Dinda

6 1 0
                                    

Efa sampai di rumah dan mengucapkan salam saat makan malam.

“makan Fa” kata ibunya.

“ganti baju,mandi dulu buk"

Selesai ganti baju dan akan beranjak ke kamar mandi, dia mendengar orangtuanya membicarakannya.

“sudah dikenalkan belum sama anak teman Ayah?” ibunya memulai pembicaraan saat mereka hening menikmati makanan.

“belum sempat buk,lupa lagian disuruh kerja ini itu sama Pak Rahman” kata Ayah sambil berdiri mengambil segelas air minum.

Efa yang menguping,hanya menghela napas dan melangkah melanjutkan kegiatan yang belum dikerjakan.

Sebenarnya Efa jadi takut,tidak berani keluar rumah barang sejengkal,dia berusaha mencari logika,yang artinya itu hanya sugesti.tapi para tetangga dan orang terdekat akan bertanya terus semacam : “Pagi Efa makin cantik kamu,sudah ada calonnya belum?,kapan menikah?” Dan basa basi lainnya yang bikin Efa geregetan.

‘Apa urusan Anda menanyakan hal itu?carikan calonnya jangan tanya melulu,mau bayarin catering sama uang gedung sekalian?terus kalau ada masalah rumah tangga situ mau tanggung?dulu waktu belum kerja ditanyain juga,, omoo,omo stoop astaghfirullah Gue udah berlebihan.

Belum Ibu Ayahnya yang getol cari pasangan. Nenek yang tau status Efa sekarang ikut menimpali

“kamu itu kayaknya harus ke Jogja kerja di sana aja biar dapan lakilaki yang lembut perilaku dan ucapannya,pengertian pula”

‘Nek,kalau pria Jogja kayak gitu semua,sekarang pasti uda pada antri daftar,borobudurnya pasti penuh’. Batin Efa

Efa jelas tau mereka ingin yang baik-baik untuknya,tapi kalau di tekan sama saja menambah beban pikirannya. Neneknya itu memang sering bercerita tentang saudara yang sukses

“ rosyid itu ya udah jadi dokter istrinya cantik pula dulu ikutan putri indonesia,hidupnya enak banget kayak di iklan televisi".

Kalau sudah seperti itu biasanya Efa tinggal mencari ponsel membuka wattpad siapa yang update hari ini . dan menelpon akan menceritakan keluhan dengan teman dekatnya Dinda.walau belum ada titik terang dan sekarang Dinda yang memulai ceritanya. Tapi Efa rasa cukup ,dan lega.percakapan di akhiri dengan rencana jalan jalan di hari sabtu.

“Gue butuh asupan buku yang realistis”

“jangan tanya Gue engga tau” tolak Dinda

“hahaha iya nanti lihat di sana aja”

Hari sabtu tiba mereka berencana bertemu di warung bebek goreng yang katanya terkenal ,sekalian sarapan.

“ Din”

“hm? Tanya apa Lo?” seakan Dinda tau Efa akan bertanya.

“Gue tau manusia kan ada kurangnya, kalau Gue apa Din? Biar bisa Gue perbaiki ,eh tapi pasti lah Gue ada kemajuan memperbaiki diri yakan?”

“Lo ini ya ampun,udah ya jangan cari kekurangan Lo,ya boleh aja tapi Gue rasa Lo cukup tau kekurangan dan kelebihan diri sendri,kalau Gue bilang di sini nanti Lo malu ada yang nguping” kelakar Dinda yang garing

“iya, hm Gue baper nih Din”

“kalau lagi baper fokusin ke hal-hal positif Fa,oya dan jangan merasa sempurna meskipun sudah berusaha dengan sangat baik” tutur Dinda sambil menaik turunkan alisnya dan tertawa “yuk cari buku ,jangan terlalu dipikir,stres nanti ”

“siap nyah” Efa menyemangati dengan mengepalkan tangannya.

*******

PintuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang