#KNJ
Aku melangkah jumawa menuruni beberapa anak tangga, gemerlap lampu dan dentuman musik tanpa basi-basi mengakrabkan dirinya padaku. Suasana hatiku yang kebetulan sedang tidak baik, membuatku ikhlas menghabiskan sepertiga gaji bulananku untuk menikmati malam di club mahal. Hanya sesekali, pikirku, menghabiskan ratusan dolar untuk beberapa gelas minuman, yang jelas aku hanya mau menyenangkan diri sendiri.
Iya, aku ke club sendirian dan aku baik-baik saja dengan itu. Sebenarnya kekesalanku bermula dari seorang pria bernama Kim Seokjin yang sudah dua tahun aku kencani namun dia memilih menikah dengan wanita pilihan orangtuanya. Wanita yang katanya lebih terhormat dariku.
Baiklah, wanita kurang terhormat, di sinilah seharusnya kau berada. Kataku sambil meneguk habis isi gelasku. Mataku berkeliling sambil sesekali menggelengkan kepala, berharap beban pikiranku ikutan rontok.
Aku menelan liur pahit ketika melihat bagaimana interior club ini benar-benar berkelas. Semua orang yang berada di sinipun berpakaian kelewat rapi untuk sekedar jejingkrakan tanpa arah. Aku melihat pantulanku pada sebuah cermin besar tidak jauh dari meja bar, cibiran kecil muncul di bibirku. Ternyata aku tidak seburuk yang orang-orang bilang. Gaun pendek one piece berwarna hitam tanpa lengan melekat indah di tubuhku. Untungnya aku mengenakan salah satu gaun terbaikku.
Andai mereka bisa lihat, aku tidak semiskin yang orang tua mantan kekasihku katakan. Aku masih bisa berbelanja barang-barang mewah jika aku mau.
Baiklah, mari bersenang-senang malam ini!
Pendingin ruangan yang bekerja keras membuatku ingin pergi ke toilet. Setelah menyelesaikan urusan pribadiku, aku memeriksa riasanku di cermin depan toilet. Melihat pantulanku sendiri, aku merasa sedikit kasihan. Seharusnya yang menikah dengan Seokjin adalah aku, bukan wanita itu.
Segerombolan wanita memasuki lorong sempit menuju toilet, aku menyudahi momen mengasihani diri sendiri dan bergegas kembali ke meja bar, aku harus berhati-hati karena lorong ini benar-benar sempit. Sedikit merapatkan badanku ke dinding saat seorang pria bersetelan rapi datang dari arah berlawanan.
Beberapa langkah sebelum ia melewatiku aku bisa mencium aroma hutan yang segar sekaligus aroma pria maskulin. Berbeda sekali dengan aroma Seokjin Oppa yang kalem dan memberi kesan ramah.
Sesaat kedua mata kami bertemu, hanya sekilas namun aku bisa merasakan aura mengintimidasi dari pria itu. Ah, bagaimana caranya aku mendeskripsikan pandangan matanya yang tidak bisa disepelekan itu? Terlalu mengerikan, namun menggoda. Ada gestur tubuhnya yang membuat pria ini terlihat cerdas namun tetap seksi.
Tiba-tiba aku merasa sesuatu membuatku berhenti. Sesaat aku mengira pria itu sengaja menarik ujung gaunku, aku langsung menepis pikiran konyol itu. Pria itu juga berhenti dengan posisi kami kini yang berdiri saling membelakangi dan hanya berjarak selangkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Short Story (✔)
Fanfiction- BTS Short Stories - Hidup seperti seloyang pizza utuh. Kau harus memotongnya agar bisa menikmati setiap toppingnya. Kalau tertawa denganmu ibarat saus bolognese, maka mencintaimu adalah keju mozarela yang tidak pernah putus selagi masih panas. Pot...