🌺🌺Prolog🌺🌺

108 4 0
                                    

"Mama mama gak papa kan, mama baik-baik aja kan. Kakak mama gak akan kenapa-napa kan". Tanya seorang gadis kecil pada siang kakak.

Sang kakak yang melihatnya tidak menjawab pertanyaan dari adik bungsunya itu. Ia sangat bingung harus menjawab apa karena keadaan mama mereka belum dikatakan baik-baik saja. Sebab keadaan mama mereka masih sangat memprihatinkan.

Amelia nama gadis yang bertanya pada kakaknya tadi. Diusianya yang masih sangat kecil harus mengalami semua ini. Beban hidupnya terlalu berat untuk anak seusianya. Sang mama yang sakit parah, kakak pertama dan keduannya yang membutuhkan uang untuk biaya spp sekolah. Dan kakak ketiganya yang membutuhkan biaya untuk operasi kaki yang dikarenakan ia mengalami kecelakaan sehingga diharuskan untuk dioperasi.

Dan untuk kakak keempatnya ia harus mengikuti lomba melukis namun dia belum memiliki perlengkapannya. Semua kebutuhan keluarganya menumpuk. Tapi tidak ada yang bisa mereka lakukan karena tidak ada yang memiliki uang. Selama ini mereka hidup bergantung pada penghasilan sang mama.

Tapi semenjak sang mama jatuh sakit sang adik yang menggantikan beliau menjual gorengan keliling rumah. Penghasilan yang pas-pasan tidak bisa mencukupi kebutuhan mereka yang sangatlah banyak itu.

Sangat disayangkan, anak seusia Amelia harus bekerja padahal usianya masih 5 tahun tapi sudah harus menjadi tulang punggung keluarga. Dan sekarang ia membutuhkan biaya operasi untuk mama dan kakak ketiganya.

Ya Allah gimana caranya Amel bisa cari yang untuk operasi mama dan kakak. Amel gak punya uang ya Allah, Amel mohon pertolongannya ya Allah. Dia Amel dalam hati.

Lalu Amel pergi dari ruangan mamanya, ia berjalan dan terus berjalan. Menuruti langkah kakinya yang entah akan membawanya kemana. Lama kelamaan ia sudah keluar dari rumah sakit dan sekarang berdiri di area parkiran.

Saat ia berhenti ia melihat ada seorang om om yang akan berjalan menuju pintu utama rumah sakit. Tapi saat om itu berjalan dari arah samping ada pengendara motor yang melakukan sangat kencang. Amel yang melihatnya langsung berteriak agar om itu sadar dan menghindar.

Bukannya menghindar om itu malah berdiri di tempat tanpa bergerak seinci dari TKP. Sedangkan dari arah belakang om itu Amel berlari sangat kencang saking kencangnya ia sampai tidak memikirkan nafasnya. Lalu saat sudah sampai Amel langsung menarik om itu agar menjauh tapi naas mereka malah terjauh di atas konblok.

"Awww". Rintih Amel karena tangannya yang tergores.

"Eh kamu gak papa kan dek ada yang sakit makasih ya udah nolong om tadi". Om itu berterima kasih pada Amel.

"Iya om sama-sama, ini tangan Amel cuma ke gores aja kok nanti juga sembuh". Ucap Amel menenangkan om itu yang sangat panik.

"Loh kok kamu bisa ada di sini dimana orang tau kamu". Sambil mencari-cari orang.

"Mama aku sakit harus dioperasi, papa aku udah gak ada. Sama kakak aku juga harus dioperasi sama kakak aku yang lain lagi nunggu mama sama kak Alfa". Jelas Amel.

"Terus kok kamu sendirian di sini sih bukannya ikut nemenin mama sama kakak kamu". Om itu bertanya lagi.

"Aku lagi cari uang buat operasi mama sama kak Alfa. Sekalian untuk bayar spp kak Rafa dan kak Raka sama beli alat lukis untuk kak Amar untuk ikut lomba". Ucap Amel menyentuh hati setiap orang yang mendengarnya.

Anak sekecil ini sudah mengerti kerasnya hidup dan ia yang berperan sebagai tulang punggung keluarga. Sungguh aku takjub dengannya. Kagum om itu.

"Amel mau gak om tawarin untuk menjadi artis nanti om bantu kamu terus nanti kamu bisa dapet gaji yang banyak". Tawaran om itu membuat Amel tersenyum senang.

"Iya om Amel mau". Mengangguk-anggukan kepala.

"Oke kalo gitu besok om jemput kamu dan untuk masalah biaya operasi serta uang spp dan alat lukis biar om yang mengurusnya. Kamu tinggal diam melihatnya saja. Oke". Om membuat kesepakatan dengan Amel.

"Tapi om Amel inginnya pake uang Amel sendiri. Amel gak mau ngrepotin om, udah dikasih kerjaan aja Amel udah seneng. Ini malah dikasih gratisan". Amel menikah secara halus.

Anak ini benar-benar sangat pintar meskipun baru 5 tahunan dia sudah bisa berbicara seperti orang dewasa. Batin Amel kagum.

"Yaudah gimana kalo setiap kamu gajian sebagian dipotong untuk melunasi hutang kamu sama om, setuju". Ide om itu.

"Em mmm oke aku setuju sama ide om". Amel pun setuju.

"Nah kita udah deal kan".

"Ya deal".

Hari itu Amel bertemu dengan om yang sangat baik hati. Dan penolong untuk hidupnya, dan om itu yang sudah dianggapnya sebagai papa. Mengantikan posisi ayah kandungnya.

Cinta AmeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang