Hai Senja - 5

44 2 0
                                    

Lama kami mengayuh sepeda yang jauh dari perkotaan dan sampai saat ini aku masih takut menanyakan apa masalah dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lama kami mengayuh sepeda yang jauh dari perkotaan dan sampai saat ini aku masih takut menanyakan apa masalah dirinya. Entahlah, yang kutau dia sering berangan angan sambil mengayuh sepeda dan sesekali ban nya tersandung batu hingga ia langsung berhenti dan mulai melamun lagi. Keanehan nya membuat keingintahuan ku memuncak. Aku peduli padanya, tapi dia seakan tidak sadar bahwa ada aku yang masih memikirkan dirinya.

Inilah waktu yang pas untuk bercerita, tapi melihat respon negatifnya, aku selalu menahan diri untuk tidak memberondonginya dengan segala pertanyaan yang tersangkut diotakku. Kali ini aku harus berlaku keras padanya. Kulihat Fadhil bersepeda dengan ogah ogahan didepanku, aku tau dia tidak akan bisa fokus jika dia memiliki masalah. Aku terus mengawasi Fadhil dari belakang karena saat ini dia pasti sedang melamun.

"FADHIL, AWAS!!!" Teriakku melihat mobil dengan kecepatan tinggi hampir menabraknya jika saja dia tidak membelokkan stang sepedanya menuju bebatuan kasar hingga mobil itu tetap melaju lurus ketengah jalan menyisakan sepeda Fadhil yang terhempas jauh.

Jantungku berdegup.

Dia terjatuh bersama sepedanya dan aku langsung menancapkan sepeda hingga tiba didekatnya. Aku turun dan langsung membantunya berdiri tegak, aku menelusuri seluruh badannya dan terlihat dia meringis kesakitan. Aku melihat luka gores dilututnya dan dikedua sikunya berdarah. Hanya luka kecil, tapi membuat amarahku langsung naik keubun ubun.

"Maksud kamu apa Fadhil? Kamu mau mencelakakan diri sendiri, hah?!" Aku berkata setengah teriak kepadanya.

"Hanya karena kamu punya masalah lalu kamu seenaknya melamun sampai sampai nyawamu mau direnggut kalo aja kamu lurus. KAMU MAU BUNUH DIRI?!" Teriakku akhirnya.

Dia menatap nyalang diriku. "TAU APA KAMU TENTANG AKU? BUKANNYA AKU YANG SELALU MENGERTI ATAU HARUS MENGALAH SAMA KAMU RUBY?!" Balas dia berteriak.

"Aku benar benar ngga ngerti sama kamu Dhil, Kamu sepupuku dan bahkan bagian dari darah dagingku. Lalu kenapa kamu merasa aku seolah olah orang asing?"

Dia tersenyum sinis. "Dari luar kamu memang sepupuku, bagian dari darah dagingku. Tapi apa kamu tau?! Selama ini aku yang harus mengalah karena aku tau kamu yang introvert ini tidak akan bisa mengerti keadaan orang lain." Akhirnya kata kata itu keluar dari mulut seorang Fadhil.

"Kamu menghinaku?"

"Selamanya kamu tidak akan sadar atas perlakuan orang lain dan kamu selalu mencari kesibukan sendiri tanpa memikirkan orang lain, termasuk aku Ruby." Ungkapnya dengan mata yang menyala. Kami sama sama diliputi emosi yang sedang membara. Entah kenapa suasana sejuk dipenghujung kota ini kembali panas seperti hati kami berdua.

Hai SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang