#JHS
"Sayang..."
"Hmm?" sahutku tanpa menoleh.
"Ini harus aku letakkan di mana?" suara alto itu terdengar sangat lembut di telingaku.
"Di sana!" tunjukku pada salah satu sudut ruangan. Aku mendekati lelaki yang sedang duduk berjongkok merapikan letak pot bunga. Peluh memenuhi pelipisnya menandakan dia benar-benar bekerja keras membantuku.
"Capek, ya?" tanyaku setelah dia berdiri dan pandangan kami sejajar.
Dia menggeleng. Senyuman hangat khas miliknya tercetak di bibirnya.
Aku cemberut menanggapi kebohongan kecilnya. Sekilas, hanya sepersekian detik, dia mengecup bibirku. Senyumannya menular padaku, lalu tawa kecil terdengar darinya. Begitulah cara Jung Hoseok memenangkan hatiku sejak pertama kali aku bertemu dengannya hingga kini dia sudah menjadi suamiku.
"Kau suka rumah ini?" tanyanya. Aku mengangguk. Rumah ini tidak terlalu besar namun terlihat lapang karena menggunakan hanya sedikit sekat di dalam rumah. Hoseok sendiri yang mendesain setiap detilnya. Dia menyisakan sepetak pekarangan belakang untuk diisi dengan semua koleksi bungaku.
"Lapar?" tanyaku memecah keheningan.
"Biar aku yang masak, ya? Kau istirahat saja!" ia menahan pergelangan tanganku saat aku melangkah menuju dapur yang menyatu dengan taman bunga.
"Memangnya kau bisa masak? Tidak apa-apa, aku bisa." Kataku.
Dia menggeleng pelan, sejenak dia cemberut. "Ibu hamil tidak boleh terlalu capek!" kedua telapak tangannya mengusap lembut perutku yang semakin membuncit. Kehamilanku memasuki bulan ke-6, namun kondisi rahimku yang lemah, membuat Hoseok lebih sering mengambil alih tugasku di dalam rumah.
Terkadang aku merasa bersalah karena terus-terusan membuatnya sibuk. Pekerjaannya sebagai pilot pesawat tempur angkatan udara sudah sangat melelahkan, ditambah dengan dia harus mengurusiku di rumah.
"Kesehatanmu dan keselamatan anak kita lebih penting dari apapun." Katanya suatu malam saat aku mengeluhkan sikapnya yang terlalu protektif.
Sampai suatu pagi dia mengecup keningku lama. Aku menahan air mataku sekuat yang aku mampu.
"Oppa, hati-hati, ya!" hanya itu yang bisa aku katakan ketika dia melepaskan pelukannya. Dia harus pergi, memenuhi tugasnya pada negara.
"Kau juga, jangan terlalu capek! Sebentar lagi adikku akan datang menemanimu selama aku tidak di rumah."
Aku mengangguk. Ya, hanya beberapa bulan hingga dia pulang ke rumah. Aku akan baik-baik saja, walaupun aku harus melahirkan tanpa dia mendampingiku.
"Jaga ibumu baik-baik, ya! Ayah tidak akan lama." Kalimat terakhir Hoseok pada calon anaknya sebelum dia benar-benar pergi bertugas.
Aku masih berdiri di depan pintu melihat punggungnya kian menjauh hingga tidak lagi terlihat di ujung jalan.
Tangisku pecah seketika. Rasa hampa langsung menggerayangiku. Aku mulai manja, pikirku. Dan aku mulai merindukan kehadiran Hoseok.
...
Aku tidak bisa lagi merasakan tubuhku sendiri, seluruh tulangku seolah tanpa sendi. Tidak bisa aku ingat berapa kali aku berusaha melakukan semua yang diminta dokter padaku selama proses persalinan. Seolah nafasku sudah hanya tinggal yang ada di tenggorokanku, aku mengerang keras sambil menghentakkan kepala ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Short Story (✔)
Fanfiction- BTS Short Stories - Hidup seperti seloyang pizza utuh. Kau harus memotongnya agar bisa menikmati setiap toppingnya. Kalau tertawa denganmu ibarat saus bolognese, maka mencintaimu adalah keju mozarela yang tidak pernah putus selagi masih panas. Pot...