"Aduh, mie sedap kari kuahnya nendang, ditendang balik malah tumpah, gajadi makan deh .... "
Awal masuk semester dua ini, Ebril pindah sekolah dan rumah karena papanya Haris dinas di kota baru dalam jangka waktu panjang. Beradaptasi di SMA baru sangat mudah bagi Ebril, karena ada manusia sebaik Aghnina yang mau berteman dengannya. Bayangkan saja, ketika Ebril baru menginjakan kaki di SMA ALTSKA, ia langsung menarik tangan seseorang menuju toilet, untung sosok yang ditarik hanya bisa menyerahkan diri.
"Anter ke toilet please ... gue belum makan dari pagi, mie sedap gue tumpah." Gadis itu izin saat sudah sampai di depan pintu toilet, yang dimintai izin hanya bisa diam kebingungan.
Beberapa menit kemudian Ebril keluar dari toilet, "Eh masih di sini? amazing! lo lahir hari Senin ya?"
"Hah? Gue lahir hari Kamis, kenapa sih?"
"Oh pantesan, orang yang lahir hari Kamis tuh cenderung mau kalo di ajak nganter ke toilet."
"Dih." Perempuan yang mengantar Ebril ke toilet menunjukkan ekspresi julidnya.
"Lo murid baru itu kan?" Kini Aghnina mengalihkan pembicaraan, karena menurutnya mengantar seseorang ke toilet adalah perbuatan terpuji jadi tidak perlu dibahas lagi.
"Iya gue murid baru, baru pindah hari ini, kok lo bisa tau?"-Ebril
"Gue tau apapun tentang sekolah ini." Jawab Aghnina sedikit menyombong.
"Wah keren banget!"
"Halah lebay." Aghnina menjuling kan mata, merolingkan maksudnya.
"Gue Aghnina Ralysa, boleh panggil apa aja terserah," Dengan excited Ebril membalas jabatan Aghnina. "Gue Ebrilyant Athena panggil aja Ebril."
"Unik ya nama lo, lahir di kalimera?"
"kalimera ... kalimeraa ... kalimera ya atena ... kaga lah gue asli orang jakarta, emak bapak gue kawin beda rt doang." Jawab Ebril panjang lebar.
"Ya Allah kasihan ... terus lu mudik ke mana?"-Aghnina
"Mudik ke rt sebelah lah." - Ebril
"Ga kebayang hahaha, eh ebrilyan atena lo kelas ap ...." -Aghnina
"Aish logat leuweung mu membuat ku ingin mengoleskan krim anti menghujat." Tangan kiri Ebril membungkam mulut Aghnina, sedangkan yang satunya, mengusap pelan leher yang sudah panas ingin mengeluarkan kata kasar.
"EBRILYANT ATHENA. Ebrilyant belakang nya pake 't' jadi kek yanth yanthh gitu lho, Ebrilyanth." Ebril menggigit ujung lidahnya agar terdengar 't' di belakang namanya.
"ATHENA. Bukan atena di bacanya. yeu... udik dasar, tapi Athina. English dikit napa, jadi kek Eithyna gitu. Your pronunciation is really bad." Jelas Ebril panjang lebar.
"Bodo amat dah mau athena, kalimera, jembatan ancol kek, bodo ga peduli." Bisik Aghnina, untung Ebril tidak mendengarnya.
Suasana canggung, tak terdengar suara apapun, lalu Ebril berusaha mencairkan suasana.
"Kata pak Kepsek gue kelas XI MIPA lima, lo bisa tolong tunjukin gue kelasnya di mana gak?"
"Yaudah ayok gue anter." Mereka pun keluar dari lorong khusus toilet, tanpa disangka ada suatu tragedi terjadi.
"omaygosh!! Aghnina itu siapa?? Sumpah ini kenapa sih kok gue engap, Aghnina please parah gila maygat tinggi banget, matanya ya Lord, matanya nyedot oksigen Ya Allah engap." Ebril menunjuk sosok yang sedang berdiri di dekatnya.
Tidak heran dia bereaksi seperti itu ketika bertemu Gyas, semua perempuan juga akan melakukan hal yang sama, ditambah lagi mungkin Gyas merupakan tipe cowok Ebril, karena reaksi Ebril sangat berlebihan. "Dia cokiber sekolah, udah, ga usah ngarep nanti nice try terus galau." Saran Aghnina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Neighbor
Teen FictionMengisahkan cerita romansa Ebrilyant Athena, gadis cantik yang nyentrik, memiliki kepribadian nano-nano yang tingkahnya acapkali out of the box. Pada tahun ajaran baru, Ebril pindah sekolah ke luar kota karena mengikuti penugasan dinas papanya. Hari...