Keesokan harinya, Elisa dan Steven pergi ke Dufan sesuai keinginan Elisa. Setelah berhari-hari dalam kesedihan, hari ini, senyum di wajah Elisa kembali. Elisa tertawa dengan lepas. Bercanda dengan Steven. Beberapa kali Elisa menyuapkan camilan yang Elisa punya ke mulut Steven.
Hari mulai senja, Elisa dan Steven tinggal menaiki wahana terakhir yang belum ia naiki, kincir raksasa. Steven dan Elisa menaikinya berdua. Akhirnya Steven mengungkapan perasaannya.
"Makasih ya buat hari ini, aku seneng bisa berdua sama kamu menghabiskan hari ini. Jangan sedih lagi ya." Ucap Steven.
"Iya, makasih juga. Aku juga seneng bisa sama kamu. Sekarang aku gak punya siapa-siapa lagi, kamu jangan tinggalin aku ya."
"Kamu gak mau tinggal sama mama kamu atau om David gitu?"
"Aku bisa hidup sendiri kok, tenang aja. Lagiankan sekarang aku punya kamu, aku yakin kamu bakal jagain aku kan?"
"Lis, aku gak akan ninggalin kamu, aku akan selalu jaga kamu. Aku bakal nunggu kamu sampe kamu lulus dan aku akan nikahin kamu, supaya aku bisa selalu ada disisi aku. Aku sayang sama kamu."
"Aku juga sayang sama kamu." Elisa mencoba untuk tersenyum dan menahan sakit kalau ia harus menggantikan Jona dengan Steven.
"Sekarang, biar lebih resmi. Disenja ini, di atas kincir ini, aku janji sama kamu, aku akan selalu bersama kamu apapun yang terjadi nanti, kamu maukan jadi pacar aku?"
"Diatas kincir ini, disaat senja yang indah ini, aku janji kalau aku akan mencoba untuk menerima kamu sebagai jodoh aku. Aku mau jadi pacar kamu."
Steven memeluk erat Elisa. Sebelum mentari hilang sempurna, Steven dan Elisa segera turun dari kincir dan pulang ke rumah. Steven mengatar Elisa. Saat di mobil, Elisa mendapat kabar bahwa jasad Jona sudah ditemukan. Elisa mencoba untuk tetap tegar, karena sekarang ia sudah memiliki Steven.
....
1 tahun berlalu setelah hari itu, hari dimana Elisa membohongi perasaannya dan mulai membuka hati untuk Steven. Namun tetap saja, perasaannya pada Steven tidak lebih dari seorang kakak. Steven tidak dapat menggantikan Jona.
Pikiran akan Jona selalu menghantui Elisa. Elisa merasa bahwa Jona masih hidup. Elisa menutupi kesedihannya dengan segala kesibukannya. Ujian Nasional sebentar lagi akan Elisa lalui, jadwal shooting yang semakin padat. Elisa berusaha untuk membiasakan diri dengan segala jadwalnya.
Suatu hari, Steven mengajak Elisa ke pantai untuk melihat sunset, Elisa tidak menolak dan pergi bersama Steven.
"Elisa, lihat mentari senja ini, kamu tau, setiap aku melihat ini, aku teringat janji aku pada mu, dan janji kamu pada ku."
"Iya aku juga ingat, tapi.." Elisa belum sempat melanjutkan perkataannya, handphone sudah berbunyi. Pesan dari Shania,
Lis, lo pasti bakal kaget. Gw juga kaget.
Knp?
Ternyata Jona masih hidup, jasad yang waktu itu bukan jasad Jona.
Kok bisa? Gimana ceritanya?
Jadi, pas pesawat yang Jona naiki jatuh, Jona terpental ke dekat sungai. Ada seorang petualang yang melihat Jona dan segera membawa Jona ke rumah sakit. Waktu itu Jona sempat koma, Jona koma selama 4 bulan, dan setelah itu Jona sering kritis sampai dia bener-bener pulih setelah 3 bulan. Dan semenjak dia sadar, dia nyariin kamu, tapi dia gak tau mau kontak siapa. Akhirnya, tadi aku ke Mall, aku gak sengaja ketemu Jona, ternyata Jona udah kembali dari bulan lalu, tapi Jona tinggal dirumah petualang itu, soalnya Jona lupa tempat tinggal dia dimana, bisa dibilang dia lupa ingatan setengah.
Cerita kamu panjang banget, terus sekarang, Jona ada dimana?
Jona udah pulang ke rumahnya. Si petualang itu udah bantu Jona buat ketemu sama keluarga Jona. Dan sekarang ingatan demi ingatan udah mulai pulih.
Ok, makasih Shania, aku bakalan langsung temuin Jona.
Iya, cepetan, Jona itu sayang banget sama kamu, selama dia hilang ingatan, cuma kamu yang dia inget. Awalnya dia aja gak inget aku.
Siap, Shan.
"Kamu knp, Lis?" Kata-kata itu membuyarkan lamunan Elisa.
"Jona masih hidup." Steven terkejut dan Elisa segera memberikan handphonenya pada Steven. Steven segera menarik tangan Elisa dan membawa Elisa ke mobilnya.
"Kita harus ketemu Jona sekarang."
....
"Ko Jona?" Tanya Elisa melihat seorang lelaki yang sedang duduk menonton tv di rumah sang lelaki.
"Elisa, aku nyari kamu kemana-mana. Ternyata kamu disini."
"Aku kira koko udah...." Elisa berhenti berbicara saat telunjuk Jona berada di bibirnya.
"Aku selamat, aku selamat karena aku masih ditakdirkan untuk bersama dengan cinta aku. Sama kamu." Elisa meneteskan air matanya. Ia masih tidak menyangka dapat melihat pujaan hatinya.
"Aku udah tau, papa kamu udah gak ada. Kamu gak usah sedih, karena aku udah ada disini sekarang, aku udah sama kamu lagi" lanjut Jona.
Elisa menatap Steven yang sedang berkaca-kaca karena terharu melihat cinta Jona dan Elisa, serta sedih saat menyadari bahwa Elisa tidak pernah mencintainya.
"Lis, aku ikhlas kalau kamu lebih pilih Jona. Tapi, janji aku buat selalu ada untuk kamu, gak akan pernah aku lupain. Aku anggep kamu adik aku" kata-kata Steven membuat Elisa tersenyum dan memeluk Jona.
Shania pun sadar akan itu, Shania memilih untuk mundur dan membiarkan Jona bahagia dengan cintanya. Shania yang melihat Steven mulai meneteskan air matanya, segera Shania mendekati Steven dan merangkulnya. Sakit, itulah yang keduanya rasakan.
Steven membalas rangkulan Shania. Saat itulah, getaran cinta diantara mereka mulai muncul kembali.
-AR-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Luck
Teen Fiction"Pelangi sehabis badai? halah bullshit" gerutu Elisa yang kesal dengan kesialannya. Bukan hanya soal cinta, tetapi keluarga, pertemanan, bahkan sampai sekolahnya. Elisa selalu merasa dia sangat bernasib sial sampai ia bertemu Jona, seseorang yang be...