Bab 7

18 4 0
                                    

"Maafin aku tentang keputusan aku yang menerima perjodohan ini, aku salah, aku ngaku salah" kata Elisa memberanikan diri untuk memulai percakapan.

"Iya aku tau kok, tapi aku mohon sama kamu, jangan jadikan ini untuk alasan kamu menjauhi aku" jawab Jona.

"Aku lakuin ini semua demi papa. Aku akan bersikap baik sama Steven, tapi aku gak akan pernah mencintai dia"

"Cobalah untuk mencintai dia, demi papa kamu"

"Aku gak bisa, cinta aku cuma buat koko"

"Anggep aku sebagai koko kamu, jangan lebih. Mungkin sekarang waktu yang pas untuk kita mengakhiri hubungan terlarang kita ini"

"Aku gak mau putus dari koko, walaupun setelah ini kita tetap menjadi kakak adik."

"Kamu mau kita jalanin ini kayak biasa dulu? Sampai kita bisa merasa terbiasa dengan jodoh kita masing-masing?"

"Iya, jangan tinggalin aku ko, maafin keputusan aku, aku ngaku, aku salah. Aku benci sama diri aku sendiri" ucap Elisa sangat lirih seraya memukuli dirinya sendiri.

"Stop, ini salah aku, salah aku yang gak mampu dan gak biaa ngubah keputusan keluarga kamu dan keluarga aku untuk jodohin kita. Maafin aku ya."

"Ini salah aku, koko gak usah ngerasa bersalah." Kata Elisa, lagi-lagi ia memukuli dirinya lagi.

"Stop lukai diri kamu, sayang. Dengan kamu lukain diri kamu kayak gini, aku makin ngerasa bersalah."

Jona merogoh kantung celananya dan menemukan sebuah kalung yang ia cari. Kalung itu terbuat emas murni dan memiliki liontin berbentuk love yang dapat dibuka, saat dibuka, liontin itu akan menunjukan 2 foto, sebelah kira dengan foto Jona, dan sebelah kanan dengan foto Elisa. Jona memberika kalung itu pada Elisa,
"Buat kamu, sayang. Aku pakein ya. Kalau kamu kangen aku, liat aja foto didalemnya dan kamu harus inget, kalau aku gak akan pernah ninggalin kamu."

Jona memeluk Elisa dan dengan sangat lembut mengusap rambut Elisa. Jona berbisik pada Elisa,
"Kamu tidur ya, ini udah jam 2, besokan kamu harus sekolah. Sini tidur dipaha aku, besok aku anter kamu sekolah ya."

Elisa hanya mengangguk dan segera tertidur.

....

"Oy, Lis. Gimana kabar bokap lo?" Kata Putri saat jam istirahat.

"Udah baikan, Put. Udah sadar juga dari koma. Sekarang hubungan aku sama ko Jona yang lagi kritis" kata Elisa dengan lemah.

"Bokap kamu jadi jodohin kamu ya? Terus Jona kan juga udah dijodohin" tanya Neona.

"Iya, sekarang aku gak tau harus gimana lagi. Aku bilang sama keluarga aku udah gak punya hubungan sama ko Jona, tapi sebenernya kita diem-diem masih pacaran" jawab Elisa.

"Sabar ya, Lis. Kalau kalian jodoh, kalian bakal tetep bersatu kok." Putri mencoba untuk menghibur Elisa.

Elisa menjalani hari dengan biasa, seperti tidak ada malasah yang terjadi. Hari ini berbeda dengan hari sebelumnya, hari ini ko Jona tidak menjemput, tapi Steven yang jemput.

"Bingung? Knp aku yang jemput?" Tanya Steven. Elisa tak menjawab apapun.

"Tadi Jona telepon aku, dibilang aku disuruh jemput kamu, soalnya dia mau jemput Shania" kata-kata Steven membuat hati Elisa sangat tertusuk.

"Udah gak usah sedih, kan udah ada aku" dengan takut Steven menggerakan tangannya untuk merangkul Elisa. Elisa diam tanpa menolak. Elisa merasa tidak memiliki semangat dan kuat tenaga untuk menolak rangkulan Steven. Steven merasa senang karena rangkulannya tidak lagi ditolak mentah-mentah.

Steven membawa Elisa menuju mobilnya, ia membukakan pintu dan membiarkan Elisa masuk.
"Aku laper, kamu udah makan belum? Makan dulu yuk?" Ajak Steven penuh semangat.

"Aku gak mood makan, kalau kamu mau, kamu aja" jawab Elisa ogah-ogahan.

"Ya udah aku juga gak jadi makan" balas Steven.

"Jangan, nanti kamu sakit. Katanya laper. Ya udah ayo aku temenin kamu, tapi aku gak mau makan ya" jawaban Elisa sukses membuat Steven senang.

Steven segera melajukan mobilnya. Ia mengajak Elisa makan disalah satu restoran bergaya barat. Elisa hanya menurut tanpa ada sedikitpun penolakan.

"Kamu mau makan apa?" Kata Steven

"Kan aku udah bilang gak mau makan

"Makan dikit aja, atau gak minum aja ya"

"Ya udah, aku pesen roti bakar coklat keju aja, sama minumnya jus strawberi aja."

Makanan datang cukup lama, membuat Elisa merasa bosan. Ia teringat Jona yang selalu membuatnya tertawa disaat seperti ini.

"Lis, kamu mau denger masa lalu aku gak? Tentang kisah cinta aku?" Suara itu membuyarkan lamunan Elisa.

"Gak usah, makasih" Elisa tidak ada minat sedikitpun mendengar Steven.

"Maaf, aku udah tau semua tentang keluarga kamu. Mulai dari mama kamu, nilai kamu, temen-temen kamu, bahkan cinta kamu" Steven tahu itu semua dari David dan Shal.

"Tau dari mana? Kok kamu lancang gitu aja? Itu rahasia, bukan dibuka untuk umum. Kamu pikir itu berita? Walaupun aku bintang film, tapi masalah itu gak pernah kesorot media, begitu juga dengan perjodohan ini. Ku sih berharap emang gak pernah ada yang tau, bahkan gak pernah terjadi" kali ini jawaban Elisa sangat menohok hati Steven.

"Anu... om David yang bilang. Maaf aku lancang, jangan marah lagi ya." Steven sangat menyesasi perkataannya.

"Bodo"

"Aku gak beda jauh sama kamu. Mama kandungku udah meninggal, papa nikah lagi sama mama Eve. Shania, jodoh Jona sekarang, dulunya dia adalah pacar ku, cinta pertamaku. Tapi, sebelum aku sempat berkenalan dengan orang tua Shania, Shania sudah dijodohkan terlebih dahulu dengan Jona." Elisa bisa mendengar ada kekecewaan dalam diri Steven.

"Aku patah hati, dan aku gak mau makan. Aku mengurung diri, sampai orang tuaku memperkenalkan ku pada bidadari yang ada dihadapan ku ini." Elisa terdiam, hanya menatap Steven.

"Iya, sampai aku bertemu kamu, yang mengembalikan semangatku." Steven melanjutkan perkataannya.

-AR-

My Bad LuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang