🌸🌸CA6🌸🌸

30 1 0
                                    


"Apa gue harus berhenti jadi artis ya". Amel masih memikirkan saran dari Ney kemarin.

Saran Ney ada benarnya juga cepat atau lambat ia harus memimpin perusahaan dan bisnis lainnya yang dia miliki. Tidak selamanya yang menguris semuanya adalah kakak dan mamanya. Mereka juga punya pekerjaan masing-masing yang ingin mereka kerjakan. Dan ia harus mengerti akan posisi mereka. Amel sadar dia tidak boleh egois ia harus mengalah dan memutuskan yang terbaik untuk semuanya.

Oke gue akan ambil alih perusahaan pusat tapi mengenai perusahaan yang ada di luar negeri tetap akan dipimpin kak Raka dan kak Rafa. Amel memutuskan untuk memimpin perusahaannya yang ada di Jakarta.

Keputusan yang berat memang untuknya sendiri tapi ia harus tetap melakukannya meskipun hatinya berat untuk melepaskan. Ia sudah sangat nyaman sekali dengan pekerjaannya itu. Pekerjaan yang sudah menyelamatkannya dan kakaknya, dan karena dia menjadi artis. Mamanya bisa dioperasi dan dia bisa sembuh total dari penyakit infeksi paru-paru akut.

Tak lupa saat kakak ketiganya juga harus melakukan operasi untuk pemilihan kakinya yang sempat cacat akibat kecelakaan. Semua itu Amel yang membiayainya. Ia menjadi tulang punggung untuk keluarganya dari ia kecil sampai mengorbankan waktu bermain bersama teman-temannya. Semau itu ia lakukan demi kebahagiaan melayat hanya ia ingin kakak-kakaknya mendapat masa depan yang baik.

Apapun ia akan lakukan demi mama dan keempat kakaknya. Betapa besarnya pengorbanan Amel selama ini, bukan hanya waktu bermain tetapi ia juga kehilangan waktu belajarnya di sekolah. Sejak kecil ia harus menempuh pendidikan akselerasi yang menyebabkan dia tidak merasakan bersekolah secara formal.

Diusianya yang masih 17 tahun dia sudah lulus s2 di Universitas ternama di Jakarta. Katanya agar pendidikan dan kariernya tidak terganggu karena saling tubrukan jadwalnya. Makanya ia melakukan percepatan sekolah dan tidak memilih bersekolah secara home schooling.

Alasannya tidak memilih home schooling karena sangat repot untuk menyesuaikan jadwal dengan guru pembimbingnya. Lagi pula ia sudah ditawari oleh om Arman, yang selama ini selalu menolongnya untuk sekolah akselerasi. Ia pun mau dengan saran dari om Arman.

"Kenapa dek kok ngelamun aja". Alfa yang baru datang menyadari asik bungsunya itu sedang melamunkan sesuatu.

"Eh eh gak ada kok kak". Amel mengelak dari pertanyaan Alfa.

"Terus kalo gak ngelamun ngapain bengong aja". Alfa tak percaya ia yakin adiknya itu sedang berbohong.

"Gak ada kok kak udah ya Amel mau ke kamar ngantuk mau tidur". Amel langsung pergi daripada ditanyai yang tidak-tidak oleh kakaknya itu.

Gue yakin ada yang disembunyiin sama Amel tapi apa ya. Harus gue selidiki nih. Alfa meyakinkan dirinya sendiri.

Sedangkan di kamar Amel bukannya tidur tapi ia malah duduk melamun di balkon dekat kamarnya. Ia sagat suka sekali menyendiri di balkon dekat kamarnya. Hal itu selalu ia lakukan jika ia sedang bayak pikiran. Melihat jutaan bintang bersinar di angkasa dengan angin semilir membuat ketenangan tersendiri untuk Amel.

Gue harus lakuin itu mungkin cukup sampai sini gue menjadi Amelia sang artis papan atas. Dan gue akan maju sebagai CEO muda di Indonesia. Akan gue buktikan gue bisa jadi pemimpin perusahaan yang baik Keputusan Amel sudah bulat ia akan berhenti dari dunia artis.

Meski berat bagi Amel untuk melakukannya tapi ia akan tetap melakukannya. Semua demi keluarganya mana mungkin ia akan terus-menerus melibatkan mamanya dalam dunia bisnis. Lagian lama-lama mamanya akan menua dan akan pensiun. Sola kakaknya Alfa dan Amar yang menjadi kandidat pengganti mama untuk memimpin perusahaan yang ada di Jakarta tentu saja tak mungkin.

Mana mau Alfa memimpin perusahaan ia lebih memilih menjadi fotografer sesuai dengan cita-citanya. Sedangkan Amar ia sama sekali tidak tertarik ia lebih memilih menjalankan lestoran dan caffe milik Amel. Karena ia orangnya tak suka dengan hal-hal yang berbau kantor menurutnya semuanya tentang kantor sangatlah ribet. Tidak ada waktu santai untuk ia nikmati dan dia orangnya paling tak suka dengan yang namanya suasana yang menuju pada arah keseriusan.

Amat sendiri adalah orang yang sangat santai malah bukan santai lagi. Saking santainya dia Amel selalu marah-marah karena kakak kembarannya itu sangatlah menganggap semuanya itu sangat santai. Dia memang tidak pernah bisa serius, bisa serius saja hanya pada waktu-waktu tertentu.

"Oke fiks gue akan pimpin perusahaan mulai minggu depan. Sekarang gue nikmatin dulu waktu-waktu terakhir gue jadi artis". Keputusan Amel sudah bulat ia akan memimpin sendiri perusahaannya.

Dan semoga dengan cara ini gue bisa nemuin papa. Amel kangen banget sama papa, pap dimana apa papa gak kangen sama Amel. Amel selalu menangis ketika mengingat papanya.

Amel akan menjadi lemah jika sudah disangkut pautkan mengenai papanya. Ia tak sanggup jika disinggung soal itu. Jika bisa memilih ia akan memilih memiliki keluarga yang harmonis. Tapi rasanya itu hanyalah mimpi yang tak akan berujung pada kebahagiaan. Hanya kesedihan yang selalu menemani hidupnya. Rasa rindu terhadap kasih sayang pada sosok ayah membuat ia merasa iri pada orang lain.

Ia juga ingin bahagia, ia ingin seperti yang lain mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang lengkap dari keluarganya. Bisa berbagi cerita pada sang papa, diantar sekolah oleh papa dan mama. Bercanda bersama kakak-kakaknya dan sang papa. Ia hanya menginginkan hal itu bukan harta yang melimpah.

Kaya, banyak uang, terkenal itu semua tidak menjamin hidup Amel menjadi bahagia. Ia memang memiliki semua itu tapi sayangnya hatinya merasa hampa tidak ada kebahagiaan yang terpancar dalam golongannya. Ia sangatlah ingin bisa ber tw untuk dengan papanya kembali. Ia rindu pelukan hangat dari papa ia ingin papanya selau melindungi dan membelanya saat mendapat masalah. Andai waktu bisa di putaran lagi Amel pasti akan baik-baik saja.

Semua tak semanis yang ia harapkan memang dia memiliki kakak-kakak yang penuh kasih sayang dan mama yang begitu perhatian dengannya. Tapi keluarganya tidaklah lengkap tanpa adanya sang papa di sisi mereka. Amel tahu mamanya selalu menangis setiap malam saat mengingat sang papa. Lalu Alfa dan Amar yang selalu pergi ke luar rumah untuk mencari kesibukan agar mereka tak selalu terbayang-bayang akan sosok papa mereka.

Amel tahu kesedihan keluarganya tapi ia bisa apa. Tak ada yang bisa ia lakukan selain menunggu. Menunggu kepastian yang entah kapan akan datang ia pun tak tahu.

Cinta AmeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang