Kirana yang geram ditambah lagi dengan keadaan sakitan-sakitan dari Veron semakin menjadi-jadi.
Pengadilan sudah menghubungi dan lusa waktunya. Kirana sangat senang karena sebentar lagi ia tidak perlu lagi bersama Veron yang penyakitan itu.
Setelah mendapatkan semua kemoterapi dan laser untuk melemahkan virus kanker tersebut, keadaan Veron tak kunjung membaik, sekarang virus itu semakin menyebar dan mulai menyerang jantungnya. Bahkan kabar buruknya, dokter mengatakan bahwa kanker tersebut sekarang sudah berada pada stadium terakhir.
"Papa gak usah banyak pikiran, gak usah pikiran mama, mama udah gak peduli sama kita. Papa tenang aja dirumah sakit ini, kalau ada apa-apa langsung panggil suster aja. Elisa mau pulang dulu, mau siap-siap buat besok sekolah. Nanti maleman Elisa bakal balik lagi kesini, ko Jona anter nanti" kata Elisa lembut pada Veron.
"Kamu hati-hati ya. Jangan terlalu deket sama Jona, bisa aja dia punya niat buruk, apalagi dia dari keluarga Faldian dan Selvi, mereka musuh papa, mereka selalu manjatuhkan papa dulu, makanya jabatan papa gak pernah naik" ini perintah bukan pernyataan dari Veron.
Veron memang tidak suka pada Faldian, teman sekantornya yang selalu menjelek-jelekannya dihadapan bos. Faldian selalu berkata kalau Veron sering tidak masuk kerja tanpa alasan, Veron pernah ketahuan menggambil uang perusahaan, Veron bekerja dengan tidak baik. Veron merasa Faldian sedang menjelek-jelekannya, namun sebenarnya memang itu yang terjadi demi pulang membawa uang untuk Kirana.
....
Hari pengadilan pun datang. Kirana merasa sangat bahagia, ia datang bahkan lebih awal. Sekitar 3 jam sudah berlalu, kini mereka sudah resmi bercerai.
Setelah pengadilan selesai, kondisi Veron semakin memburuk. Veron harus menjalani operasi dadakan, dan sekarang Veron sedang kritis.
Jona datang dan melihat Elisa sedang dalam rana kesedihan. Sedih melihat orang tuanya yang bercerai dan kondisi Veron. Elisa sedang duduk dibangku depan pintu operasi Veron. Elisa sedang menangis. Jona ingin membiarkan Elisa meluapkan dulu emosinya. Setelah dilihatnya Elisa mulai kelelahan menangis dan Elisa mulai memejamkan matanya.
Dengan mudahnya Elisa tertidur, Elisa memang sudah tidak tertidur selama 2 hari ini, karena pikirannya tidak bisa berhenti tentang pengadilan hari ini. Jona mulai menghampiri Elisa. Duduk perlahan di samping Elisa.
Ia melepakan jaket yang ia kenakan. Segera ia kenakan itu pada Elisa. Ia membiarkan Elisa tertidur di pundaknya dan mengusap perlahan pipi sang pujaan hatinya. Ia tidak membiarkan seorangpun mengganggu tidur Elisa kali ini.
Elisa terbangun dari tidurnya dan sangat terkejut melihat Jona ada disisinya yang sedang tertidur. Terlihat dari muka Jona, kalau Jona sangat mengantuk dan kelelahan. Elisa bangkit untuk berdiri, namum sebuah tangan menariknya. Jona ternyata tidak tertidur, ia menarik Elisa kepelukannya. Disaat itu tangis Elisa pecah kembali.
Tiba-tiba, dokter keluar dari ruangan operasi. Elisa segera bangkit dan menghampiri sang dokter,
"Bagaimana keadaan papa saya dok?""Operasinya berhasil, papa kamu berhasil melewati masa kritisnya tadi. Sekarang dia belum sadarkan diri. Jangan buat dia banyak pikiran ya" pesan dokter tadi mendapat anggukan dari Elisa.
"Apakah saya bisa melihat papa saya dok?"
"Untuk saat ini lebih baik jangan, tetapi setelah papa kamu sadarkan diri, papa kamu akan segera dipindahkan ke ICU, nanti baru kamu bisa melihatnya sesukamu"
Elisa sangat berterima kasih pada dokter. Elisa kembali pada Jona dan memeluk Jona kembali.
Tak sampai 1 jam, Veron sudah sadarkan diri dan segera dipindahkan ke ICU. Elisa masuk ke dalam ruangan Veron, diikuti Jona dibelakangnya.
Belum sempat Jona mengatakan 1 kata pun, Jona sudah langsung mendapatkan usiran dari Veron. Jona sudah tau bahwa Faldian dan Veron saling bermusuhan. Veron tidak pernah menerima Jona, begitupun Faldian, tidak pernah menerima Elisa. Bahkan Jona sudah dijodohkan dengan Shania temannya yang bekerja sebagai model salah satu majalah, Elisa tahu itu, namun mereka tidak pernah memikirkannya dan terus bersama.
"Aku pamit dulu ya, Lis. Jaga diri, jangan lupa makan. Besok aku jemput kamu" ujar Jona sebelum pergi dan langsung mendapat anggukan dari Elisa.
Elisa membiarkan ayahnya beristirahat terlebih dahulu. 15 menit setelah Jona pergi David, Shal, dan opanya datang. Elisa berpikir bahwa mereka ingin menjenguk Veron, namun kenyataannya salah. Veron terbangun dan ikut dalam pembicaraan mereka.
"Papa kamu semakin parah, kata dokter kesempatan hidupnya sudah tidak lama lagi, kamu butuh seseorang buat selalu jagain kamu, apalagi mama kamu sudah gak peduli sama kamu" kata David.
"Kita mau kenalin kamu sama anaknya Om Vernando, temen Om David" tambah Shal.
"Iya, Lis. Kamu butuh orang buat jagain kamu nanti pas papa udah gak ada. Opa, tante, sama om kamu gak akan selalu ada buat kamu, mereka punya urusan" kata Veron.
"Aku bisa sendiri tanpa ada yang jaga aku. Lagian aku punya ko Jona. Aku yakin ko Jona bakal jagain aku" jawab Elisa ketus.
"Enggak, kalau orang tuanya aja jahat, pasti anaknya nurun dari papanya" kalau Veron.
"Om juga gak setuju. Kamu harus mau sama anaknya temen om. Dia anaknya baik, gak kayak Jona" kata David.
"Ko Jona baik, gak kayak yang kalian kira. Dan apa yang om Faldian katakan tentang papa itu adalah hal yang benarkan?" Kata Elisa.
"Iya, memang itu benar. Tapi seenggaknya, dia harusnya menyimpan rahasia itu, apalagi dia dulu sahabat papa, harusnya dia gak gitu sama papa" jawab Veron.
"Papa emang salah. Masih baik papa gak dipenjara. Papa harusnya sadar kalau papa emang salah" Elisa tak kuasa menahan amarahnya.
"Apa salahnya sih kamu kenalan dulu sama Steven. Pendekatan aja dulu, lama-lama juga bakal akrab dan saling sukakan?" Kata Shal.
"Bodo" jawab Elisa ketus dan langsung pergi dari ruangan itu.
....
Tak sampai 2 hari setelah pembicaraan itu, Steven dan keluarganya datang mengunjungi Veron. Pada pandangan yang pertama juga itulah, Steven merasa jatuh hati pada Elisa.
Steven pernah mengalami jatuh cinta pada Shania, temannya sebagai model. Namun, karena Shania sudah dijodohkan dengan Jona, Steven sangat patah hati. Sampai Vernando, ayahnya menjodohkannya dengan Elisa yang kebetulan pacar dari Jona. Steven, Jona, dan Shania memang seumuran.
-AR-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Luck
Teen Fiction"Pelangi sehabis badai? halah bullshit" gerutu Elisa yang kesal dengan kesialannya. Bukan hanya soal cinta, tetapi keluarga, pertemanan, bahkan sampai sekolahnya. Elisa selalu merasa dia sangat bernasib sial sampai ia bertemu Jona, seseorang yang be...