yang sudah dingin.
Lelaki dengan paras sempurna di hadapanku langsung mengatupkan bibirnya. Aku bisa melihat rahangnya mengeras. Lihat, aku tidak salah. Dia tengah menahan sesuatu di ujung lidah.
"Maaf..." Akhirnya kata itu muncul. Inilah yang aku takutkan akan terjadi, fakta kalau dia memang sudah tidak mampu mengimbangi perasaanku.
"Tidak apa-apa, Taehyung!" di luar dugaanku, bibirku tersenyum. Aku serius dengan senyuman ini.
"Dengarkan aku baik-baik, Tae!" aku menegakkan posisi dudukku, berusaha menenangkan diri sendiri.
"Kita memang tidak bisa selalu sama, manusia pasti berubah walaupun kita tidak menginginkan hal itu terjadi. Begitu juga denganmu, Tae. Jujur padaku kalau memang cinta itu sudah pergi!"
"Apakah kau mengatakan ini, karena ada orang lain selain aku?" nada bercandanya terdengar lagi tanpa beban di telingaku.
"Kau sungguh-sungguh mengatakan itu, Tae? Kau tidak sedang mencari kesalahanku, kan?" Mataku menatapnya tajam. Bagaimana bisa dia mengatakan itu kalau kenyataannya aku hanya melihatnya seorang?
"Aku tidak mau melepaskanmu, jika belum ada orang yang bisa menjagamu!" tangannya menggenggam sebelah tanganku yang terkepal di atas meja. Hembusan nafas kasar keluar dari mulutku. Dia tidak menyangkal apapun, bahkan tanpa dia sadari, dia siap melepasku kapanpun itu. Semua perilakunya membenarkan isi kepalaku.
"Oh, Tae, please! I'm not a child anymore. Di sini bukan tentang orang ketiga, keempat, atau keberapapun. Ini tentang kita. Perasaan ini sudah kadaluarsa, Tae!" Aku mulai kehilangan diriku.
Sunyi. Taehyung bungkam, begitu juga denganku. Atmosfir canggung ini menyiksaku berkali lipat. Tidak ada lagi yang bisa aku katakan. Kenyataan kalau memang kita sudah sama-sama berubah itu tidak terbantahkan. Mau dipertahankan seperti apapun, ini tidak akan berhasil.
Katakan sesuatu, Tae!
"Maafkan aku!" suara beratnya terdengar pelan. Tulus. Aku tahu lelaki ini mengatakan itu dengan perasaan yang sebenarnya.
"Kenapa kau minta maaf? Semua terjadi di luar dugaan kita, kan?"
"Aku tidak bisa menjaga perasaanku padamu. Aku sendiri tidak tahu sejak kapan aku mulai merasa hambar dengan hubungan kita. Hatiku sakit melihatmu menyadari lebih dulu apa yang aku rasakan selama ini. Sungguh. Aku minta maaf!" Taehyung menatapku lebih dalam, ada sinar yang perlahan meredup dari matanya. Dulu, sinar jenaka itu yang selalu bisa membuatku berkali-kali jatuh pada pesonanya. Bahkan hingga kini, sinar itu juga yang membuatku rela menjatuhkan diri ke dalamnya.
"Tidak apa-apa, Tae. Aku tidak akan pernah memintamu untuk tinggal. Itu tidak adil untukmu. Karena akan lebih baik jika aku yang pergi. Itu akan lebih mudah untukmu!" Aku menelan emosiku bulat-bulat. Sesuatu yang mengganggu rongga pernafasanku akhirnya mampu aku keluarkan. Walaupun aku tahu akan ada rasa sakit setelah semuanya terucap. Akan ada adegan saling meninggalkan satu sama lain setelah detik ini berlalu. Tapi sudah cukup aku menahannya, itu jauh lebih baik.
Bisikan pelan keluar dari mulutnya saat perlahan aku menarik tanganku dari genggamannya. Mungkin ini adalah kali terakhir aku bisa merasakan sentuhan Taehyung.
"Jangan!" kedua pupil matanya bergerak-gerak gelisah.
Jangan tatap aku seperti itu, Tae!
"Terima kasih untuk semua waktu yang kita bagi bersama, Taehyung-ssi!" segaris senyuman susah payah aku tampilkan. Kalau aku memintanya untuk berhenti berpura-pura, di sinilah aku mulai berpura-pura baik saja.
Aku menyerah, bukan berarti aku ikhlas. Aku bersikap kuat bukan berarti aku tidak lemah. Tapi bersikap baik-baik saja dengan semua kebohongan ini terlalu menyiksa untuk dilanjutkan. Tidak ada air mata pada perpisahan ini, aku terlalu sibuk menguatkan kakiku untuk melangkah menjauh dari cinta terbesarku, Taehyung.
Inilah akhir kita, Tae. Ketika 'kita' menjadi aku dan kamu...
~ I won't ask you to stay
I'd rather walk away
If your heart's not in it ~
~ END ~
Inspired by If Your Heart's Not In It - Westlife
Malang, October 13, 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Short Story (✔)
Fanfiction- BTS Short Stories - Hidup seperti seloyang pizza utuh. Kau harus memotongnya agar bisa menikmati setiap toppingnya. Kalau tertawa denganmu ibarat saus bolognese, maka mencintaimu adalah keju mozarela yang tidak pernah putus selagi masih panas. Pot...