11/Tamparan Celine

94 7 24
                                    

Cahaya bulan tak sanggup menerangi penglihatan. Kedua ibu yang sedang dilanda ke khawatiran, gusar tiada henti. Sudah beberapa kali di hubungi, tetap saja tidak ada jawaban. Tidak mungkin juga mereka mencari, ini sudah malam, gelap. Jalanan licin akibat hujan. Riana dan Karin hampir putus asa.

"Gimana ini?" Tanya mama Gyas, Karin.
"Kayaknya kita harus mencari mereka, bisa jadi sekarang mereka sedang membutuhkan bantuan."-Karin

"Aku tau mba, tapi ini terlalu berbahaya untuk kita."-Riana

Karin hanya memberi tatapan, seolah mengiyakan.

"Mba Karin, itu lihat!"-Riana

"Apa itu mereka?"-Karin

"Mana saya tahu, saya kan tidak tahu."-Riana

"Ih nyebelin." "Eh tunggu, itu beneran mereka!"

Segera Karin dan Riana menghampri penampakan yang tak tampak jelas. Perlahan, dan ya itu Gyas, menggendong Ebril.

"Gyas, Ebril!" panggil keduanya.

Riana dan Karin hanya bisa mengiringi Gyas. Sampailah mereka di dalam tenda.

"Kalian ini kemana aja?! mama sama mba Riana Khawatir banget."-Ucap Karin

"Ya Allah bril, tangan kamu kenapa kotor begini?"-Riana

"Maaf ma, tadi---" Ebril memotong ucapan Gyas.

"Abis ucing nyumput da."-Ebril

Semua melirik Ebril.

"Gak lucu!"-Riana

Gyas menjelaskan semua kejadian yang mendebarkan tadi. Mereka juga tidak tega jika menyalahkan Ebril, melihat kondisinya. Waktu untuk tidur, mereka kembali pada tendanya masing - masing.

••••

Malam ini terasa sangat panjang. Berbagai kejadian yang terjadi terasa sangat berkesan, Hari ini Ebril merasa bahagia.

mulai sekarang lo adik gue

Kenapa dia harus memutuskannya secepat itu? Belum, Ebril belum mengeluarkan jurus modus yang diwariskan nenek buyutnya. Sekarang bagaimana? tidak tahu, jalani dulu saja.

"Kak udah jam 11 tidur." Suruh Ebril.

"Duluan aja."Jawab Gyas kembali dengan nada datarnya.

"Jangan main hp mulu, dulu waktu kecil temen aku meninggal gegara keseringan main free fire."

Gyas tertawa kecil, ah manis nya. "Temen kecil lo reinkarnasi ya? haha, mana ada free fire jaman dulu."-Gyas

"Eh salah, main juma maksud nya."-Ebril

Gyas tidak menyahuti.

"maaf ya ga jadi bikin api unggun."-Gyas

"Ga masalah kak." Ucap Ebril diiringi senyumnya.

"Duluan aja tidur."-Gyas

"Yaudah."-Ebril

"bismika Allahumma ahya wa bismuka amuut." Ebril memejamkan matanya. Hening, lelap, Ebril tertidur.
sesekali ia mengubah posisinya, miring kanan, beralih ke kiri, tiba - tiba...

dug

Tangan Ebril menepis Handphone yang tengah dimainkan Gyas. Refleks Gyas menoleh, perasaannya campur aduk, dada nya tertimpa tangan putih Ebril. Dan Entah mengapa Gyas hanya bisa diam membiarkannya.

"Gue ragu sama ucapan gue tadi, kaya nya lo bukan sekedar adik."-GYAS

••••

NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang