Bab 3

32 4 0
                                    

3 bulan berlalu, Elisa mengucap syukur kalau ia sekarang sudah berada di akhir kelas 10 nya. Dia pun sudah mengerjakan UKK dengan maksimal, tinggal menunggu hasilnya. Elisa pun bersyukur, karena selama 3 bulan ini, orang tuanya mulai berdamai, mereka tidak sering ribut lagi, namun menjadi sangat cuek satu sama lain, dan juga Elisa bersyukur, orang tuanya tidak jadi bercerai karena mereka sudah tidak pernah mengatakan itu.

Ternyata, dibalik sikap baik orang tua Elisa, mereka menyimpan luka dan rahasia mereka sendiri-sendiri. Elisa merasakan adanya kehangatan yang berbeda dari orang tuanya. Mereka berdekatan, saling memberikan perhatian kepada Elisa dan George namun, sikap mereka berdua selalu dingin.

Suatu saat, Kuota Elisa habis. Elisa meminta hotspot kepada Kirana. Kirana memberikan handphonenya kepada Elisa. Elisapun membawa hpnya ke kamarnya.  Tanpa sengaja Elisa melihat ada pesan romantis dari seseorang masuk ke handphone mamanya. Rasa penasaran membakar Elisa. Elisa membuka handphone mamanya dan membaca pesannya. Pesan dari 'My Love', amarah Elisa semakin menjadi-jadi saat ia melihat 1 pesan yang sangat romantis berbau mesum

Sayang, besok kamu jadikan ke kostan aku? Jangan lupa bawa handbody dan minyak ya, kan aku janji mau pijitin kamu.

Iya, sayang. Tapi, aku malu. Kamu gak takut nanti dikira aneh-aneh sama tetangga kamu? Kita belum nikah, tapi aku sering ke rumah kamu, minggu ini udah 3 kali, minggu kemarin 4 kali, minggu kemarinnya lagi 2 kali.

Jadi, kamu gak mau sama aku lagi? Kamu tenang aja, semenjak kali pertama kamu dateng ke rumah aku, aku bilang kamu istri aku.

Ok deh, besok jemput aku ditempat biasa ya, nanti aku bawa minyaknya.

Bawa baju sama dalaman ganti juga ya, takutnya nanti basah setelah kita gituan.

Maaf, kayaknya kalau gituan aku gak bisa lagi, udah cukup yang kemarin aku mainin burung kamu dan kamu mainin gunung aku, aku gak bisa lebih dari itu, aku masih punya suami.

Makanya cepetan urus perceraian kalian!!!

Iya sabar ya sayang.

'Shitt, dari chatnya baru kenal 1 bulan, tapi udah berani kayak gini. Jadi ini alasan mama selalu bersikap dingin dan sering pergi akhir-akhir ini.' Batin Elisa.

Elisa ingin sekali menampar mamanya, dan membentaknya. Namun, ia tak sanggup melihat mamanya sedih. Ia sangat kesal. Rasa penasarannya sangat besar, ia membuka lagi hp mamanya yang sudah ia lempar ke pojokan kasur.

Ternyata, ia menemukan kalau mamanya bukan hanya chat dengan 1 orang, namun dengan banyak orang dan orang yang berbeda disetiap sosmednya.

Amarah yang semakin memuncak membuat Elisa memukul tembok disampingnya dengan sangat keras dan menyisakan memar ditangan kanannya.

Elisa segera mengembalikan hp Kirana. Elisa pun segera kembali ke kamarnya. Kirana merasa ada janggal. Dia melihat pesan dari Andrew atau My Love dikontak hpnya, sudah ia baca, perasaan Kirana, Kirana belum membacanya.
'Apakah Elisa sudah melihat itu?' Batin kirana.

....


Hari pembagian hasil belajarpun tiba. Seperti dugaan, Elisa meraih peringkat pertama. Elisa memang anak yang sangat cerdas. Elisa pun memperlihatkan raportnya kepada om, tante, dan kakeknya. Itu adalah syarat dari mereka, kalau setiap pembagian raport, Elisa harus memperlihatkan raportnya.

"Kamu memang dapat nilai bagus dan peringkat pertama. Tapi jangan bangga sama prestasi itu. Itu belum seberapa, apalagi kamu meraihnya dengan kecurangan seperti yang vanessa katakan" ujar David padanya.

'Lagi-lagi vanessa' kata Elisa dalam hati.

"Lebih baik kamu lihat sepupu kamu itu, Vanessa dan Kornelius. Mereka seumuran sama kamu, tapi mereka memperlihatkan kemajuan yang bagus dan real, gak kayak kamu nyontek." Lanjut David.

"Om gak tau aja, semua yang Vanessa bilang itu bohong. Om gak minta bukti dari Vanessa? Aku tau, aku emang berasal dari mama dan papa yang gak sekaya dan sepinter orang tua Vanessa. Tapi, aku juga keponakan om, om tuh pilih kasih. Kalau emang om gak mau biayain kuliah aku nanti, aku bisa cari sendiri. Aku gak butuh om" jawab Elisa dengan amarah yang tak kuasa ia tahan. Ia sangat jengkel dan kali ini ia berhasil meluapkannya.

"Dasar kamu anak durhaka, gak sopan sama orang tua" jawab David tak mau kalah.

"Lah, orang tua aku aja gak pusing sama biaya kuliah aku nanti. Ngapain om yang pusing. Ini masa depan aku, om gak usah ikut campur deh. Kalau aku emang gak sopan, masalah buat om? Adakah dampaknya buat om? Gak adakan? So, jangan ikut campur urusan aku lagi" Elisa segera pergi dari pandangan David, Shal, dan opanya.

David yang mau mengejar Elisa, segera ditahan oleh Shal. Shal sangat mengerti kalau Elisa butuh waktu untuk menenangkan diri.

Elisa pulang kerumahnya dengan ojek yang ia panggil tadi didepan rumah opanya itu. David dan Shal memang tinggal serumah dengan opanya.

"Awas kamu, Vanessa" geram Elisa.

Kali ini, Elisa hanya masuk kamar dan memejamkan matanya. Ia berusaha menengkan dirinya dengan tidur. George mengetuk pintu kamarnya dan segera masuk tanpa aba-aba dari Elisa.

"Ci, cici sabar ya. Kita berdoa aja, supaya nanti pas George besar, mereka sudah tidak ada, supaya George gak ngalamin yang cici alamin" ujar George polos pada cicinya. Tadi, Elisa, George, dan orang tuanya memang pergi bersama. Namun, Elisa pulang terlebih dahulu. Elisa yang tidak tertidur segera membuka matanya dan duduk sambil menatap George,
"Kamu tenang aja, cici gak bakalan bikin kamu sama kayak cici. Nanti cici yang bakal cari uang buat biayain kamu." Balas Elisa.

George memeluk Elisa. Tangan Elisa mengusap pelan puncak kepala George dan segera membalas pelukan George. George merasa nyaman dalam pelukannya. Elisa pun merasakan bahwa dirinya semakin tenang.

"George, janji sama cici, apapun yang bakal terjadi, kamu gak boleh milih antara papa atau mama" perintah Elisa pada George.

George hanya mengganguk. George keluar kamarnya saat Kirana memanggilnya untuk makan malam. George sudah mengajak Elisa, tapi Elisa menolak dengan alasan belum lapar.

Elisa merasa tersiksa dengan libur kenaikan kelasnya tahun ini. Pertengkaran dalam keluarganya muncul kembali. Veron jarang pulang untuk menghindari Kirana. Kirana pun sering pergi, bahkan berani mengajak Andrew datang kerumahnya, untuk sekedar makan atau menginap. Bahkan sejauh yang Elisa tahu, urusan perceraian kedua orang tuanya sudah diurus, hanya tinggal menerima panggilan untuk disidang saja.

-AR-

My Bad LuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang