Prolog

118 10 0
                                    

Hari mulai senja, angin terus berhembus membuat rambut seorang remaja perempuan berusia 16 tahun berterbangan. Dibalik tawanya saat ini, ketika ia duduk mengayunkan ayunan ditaman, dia menyimpan banyak luka, banyak kesedihan, serta banyak penderitaan.

Elisa Renata, nama sang remaja yang diruntuk kesedihan itu. Sering kali ia berkata kepada dirinya,
"Betapa sialnya diriku ini, sampai mau tertawa saja seperti harus membayar mahal."
Elisa merasa dirinya sangat lelah, sampai ia turun dari ayunan dan menjatuhkan dirinya ke rerumputan di bawahnya. Melihat kondisinya yang masih duduk di bangku 1 SMA, pasti sangatlah berat dengan segala permasalahan hidupnya.

Elisa merasa dia sangat tersiksa dengan kondisinya saat ini. Ia sangat malas pulang ke rumah, namun sepertinya waktu tak memihak padanya. Senja segera datang dan langit menjadi gelap dengan sangat cepat. Dia memutuskan pulang dengan diam-diam, ia malas bertemu dengan kedua orang tuanya.

"Pa, kenapa papa gak pernah ngertiin aku sih" ucap Kirana, ibu Elisa.

"Kamu yang gak pernah ngertiin keadaan papa, " balas Veron, ayah Elisa

"Aku kurang ngertiin apa lagi, temen-temen aku semua punya mobil, mereka pake tas bermerek, pake perhiasan banyak, asal papa tau, aku mau semua itu, tapi aku gak minta. Sekarang buat uang sekolah Elisa dan George susah banget, bilang selalu gak ada, giliran buat kamu main sama temen-temen kamu selalu ada" Kirana mulai meneteskan air mata setelah ia mengatakan apa yang ia pendam selama ini.

Veron hanya terdiam, tak mampu berkata. Dia selalu terlihat sangat tak berdaya ketika kirana menangis. Veron pun memutuskan untuk pergi meninggalkan kirana sendirian.

Elisa yang mendengar itu hanya bisa menangis, iya segera memeluk george, adiknya yang baru kelas 3 SD dan yang sedang tertidur dikamar Elisa saat ini.

Elisa pun meninggalkan george dan pergi mandi. Dia menangis dibawah shower, dia berpikir bahwa ia lah penyebab orang tuanya bertengkar.

Selesai mandi, Elisa melihat adiknya sudah tidak ada dikamarnya. Ia pun melihat bahwa adiknya sudah bersama dengan mamanya. Elisa segera mengambil handphonenya dan ia men-chat sahabatnya, Neona.

Na, aku sedih banget hari ini, tadi pas aku pulang dari sekolah, aku gak langsung pulang, aku ke taman dulu. Pas udah sore aku pulang, dan langsung disambut sama pertengkaran ortu aku.

Lah, kok bisa gitu Lis? Emang mereka berantem knp?

Yang aku denger sih, mereka ributin uang sekolah aku sama george, Na

Wah, aku ikut sedih ya, Lis

Aku ngerasa gak berguna, Na. Aku ngerasa kalau aku tuh cuma bisa ngerepotin. Aku mau mati aja, Na

Hus, jangan ngomong gitu, ini udah malem, mending kamu tidur, besok disekolah cerita aja sama aku, aku selalu ada buat kamu

Ok, Na. Maaf ganggu malem-malem. Bye

Elisa pun tertidur. Ia bermimpi orang yang ia suka tidak lain kakak kelasnya sendiri, Hendry Chang. Dalam mimpinya, ia melihat Hendry sedang bersama pacarnya Priscilla Aurora. Ia melihat Hendry dengan Cilla sedang berpelukan. Elisa pun terbangun dari tidur, ia terkejut saat melihat jam sudah menunjukan pukul 6 pagi. Elisa segera mandi dan pergi ke sekolah. Ia sengaja pergi tanpa diantar walaupun sekolahnya dengan adiknya sama. Karena malas bertemu orang tuanya, Elisa sengaja melewatkan sarapannya. Jarak rumahnya yang cukup jauh dari sekolah, membuatnya menghabiskan waktu 30 menit dengan menggunakan sepeda.

Sampai disekolahnya, dia terkejut melihat teman-temannya sibuk mengumpulkan PR ke guru mapel mtk nya, Pak Bagus. Elisa tidak mengerjakannya. Ia sudah siap untuk menerima omelan Pak Bagus saat jam pelajaran mtk nanti.

Pelajaran mtk adalah jam pertama di hari rabu yang sial ini, ya nasibnya memang selalu sial. Selama menunggu Pak Bagus datang, Elisa hanya menundukan kepalanya di meja. Neona tidak berani mengganggunya. Tak lama Pak Bagus datang dengan buku dan penggaris panjang ditangannya. Dia segera menghampiri Elisa dan memukul mejanya keras. Elisa sangat ketakutan,
"Maaf pak, saya lupa jika bapak memberikan pr"

"Lupa kata mu?  Sekarang beridirilah di depan kelas sampai kelas berakhir"

Elisa menurut dan pergi kedepan kelas. Tawa satu kelas terdengar, Elisa sangat malu. Tanpa terasa Elisa meneteskan air matanya, ia segera mengelapnya agar tidak ada yang tau. Ya, hari sial itu tidak akan pernah berakhir.

-AR-


Haiii, jangan lupa komen, vote sama share cerita ini ya. Mau kasih aku saran, kritik, atau sekedar kenalan aja? Follow aja ig aku (angelica_rosalind ) thx semua.

My Bad LuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang